Eyang Kakung (Faridan M.Dawam, 63 tahun) disamping "tolabul ilmi" disekitar tempat tinggalnya, masih berusaha untuk "NJENJEGKE KENDIL"*) (mencarai nafkah) berangkat pagi pulang sore untuk dinikmati dengan Eyang Putri serta cucu cucu, dan alhamdulillah masih bisa saling berbagi.
Tidak bermaksud untuk sombong tetapi insya Allah bisa menjadi contoh bagi yang muda muda.
*) "NJENJEGKE KENDIL" (bhs Jawa): berusaha agar periuk nasi tetap berdiri tegak tidak jomplang (harus kerja !)
Tidak bermaksud untuk sombong tetapi insya Allah bisa menjadi contoh bagi yang muda muda.
*) "NJENJEGKE KENDIL" (bhs Jawa): berusaha agar periuk nasi tetap berdiri tegak tidak jomplang (harus kerja !)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Umar bahwa beliau berkata,
أرى الشاب فيعجبني فأسأل عن عمله فيقولون لا يعمل فيسقط من عيني
"Aku melihat seorang anak muda yang menyebabkan aku kagum dengan 'keshalihannya' lalu kutanyai dia mengenai pekerjaannya ternyata jawabannya dia tidak bekerja, maka jatuhlah orang tersebut dalam pandanganku."
والنبي صلى الله عليه وسلم يقول: {إن أطيب كسب الرجل من يده}
Nabi bersabda, "Sebaik-baik penghasilan seseorang adalah yang berasal dari jerih payahnya sendiri." (HR. Ibnu Majah no.2138, dinilai shahih oleh Al Albani).
Suatu hari Nabi melihat seorang yang tangannya kasar karena rajin bekerja, beliau lantas berkomentar,
هذه يد يحبها الله ورسوله
"Ini adalah tangan yang dicintai oleh Allah dan rasul-Nya." (disebutkan oleh as Sarkhasi al Hanafi dalam kitabnya al Mabsuth pada bab "Kitab al Kasb" tanpa sanad, pent).
وقال أيضاً: {إذا قامت القيامة وفي يد أحدكم فسيلة فليغرسها}
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Jika kiamat hampir tiba dalam kondisi salah satu kalian memegang bibit tanaman, maka hendaknya dia tetap menanamnya." (HR. Ahmad no.13240).
وقال أيضاً: {كفى بالمرء إثماً أن يضيع من يعول}،
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Cukuplah seorang itu berdosa jika dia menelantarkan keluarganya yang wajib dia nafkahi." (HR. Hakim dalam Al Mustadrak, no. 8526).
Orang yang tidak mau bekerja dengan kedok agama, dengan alasan sibuk ngaji di masjid, dan sibuk beribadah sehingga dia tidak memenuhi nafkah keluarganya adalah orang yang berdosa. Orang semacam ini lupa bahwa bekerja dengan niat memenuhi kebutuhan diri sendiri, isteri dan anak sehingga tidak perlu mengemis adalah ibadah.
Dalam shahih Bukhari dan Muslim terdapat hadis,
{الساعي على الأرملة والمسكين كالمجاهد في سبيل الله } .
"Orang yang membantu kebutuhan para janda dan orang orang miskin itu bagaikan orang yang berperang di jalan Allah."
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syuabul Iman dari Umar, beliau mengatakan,
يا معشر القراء (أي العباد) ارفعوا رؤوسكم، ما أوضح الطريق، فاستبقوا الخيرات، ولا تكونوا كلاً على المسلمين
"Wahai orang orang yang gemar beribadah, tegakkanlah kepala kalian. Jalan itu begitu jelas karenanya hendaknya kalian berlomba dalam kebaikan. Janganlah kalian menjadi beban bagi kaum muslimin."
Jadi seorang muslim itu tidak boleh menjadi beban bagi orang lain.
