Lauk Pilihan
Wasmo, lelaki lanjut yang baru pertama
kali naik pesawat.Kepergiannya naik haji ini adalah kesempatan perdananya
mengenal enaknya naik pesawat.
Dengan sedikit mengantuk, ia didatangi
pramugari. Oleh pramugari ia ditawari makanan. “ Mau lauk daging sapi apa ayam,
Pak?”
“Nggak, nggak, saya nggak pesen. Saya
masih kenyang,” tolak Wasmo. “Ah, saya kan harus ngirit, jangan sampai duit
habis sebelum sampai di tujuan,” gumamnya.
“Bapak, ini jatah Bapak. Gratis. Bapak
tidak perlu membayar,” bujuk pramugari sembari tersenyum.
“Apa? Tidak perlu membayar?” setengah
tak percaya Wasmo bertanya.
Pramugari mengangguk. Masih tersenyum.
Wasmo tersenyum malu. “ Daging ayam sajalah kalau begitu, Jeng.”
Waktu Haji
Menurut
Surat Al- Baqarah ayat 197, waktu haji adalah beberapa ( 3 ) bulan yang sudah
maklum. Para mufasir dan para ulama mengatakan yang dimaksud adalah Syawal,
Zulqaidah dan Zulhijah. Menurut ulama Hanbaliyah, waktu haji yang dimaksud
adalah keseluruhan hari selama tiga bulan tersebut. Menurut ulama Hanafiyah,
Malikiyah dan Syafi’iyah, yang dimaksud adalah seluruh hari di bulan Syawal dan
Zulqaidah ditambah 10 hari pertama bulan Zulhijah.
“Dengan
argumen seperti itu, waktu pelaksanaan ibadah haji tak hanya sekitar 6 hari,
yakni hari – hari ke – 8,9, 10, 11, 12, 13 pada bulan Zulhijah,” Masdar F.
Mas’udi, pemikir Islam melontarkan pemikirannya.
“Bukankah
ada hadis khudzuu ‘anny manasikakum.
Ambillah dariku manasik kalian,” ulama lain berargumen.
“Hadis
ini harus kita ikuti sebatas menyangkut prosesi ( manasik ) ibadah haji, bukan
menyangkut waktu, dalam arti tanggal atau hari – harinya,” Masdar kembali
berargumen.
“Lalu,
bagaimana dengan hadis yang berbunyi Al – hajju ‘arafah. Haji adalah Arafah?”
balik ulama teman diskusinya.
“Tapi
puncak di Arafah itu bukan tanggal 9 Zulhijah saja. Tetap dalam rentang 3 bulan
itu,” Masdar masih berargumen.
Ulama
tadi setengah kelabakan. Akhirnya ketemu ide nyeleneh juga. “Oke deh Pak
Masdar. Gimana seandainya Anda sendiri wukuf pada bulan Syawal?”
“Wah,
ya kurang seru. Masak wukuf sendirian,” jawab Masdar asal ngomong.
Jangan Dicopot
Setelah mendarat dengan selamat,
pramugari mengumumkan bahwa sabuk pengaman boleh dilepas. Rupanya jamaah haji
yang baru pertama kali naik pesawat melepas kedua sabuk yang dipakainya: sabuk
pengaman dan sabuk celana.
“Aduh, Bapak, nanti ...... kelihatan.
Sabuk yang ini jangan ikut dicopot ya,” bujuk pramugari Sita sambil menunjuk
celana panjang Pak Tanthowi.
Makam Nabi Ibrahim
Selesai melakukan thawaf qudum, Haji
Sulana melakukan shalat sunah 2 raka’at di belakang makam Ibrahim. Selesai
shalat sunah, ia mengamati isi makam Ibrahim. Tak bisa menyembunyikan keheranannya,
ia bertanya kepada pembimbingnya.
”Ustaz Zamroni, saya heran mengapa
makam Nabi Ibrahim begitu pendek? Bukankah orang – orang jaman dulu tinggi –
tinggi dan besar- besar?” tanya Haji Sulana.
“Ini bukan kuburan Nabi Ibrahim, Pak
Sulana. Tapi bekas pijakan beliau saat mendirikan ka’bah,” jawab Ustaz Zamroni
sembari tersenyum.
“Oooh…”
Joki Hajar Aswad
Di masjidil Haram ternyata banyak joki.
Bukan joki UMPTN, tapi mencium Hajar Aswad. Mereka kebanyakan mahasiswa di
Saudi Arabia dan sekitarnya. Mereka membisiki jamaah yang tampaknya
menginginkan mencium Hajar Aswad tapi takut atau kesulitan. Suatu saat
mahasiswa ini menghampiri Sutarno menawarkan jasa joki.
“Mau saya bantu, Pak?”
“Mau, mau, Dik.”
“Cuma 10 riyal, Pak.”
“Mahal banget. 5 riyal ya.”
“Umumnya memang segitu, Pak.Ini sudah
murah.”
“Murah apanya. Pantesan Rasulullah
tidak menggunakan joki karena mahal begitu,” gerutu Sutarno.
Daftar Doa
Sudah menjadi tradisi bahwa setiap ada
orang naik haji, para tetangganya selalu
menitipkan doa. Begitu juga ketika Pak Baron naik haji. Pak RT menitip doa agar
usahanya lancar. Bu Djoko menitipkan doa agar anaknya diterima di Perguruan
Tinggi ternama. Bang Kodir menitip agar memperoleh jodoh yang salehah.Dan masih
banyak lagi.
Begitulah, seusai melakukan thawaf
qudum, Pak Baron membaca daftar penitip doa satu per satu berikut doa yang
harus dipanjatkan di depan multazam. Nahas baginya, ketika baru ada lima doa
yang dibacakan, ia tersenggol orang Nigeria yang tinggi dan besar. Terbanglah
kertas berisi daftar tersebut.
Dengan lemas, Pak Baron berharap, “ Ya,
Allah, Engkau Maha Tahu. Amin.”
(Sumber: images.hasanbisribfc.multiply.multiplycontent.com)
0 komentar:
Posting Komentar