Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil
Amanat merupakan kebalikan dari khianat. Kata amanat ini disebutkan dalam Al-Qur'an.
Apabila orang yang memegang urusan orang banyak ini menyia-nyiakan amanat, maka orang lain akan mengikuti saja segala kebijaksanaannya. Dengan demikian mereka akan sama saja dengannya dalam mengabaikan amanat, maka kemaslahatan (kebaikan) pemimpin atau penguasa merupakan kebaikan bagi rakyat, dan keburukannya merupakan keburukan bagi rakyat. Selanjutnya, menyerahkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya merupakan bukti nyata yang menunjukkan tidak adanya kepedulian manusia terhadap Din (agama) mereka, sehingga mereka menyerahkan urusan mereka kepada orang yang tidak memperhatikan Din-nya. Hal ini terjadi apabila kejahilan telah merajalela dan ilmu (tentang Ad-Din) sudah hilang. Karena itulah Imam Bukhari menyebutkan hadits Abu Hurairah terdahulu itu dalam kitab Al-Ilm sebagai isyarat terhadap hal ini.
Ibnu Hajar berkata. "Kesesuaian matan (masalah akan lenyapnya amanat) ini dengan ilmu hingga ditempatkan dalam kitab Al-Ilm ialah bahwa menyandarkan urusan kepada yang bukan ahlinya itu hanya terjadi ketika kebodohan telah merajalela dan ilmu ( tentang Ad-Din) telah hilang. Dan ini termasuk salah satu pertanda telah dekatnya hari kiamat". (Qabasat Min Hadyi Ar-Rasul Al-A'zham Saw Fi Al-'Aqaid, hal. 66 oleh Ali Asy-Syarbaji, cet. pertama, 1398H, terbitan Darul Qalam, Damsyiq)
Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan bahwa kelak akan datang tahun-tahun yang penuh tipu daya dan keadaan menjadi terbalik. Yaitu orang yang benar didustakan dan orang yang suka berdusta dibenarkan, orang yang dipercaya berkhianat, dan pengkhianat diberi amanat, sebagaimana akan dibicarakan haditsnya dalam pembahasan mengenai "Di antara tanda-tanda hari kiamat ialah dimuliakannya orang-orang yang rendah dan hina (dari segi Ad-Din dan ahlaknya)".
assunnah.or.id
Amanat merupakan kebalikan dari khianat. Kata amanat ini disebutkan dalam Al-Qur'an.
- "Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengembankan amanat kepada langit,
bumi, dan gunung-gunung, namun semuanya tidak bersedia, karena takut
mengkhianatinya, lalu amanat itu diterima oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zhalim lagi sangat bodoh". (Al-Ahzab : 72)
- "Artinya : 'Apabila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah kedatangan
hari kiamat.' Abu Hurairah bertanya, Bagaimana menyia-nyiakannya itu, wahai
Rasulullah ?. Beliau menjawab. Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah datangnya hari kiamat". (Shahih Bukhari, kitab
Ar-Riqaq, Bab Raf'il Amanah 11: 333)
- "Artinya : Seseorang tidur, lantas amanat dicabut dari hatinya hingga
tinggal bekasnya seperti bekas titik-titik yang berwarna. Lalu ia tidur lagi,
kemudian amanat itu dicabut lagi hingga tinggal bekasnya seperti bekas yang
terdapat pada telapak tangan karena digunakan bekerja, seperti bara api yang
engkau gelincirkan di kakimu, lantas melepuh tetapi tidak berisi apa-apa.
Kemudian mereka melakukan jual beli atau transaksi-transaksi, tetapi hampir
tidak ada lagi orang yang menunaikan amanat. Maka orang-orangpun berkata.
'Sesungguhnya di kalangan Bani Fulan terdapat orang kepercayaan (yang dapat
dipercaya)'. Dan ada pula yang mengatakan kepada seseorang. 'Alangkah pandainya,
alangkah cerdasnya, alangkah tabahnya', padahal dalam hatinya tidak ada iman
sama sekali meskipun hanya seberat biji sawi. Sungguh akan datang padaku suatu
zaman dan aku tidak memperdulikan lagi siapa di antara kamu yang aku ba'iat.
Jika ia seorang muslim, hendaklah dikembalikan kepada Islam yang sebenarnya ;
dan jika ia seorang Nasrani maka ia akan dikembalikan kepadaku oleh orang-orang
yang mengusahakannya. Adapun pada hari ini maka aku tidak memba'iat kecuali
kepada si Fulan dan si Fulan". (Shahih Bukhari, Kitab Ar-Riqaq, Bab Raf'il
Amanah 11:333, dan Kitab Al-Fitan, Bab Idza Baqiya Fi Khutsalatin Min An-Nasi
13:38)
Apabila orang yang memegang urusan orang banyak ini menyia-nyiakan amanat, maka orang lain akan mengikuti saja segala kebijaksanaannya. Dengan demikian mereka akan sama saja dengannya dalam mengabaikan amanat, maka kemaslahatan (kebaikan) pemimpin atau penguasa merupakan kebaikan bagi rakyat, dan keburukannya merupakan keburukan bagi rakyat. Selanjutnya, menyerahkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya merupakan bukti nyata yang menunjukkan tidak adanya kepedulian manusia terhadap Din (agama) mereka, sehingga mereka menyerahkan urusan mereka kepada orang yang tidak memperhatikan Din-nya. Hal ini terjadi apabila kejahilan telah merajalela dan ilmu (tentang Ad-Din) sudah hilang. Karena itulah Imam Bukhari menyebutkan hadits Abu Hurairah terdahulu itu dalam kitab Al-Ilm sebagai isyarat terhadap hal ini.
Ibnu Hajar berkata. "Kesesuaian matan (masalah akan lenyapnya amanat) ini dengan ilmu hingga ditempatkan dalam kitab Al-Ilm ialah bahwa menyandarkan urusan kepada yang bukan ahlinya itu hanya terjadi ketika kebodohan telah merajalela dan ilmu ( tentang Ad-Din) telah hilang. Dan ini termasuk salah satu pertanda telah dekatnya hari kiamat". (Qabasat Min Hadyi Ar-Rasul Al-A'zham Saw Fi Al-'Aqaid, hal. 66 oleh Ali Asy-Syarbaji, cet. pertama, 1398H, terbitan Darul Qalam, Damsyiq)
Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan bahwa kelak akan datang tahun-tahun yang penuh tipu daya dan keadaan menjadi terbalik. Yaitu orang yang benar didustakan dan orang yang suka berdusta dibenarkan, orang yang dipercaya berkhianat, dan pengkhianat diberi amanat, sebagaimana akan dibicarakan haditsnya dalam pembahasan mengenai "Di antara tanda-tanda hari kiamat ialah dimuliakannya orang-orang yang rendah dan hina (dari segi Ad-Din dan ahlaknya)".
assunnah.or.id
0 komentar:
Posting Komentar