وقال محمد بن ثور: كان سفيان الثوري يمر بنا ونحن جلوس في المسجد الحرام فيقول: ما يجلسكم ، فنقول : ماذا نصنع؟ فكان يقول: اطلبوا من فضل الله ولا تكونوا عيالاً على المسلمين،
Muhammad bin Tsaur mengatakan “Suatu hari Sufyan Tsauri melintas di depan kami yang ketika itu sedang duduk-duduk di Masjidil Haram. Beliau bertanya kepada kami, ‘Dalam rangka apa kalian hanya duduk duduk saja?’, ‘Lalu apa yang perlu kami lakukan?’, jawab kami. Beliau mengatakan, ‘Carilah karunia Allah (baca: bekerjalah). Janganlah kalian menjadi beban bagi kaum muslimin’.”
وكان سفيان رحمه الله يعتني بماله, جاءه يوماً طالب علم يسأله عن مسألة وهو يبيع ويشتري، وألح في المسألة ، فقال له سفيان: يا هذا اسكت فإن قلبي عند دراهمي،
Sufyan Tsauri adalah seorang yang sangat perhatian dengan hartanya. Suatu hari ada seorang penuntut ilmu yang bertanya kepada beliau mengenai suatu permasalahan pada saat beliau sedang asyik berdagang. Meski demikian orang tersebut berulang kali bertanya sampai pada akhirnya Sufyan mengatakan, "Diam, jangan terus bertanya karena hatiku sedang konsen memikirkan uangku.
وكان له ضيعة وكان يقول: لو هذه الضيعة لتمندل لي الملوك .
Sufyan Tsauri juga memiliki ladang. Beliau berkata mengenai ladangnya, "Andai bukan karena ladang ini, niscaya aku bergantung dengan pemberian para raja".
وكان أيوب السختياني يقول: الزم سوقك فإنك لا تزال كريماً مالم تحتج إلى أحد.
Ayub as Sikhtiyani juga mengatakan, "Rajinlah pergi ke pasar karena Anda akan selalu mulia selama Anda tidak membutuhkan bantuan orang lain."
Kemiskinan Bukanlah Suatu Hal yang Diinginkan oleh Agama Kita
Terdapat riwayat dari Ali bahwa beliau mengatakan,
لو كان الفقر رجلاً لقتلته
"Andai saja kemiskinan itu adalah manusia, maka akan kubunuh dia."
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering berdoa
اللهم إني أعوذ بك من الكفر والفقر
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran." (HR. Abu Daud no.5090 dll, sanadnya dinilai hasan oleh Al Albani).
Menjadi kewajiban setiap muslim untuk rajin dan ulet bekerja, sehingga keluarganya tidak terlantar. Orang yang tidak mau bekerja itu bukanlah orang yang bertawakkal, namun orang yang minta makan kepada orang lain. Ini adalah kelakuan para pemalas. Laki-laki itu diciptakan di dunia ini untuk bekerja dengan penuh kesungguhan dan keuletan. Para nabi adalah orang orang yang tekun bekerja. Demikian pula, Aku Bakar adalah seorang pedagang.
Orang yang malas bekerja itu boleh jadi adalah orang yang salah paham dengan agama atau orang yang malas bekerja. Saran yang bisa kami berikan kepada orang semacam itu adalah perbaikilah niat, bekerjalah dengan pekerjaan yang halal, bertakwalah kepada Allah dalam pekerjaanmu, dan Anda dalam ketaatan kepada Allah. Tetaplah rajin shalat berjamaah dan mengikuti berbagai kajian ilmiah namun jangan sampai Anda menelantarkan kebutuhan nafkah keluarga Anda.
Siapa yang suka mengemis, maka akan Allah bukakan untuknya pintu kemiskinan. Siapa yang rajin bekerja dialah orang yang kaya karena kekayaan itu bukan dengan banyaknya harta, tapi dengan qonaah. Sekali lagi, jangan pernah meminta-minta.
Semoga kita semua mendapatkan taufik dari-Nya untuk melakukan hal-hal yang Dia cintai dan Dia ridhai. (Fatwa Syaikh Masyhur Hasan al Salman no pertanyaan: 94).
Artikel www.PengusahaMuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar