(Tanggapan terhadap artikel: misteri gunung
Salak, burung pun bisa jatuh di atas makam Syekh)
Bukannya
mengambil hikmah dari kecelakaan Sukhoi dengan bertobat dari kemaksiatan dan
dosa, seorang “pemuka” di kaki gunung salak, desa palasari, Cijeruk malah
menganjurkan makam Syekh Hasan dikukuhkan sebagai tempat ziarah. “Perlu semacam ada pengukuhan
makam Syekh Hasan menjadi tempat ziarah” kata Habib
Mukhsin Barakbah.
Musibah Sukhoi dan Makam Syekh
Hasan
Allah yang
maha bijak telah menetapkan bahwa segala sesuatu ada sebabnya. Apakah
berdasarkan dalil syar’i atau kauni. Al Qur’an misalnya adalah sebab syar’i bagi
kesembuhan, bagitu pula madu, habbatsauda’, air zamzam, semuanya adalah sebab
kesembuhan berdasarkan dalil Al Qur’an dan hadits yang shahih. Begitu pula api
yang merupakan sebab kauni untuk
membakar, dan seterusnya.
Tapi hubungan
sebab-akibat bisa tidak berfungsi apabila Allah menghendaki. Berapa banyak obat
yang diyakini sebagai sebab kesembuhan tapi tidak berfungsi pada sebagian
orang, seperti api yang tidak berfungsi ketika digunakan untuk membakar nabi Ibrahim Alaihissalam.
Maka mengimani
sebab-akibat tidak merusak tauhid selagi seseorang meyakini bahwa segala
sesuatunya tergantung kehendak Allah.
Lalu benarkah
pesawat Sukhoi yang jatuh beberapa waktu lalu ada hubungannya dengan makam
Syekh Hasan, seperti yang dikatakan oleh KH Marsa Abdullah? “Di gunung Salak ada
penunggunya, jadi harus ada syarat. Jangankan pesawat, dulu burung pun jatuh
kalau terbang ke gunung Salak, tepat di atas makam keramat Syekh Hasan”.
Apa yang
dikatakan Marsa ini nyata bertentangan dengan Islam, jelas tidak ada kaitan
sebab-akibat antara kecelakaan pesawat dengan makam Syekh Hasan, tidak ada
keterangan berupa dalil syar’i maupun pembuktian ilmiyah (kauni) dalam hal ini.
Bahkan pernyataannya menunjukkan kedangkalan Marsa akan syariat Islam dan
ajaran yang dibawa RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Marsa telah
menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab, sehingga dia pun terjatuh
kepada kesyirikan.
Marsa
mengatakan: “Di gunung Salak ada
penunggunya…”. Ajaran yang
mirip dengan keyakinan banyak orang terhadap Nyi Roro Kidul ini kembali
diungkap Marsa dengan redaksi yang berbeda. Kalau Nyi Roro Kidul “penguasa laut
selatan” sedangkan makam Syekh Hasan “penunggu gunung Salak”.
Padahal Allah
Ta’ala berfirman:
“Katakanlah (wahai Muhammad
kepada musyrikin Makkah): Milik siapakah bumi dan apa-apa yang ada padanya,
apabila kalian mengetahui? Orang-orang (musyrikin) itu akan mengatakan: milik
Allah. Katakan (kepada mereka): tidakkah kalian mengingat? Katakanlah (kepada
mereka): siapakah yang penguasa langit yang tujuh dan penguasa ‘ary yang besar?
Mereka akan menjawab: milik Allah. Katakan (kepada mereka): Tidakkah kalian
bertakwa? (Qs. 23: 84-88)
Maka tidak ada
penguasa semesta alam ini kecuali Allah, meski hanya sejengkal apalagi sampai
segunung. Dan meyakini apa yang dikatakan Marsa dan keyakinan-keyakinan serupa
merupakan kufur akbar yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam.
Lebih jauh
lagi, apabila kita perhatikan ayat di atas dan ayat-ayat serupa di dalam Al Qur’an,
kita dapati bahwa orang-orang jahiliyah dahulu (musyrikin Quraisy) ternyata
lebih mendapat petunjuk daripada Marsa yang bergelar Kyai. Orang-orang
musyrikin dahulu mengakui hanya Allah Ta’ala penguasa tunggal alam semesta,
sedangkan orang-orang seperti Marsa masih meyakini ada selain Allah yang ikut
menguasai, ikut menjaga atau menunggui sebagian dari bumi Allah ini?! Apa Marsa
tidak membaca firman Allah Ta’ala yang mengatakan;
Pak Kyai juga
bilang: “Jangankan pesawat, dulu burung
pun jatuh kalau terbang ke gunung Salak, tepat di atas makam keramat Syekh
Hasan”.
Ada dua kemungkinan disini,
Marsa telah berdusta atau Allah ingin menyesatkan orang-orang seperti Marsa.
Padahal cukup
bagi orang yang diberi akal sehat untuk tidak percaya bualan Marsa dan orang
yang sepertinya, yaitu peristiwa yang menimpa sebuah makam dengan batu nisan
bertuliskan Raden KH Moh Hasan bin R KH Bahyudin Praja Kusuma (Mbah Gunung
Salak), yang berada di dekat lokasi Sukhoi naas, diberitakan telah rusak
tertimpa logistik dari Super Puma.
Maka bagaimana
bisa makam yang tidak dapat menolak kerusakan yang menimpa dirinya diyakini
mampu menimpakan musibah dan bencana kepada orang lain?! Sungguh kecelakaan
Sukhoi adalah musibah yang besar bagi keluarga yang ditinggal, tapi musibah
yang keluar dari mulut Kyai Marsa dan Habib Barakbah jauh lebih besar.
(Tulisan ini
saya buat di atas asumsi apa yang ditulis wartawan Tribun Jakarta edisi Pagi,
Selasa 15 Mei 2012 adalah benar) – Jafar Salih.
(Sumber: Blog Abu Umamah)
0 komentar:
Posting Komentar