Al-Imam Muhammad Al-Ajurri Al-Baghdadi rahimahullah menjelaskan Akhlak Ahlul Quran didalam kitab beliau Akhlaq Hamalah Al-Quran, kata beliau rahimahullah :
Pertama-tama yang harus dicamkan oleh Ahlul Quran :
1. Hendaklah ia bertakwa kepada Allah, baik itu sendirian maupun bersama orang banyak, dengan bersikap wara' dalam makanan, minuman dan pekerjaan nya.
2. Dia senantiasa mencermati zaman dan orang-orang yang rusak ditengah menjalaninya, lalu menjaga diri dari mereka dengan tetap memegang teguh agamanya.
3. Dia siap menghadapi segala masalah yang menghadang-hadanginya dan bercita-cita untuk melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang ada pada urusan nya.
4. Dia menjaga lisan nya dan berhati-hati dalam berbicara. Jika dia harus angkat suara, dia berbicara dengan ilmu. Dan jika dia mesti diam, maka diamnya pun diatas ilmu, tentu dengan meyakini bahwa diam adalah tindakan yang benar. Dia menghindari obrolan yang tidak berguna. Dia lebih takut terhadap lisan nya ketimbang takut kepada musuhnya. Dia mengekang lisan nya seperti mengekang musuhnya, agar terhindar dari kejahatan dan akibat buruk yang ditimbulkan nya.
5. Dia sedikit tertawa terhadap sesuatu yang biasanya menjadi bahan tertawaan manusia, karena buruknya akibat yang ditimbulkan nya (dari tertawa yang berlebihan). Jika dia merasa senang akan sesuatu yang selaras dengan hatinya, dia cukup tersenyum. Dia tidak suka bercanda, karena bisa terjerumus dalam main-main. sehingga jika dia bercanda, candanya bukanlah kedustaan.
6. Wajahnya cerah dan ucapan nya sopan (dan santun).
7. Tidak pernah dia memuji kelebihan yang ada pada dirinya, apalagi terhadap sesuatu yang tidak dia miliki.
8. Dia sangat berhati-hati agar tidak terjerumus oleh hawa nafsu yang dapat mendatangkan murka Rabb nya.
9. Tidak pernah dia menggunjing seorangpun, tidak pula hasad, bahkan tidak pernah meremehkan orang lain.
10. Dia tidak bergembira dengan musibah -yang menimpa ornag lain- dan tidak menzalimi siapapun.
11. Dia tidak berburuk sangka kepada siapapun kecuali kepada yang berhak.
12. Irinya berlandaskan ilmu dan tidak berhenti mencari hakikat (kebenaran) dengan dasar ilmu.
13. Dia menjadikan al-Quran, as-Sunnah dan Fiqih sebagai petunjuk jalan nya menuju akhlak yang baik lagi menarik.
14. Ahlul Quran juga menjaga anggota tubuh nya dari hal-hal yang dilarang. Jika berjalan, dia berjalan dengan ilmu. Jika duduk, dia duduk dengan ilmu. Dia berusaha semaksimal mungkin agar manusia aman dari gangguan lisan dan tangan nya.
15. Dia tidak bodoh, tetapi jika dianggap bodoh oleh orang lain, dia tetap santun.
16. Dia tidak zalim, tetapi jika dizalimi, dia memaafkan.
17. Dia tidak menganiaya siapapun, tetapi jika dia dianiaya orang lain, dia bersabar.
18. Dia menahan amarahnya demi mengharapkan ridha Tuhan nya dan membuat marah musuhnya.
19. Dia bersikap tawadhu'. Jika disampaikan kebenaran kepadanya, dia menerimanya, baik dari anak kecil maupun orangtua.
20. Dia hanya memburu kedudukan tinggi dihadapan Allah Subhanahu wa ta'ala, bukan dihadapan makhluk.
21. Dia benci kesombongan karena takut jangan-jangan mencelakai dirinya.
22. Dia tidak mencari makan dengan al-Quran, tidak senang jika seluruh keperluan dirinya dipenuhi dari ucapah mengajar al-Quran. Dia tidak menggunakan al-Quran untuk merayu hati para penguasa, dan tidak bermajelis al-Quran bersama orang-orang kaya saja, agar mereka menghormatinya. (Tetapi dia bermajelis bersama semua orang).
23. Dia Qanaah dengan sedikit rezeki dan merasa cukup.
24. Dia waspada terhadap dunia yang akan melalaikan nya.
25. Dia senantiasa mengikuti kewajiban dalam al-Quran dan Sunnah.
26. Dia mewajibkan dirinya berbakti kepada kedua orangtua. Maka, dia menunjukkan rasa hormat kepada mereka berdua, merendahkan suaranya dihadapan mereka, mempersembahkan hartanya kepada mereka, memandang keduanya dengan penuh pemuliaan dan kasih sayang, mendoakan keduanya agar tetap baik-baik saja, membalas kebaikan keduanya ketika mereka sudah tua, tidak merasa bosan terhadap mereka dan tidak menghindari mereka. Jika kedua (orangtua) nya, meminta tolong untuk melakukan suatu ketaatan, dia membantu mereka. Namun jika keduanya meminta tolong untuk melakukan suatu kemaksiatan, dia tidak membantu tetapi tetap bersikap lemah lembut terhadap mereka dalam penolakan nya tersebut. Dia menjaga adab terhadap keduanya, agar mereka mengurungkan niat melakukan hal- hal buruk yang tidak berfaedah bagi mereka.
27. Dia senantiasa menyambung tali persaudaraan dan tidak suka memutuskan nya. Jika ada yang memutuskan hubungan dengan nya, maka dia tidak berbuat hal yang sama.
28. Dan jika ada yang berbuat maksiat kepada Allah dalam bergaul dengan nya, dia tetap mentaati Allah dalam pergaulan nya.
29. Dia bergaul dengan orang-orang beriman atas landasan ilmu, dan majelis bersama mereka dengan landasan ilmu. Orang yang berteman dengan nya mendapatkan manfaat.
30. Dia bersikap sopan terhadap teman duduknya (sepergaulan nya).
31. Dia tidak menghina orang yang berbuat salah dan tidak mempermalukan nya.
32. Dia bersikap lembut (dan tetap tegas) dalam segala urusan, sabar dalam mengajarkan kebaikan, menyayangi para pelajar, membuat majelis jadi ceria. Bermajelis dengan nya mendatangkan kebaikan.
33. Dia memperlakukan orang yang duduk bersamanya dengan adab al-Quran dan Sunnah.
34. Keinginan nya bukanlah kapan dia mengkhatamkan satu surah. Tetapi keinginan nya adalah kapan dia merasa cukup dengan Allah dan tidak membutuhkan yang lain nya.
35. Dia selalu bertanya, "Kapan saya menjadi orang yang bertakwa? Dan kapan saya menjadi orang baik?"
[Dinukil dari kitab Wasiat Rasul kepada Pembaca dan Penghafal al-Quran hal 9 - 12, karya Syaikh DR.Muhammad Musa Nasr. Judul asli nya adalah Fadha'ilul Qur'an wa Hamalatihi fis Sunnah Al-Muthaharah -yang merupakan Skripsi beliau di Universitas Islam Madinah Fakultas al-Quran. dengan penambahan nomer]
Oleh Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny Diarsipkan: www.faisalchoir.blogspot.com
Pertama-tama yang harus dicamkan oleh Ahlul Quran :
1. Hendaklah ia bertakwa kepada Allah, baik itu sendirian maupun bersama orang banyak, dengan bersikap wara' dalam makanan, minuman dan pekerjaan nya.
2. Dia senantiasa mencermati zaman dan orang-orang yang rusak ditengah menjalaninya, lalu menjaga diri dari mereka dengan tetap memegang teguh agamanya.
3. Dia siap menghadapi segala masalah yang menghadang-hadanginya dan bercita-cita untuk melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang ada pada urusan nya.
4. Dia menjaga lisan nya dan berhati-hati dalam berbicara. Jika dia harus angkat suara, dia berbicara dengan ilmu. Dan jika dia mesti diam, maka diamnya pun diatas ilmu, tentu dengan meyakini bahwa diam adalah tindakan yang benar. Dia menghindari obrolan yang tidak berguna. Dia lebih takut terhadap lisan nya ketimbang takut kepada musuhnya. Dia mengekang lisan nya seperti mengekang musuhnya, agar terhindar dari kejahatan dan akibat buruk yang ditimbulkan nya.
5. Dia sedikit tertawa terhadap sesuatu yang biasanya menjadi bahan tertawaan manusia, karena buruknya akibat yang ditimbulkan nya (dari tertawa yang berlebihan). Jika dia merasa senang akan sesuatu yang selaras dengan hatinya, dia cukup tersenyum. Dia tidak suka bercanda, karena bisa terjerumus dalam main-main. sehingga jika dia bercanda, candanya bukanlah kedustaan.
6. Wajahnya cerah dan ucapan nya sopan (dan santun).
7. Tidak pernah dia memuji kelebihan yang ada pada dirinya, apalagi terhadap sesuatu yang tidak dia miliki.
8. Dia sangat berhati-hati agar tidak terjerumus oleh hawa nafsu yang dapat mendatangkan murka Rabb nya.
9. Tidak pernah dia menggunjing seorangpun, tidak pula hasad, bahkan tidak pernah meremehkan orang lain.
10. Dia tidak bergembira dengan musibah -yang menimpa ornag lain- dan tidak menzalimi siapapun.
11. Dia tidak berburuk sangka kepada siapapun kecuali kepada yang berhak.
12. Irinya berlandaskan ilmu dan tidak berhenti mencari hakikat (kebenaran) dengan dasar ilmu.
13. Dia menjadikan al-Quran, as-Sunnah dan Fiqih sebagai petunjuk jalan nya menuju akhlak yang baik lagi menarik.
14. Ahlul Quran juga menjaga anggota tubuh nya dari hal-hal yang dilarang. Jika berjalan, dia berjalan dengan ilmu. Jika duduk, dia duduk dengan ilmu. Dia berusaha semaksimal mungkin agar manusia aman dari gangguan lisan dan tangan nya.
15. Dia tidak bodoh, tetapi jika dianggap bodoh oleh orang lain, dia tetap santun.
16. Dia tidak zalim, tetapi jika dizalimi, dia memaafkan.
17. Dia tidak menganiaya siapapun, tetapi jika dia dianiaya orang lain, dia bersabar.
18. Dia menahan amarahnya demi mengharapkan ridha Tuhan nya dan membuat marah musuhnya.
19. Dia bersikap tawadhu'. Jika disampaikan kebenaran kepadanya, dia menerimanya, baik dari anak kecil maupun orangtua.
20. Dia hanya memburu kedudukan tinggi dihadapan Allah Subhanahu wa ta'ala, bukan dihadapan makhluk.
21. Dia benci kesombongan karena takut jangan-jangan mencelakai dirinya.
22. Dia tidak mencari makan dengan al-Quran, tidak senang jika seluruh keperluan dirinya dipenuhi dari ucapah mengajar al-Quran. Dia tidak menggunakan al-Quran untuk merayu hati para penguasa, dan tidak bermajelis al-Quran bersama orang-orang kaya saja, agar mereka menghormatinya. (Tetapi dia bermajelis bersama semua orang).
23. Dia Qanaah dengan sedikit rezeki dan merasa cukup.
24. Dia waspada terhadap dunia yang akan melalaikan nya.
25. Dia senantiasa mengikuti kewajiban dalam al-Quran dan Sunnah.
26. Dia mewajibkan dirinya berbakti kepada kedua orangtua. Maka, dia menunjukkan rasa hormat kepada mereka berdua, merendahkan suaranya dihadapan mereka, mempersembahkan hartanya kepada mereka, memandang keduanya dengan penuh pemuliaan dan kasih sayang, mendoakan keduanya agar tetap baik-baik saja, membalas kebaikan keduanya ketika mereka sudah tua, tidak merasa bosan terhadap mereka dan tidak menghindari mereka. Jika kedua (orangtua) nya, meminta tolong untuk melakukan suatu ketaatan, dia membantu mereka. Namun jika keduanya meminta tolong untuk melakukan suatu kemaksiatan, dia tidak membantu tetapi tetap bersikap lemah lembut terhadap mereka dalam penolakan nya tersebut. Dia menjaga adab terhadap keduanya, agar mereka mengurungkan niat melakukan hal- hal buruk yang tidak berfaedah bagi mereka.
27. Dia senantiasa menyambung tali persaudaraan dan tidak suka memutuskan nya. Jika ada yang memutuskan hubungan dengan nya, maka dia tidak berbuat hal yang sama.
28. Dan jika ada yang berbuat maksiat kepada Allah dalam bergaul dengan nya, dia tetap mentaati Allah dalam pergaulan nya.
29. Dia bergaul dengan orang-orang beriman atas landasan ilmu, dan majelis bersama mereka dengan landasan ilmu. Orang yang berteman dengan nya mendapatkan manfaat.
30. Dia bersikap sopan terhadap teman duduknya (sepergaulan nya).
31. Dia tidak menghina orang yang berbuat salah dan tidak mempermalukan nya.
32. Dia bersikap lembut (dan tetap tegas) dalam segala urusan, sabar dalam mengajarkan kebaikan, menyayangi para pelajar, membuat majelis jadi ceria. Bermajelis dengan nya mendatangkan kebaikan.
33. Dia memperlakukan orang yang duduk bersamanya dengan adab al-Quran dan Sunnah.
34. Keinginan nya bukanlah kapan dia mengkhatamkan satu surah. Tetapi keinginan nya adalah kapan dia merasa cukup dengan Allah dan tidak membutuhkan yang lain nya.
35. Dia selalu bertanya, "Kapan saya menjadi orang yang bertakwa? Dan kapan saya menjadi orang baik?"
[Dinukil dari kitab Wasiat Rasul kepada Pembaca dan Penghafal al-Quran hal 9 - 12, karya Syaikh DR.Muhammad Musa Nasr. Judul asli nya adalah Fadha'ilul Qur'an wa Hamalatihi fis Sunnah Al-Muthaharah -yang merupakan Skripsi beliau di Universitas Islam Madinah Fakultas al-Quran. dengan penambahan nomer]
Oleh Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny Diarsipkan: www.faisalchoir.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar