Para pembaca yang berbahagia, siapakah sosok sahabat pemalu sampai para malaikat
pun malu kepadanya? Ya, dia adalah ‘Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu ‘anhu.
Nama dan Kelahiran
Beliau adalah ‘Utsman bin ‘Affan bin Abil Ash
bin Umayyah bin ‘Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin
Ka’b bin Luay bin Ghalib al-Qurasyi al-Umawi
radhiyallahu ‘anhu.
Jalur nasab beliau dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu pada ‘Abdi Manaf. Ibunya bernama Arwa bintu Kuraiz bin
Rabi’ah bin Habib bin Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf. Kunyah beliau adalah Abu ‘Amr atau Abu
‘Abdillah.
Dilahirkan di kota Thaif, pada tahun 576
Masehi atau 6 tahun setelah peristiwa Gajah yaitu penyerangan pasukan bergajah
yang dipimpin oleh Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah.
Sekilas Keadaan Keluarga
Beliau digelari dengan Dzun Nurain (memiliki 2 cahaya), karena
menikahi 2 putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yaitu Ruqayyah
radhiyallahu ‘anha dan Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha.
Siapakah Ruqayyah
radhiyallahu ‘anha dan Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha?
Ruqayyah radhiyallahu ‘anha adalah kakak dari Ummu
Kultsum radhiyallahu ‘anha.
Ibunda mereka adalah Khadijah bintu Khuwailid
radhiyallahu ‘anha. Awalnya, Ruqayyah radhiyallahu ‘anha menikah dengan ‘Utbah
bin Abi Lahab. Sementara Ummu Kultsum radhiyallahu
‘anha menikah dengan ‘Utaibah bin Abi
Lahab.
Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai menyampaikan
risalah kepada orang-orang Quraisy, Abu Lahab memerintahkan kedua anaknya untuk
menceraikan kedua istrinya. Maka diceraikanlah Ruqayyah radhiyallahu ‘anha dan Ummu
Kultsum radhiyallahu ‘anha dalam keadaan masih suci (perawan). Ini merupakan pemuliaan dari
Allah subhanahu wa ta’ala bagi keduanya sekaligus sebagai penghinaan bagi kedua anak Abu
Lahab. ‘Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu
akhirnya menikahi Ruqayyah
radhiyallahu ‘anha.
Tak berselang lama, mereka berdua hijrah ke
negeri Habasyah. Di negeri asing tersebut, Ruqayyah
radhiyallahu ‘anha melahirkan seorang putra yang
diberi nama Abdullah. Kemudian beliau dan keluarga hijrah ke kota Madinah
setelah sebelumnya sempat kembali ke kota Mekkah. Suatu hari,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat berangkat menuju daerah Badr untuk
menghadang kafilah dagang Quraisy. Sedianya, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ingin mengikuti misi
tersebut. Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memerintahkan beliau untuk tetap tinggal di
Madinah demi menjaga dan merawat Ruqayyah radhiyallahu
‘anha yang dalam keadaan sakit. Dan tatkala kaum
muslimin bersuka cita merayakan kemenangan pasukan Allah subhanahu wa ta’ala atas pasukan
musyrikin dalam kancah Badr, mendung kelabu menyelimuti keluarga
‘Utsman radhiyallahu ‘anhu dengan kepergian istri tercinta menghadap sang Khaliq pada bulan
Ramadhan tahun 2 Hijriyah.
Pada bulan Rabiul Awal tahun 3 Hijriyah,
beliau menikah dengan Ummu Kultsum radhiyallahu
‘anha. Pada tahun 4 Hijriyah, putra beliau yang
bernama Abdullah meninggal dunia karena sakit. Dan pada tahun 9 Hijriyah
menyusul berikutnya sang istri Ummu Kultsum
radhiyallahu ‘anha wafat, tanpa meninggalkan
keturunan. Gurat kesedihan kembali menyelimuti wajah beliau.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Seandainya aku memiliki
putri ketiga, niscaya akan aku nikahkan dengan ‘Utsman.”
Sifat dan Akhlak
Wajah beliau sangat tampan, berperawakan
sedang dan gemuk, berdada lebar dan warna kulit sawo matang. Memiliki jenggot
dan rambut yang lebat.
Beliau adalah seorang saudagar yang kaya lagi
dermawan, banyak berbuat kebaikan, lembut perangainya, penyabar, penyayang, suka
menyambung kekerabatan, memiliki sifat pemalu dan rajin melaksanakan puasa serta
shalat malam.
Awal Keislaman
Beliau termasuk jajaran sahabat yang terdahulu
masuk Islam setelah Abu Bakr ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin
Haritsah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakr ash-Shiddiq sebelum
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumah al-Arqam bin Abil Arqam, dalam usia lebih dari 30
tahun.
Ketika itu para sahabat yang masuk Islam baru
mencapai 38 orang. Tatkala diketahui masuk Islam, sang paman yang bernama
al-Hakam bin Abil Ash bin Umayyah langsung mengikat tubuh beliau seraya
mengatakan, “Apakah engkau membenci agama nenek moyangmu dan lebih memilih agama
yang baru? Demi Allah, aku tidak akan memenuhi kebutuhanmu sampai engkau
meninggalkan agama tersebut!”
Beliau mengatakan, “Demi Allah, aku tidak akan
meninggalkannya selama-lamanya!”
Demi melihat teguhnya pendirian beliau, sang
paman pun akhirnya meninggalkannya.
Perjalanan Hijrah
Beliau adalah seorang sahabat yang berhijrah 2
kali yaitu ke Habasyah (Ethiopia) dan Madinah. Beliau termasuk rombongan awal
dari para sahabat yang berhijrah ke Habasyah.
Masa Pemerintahan
Beliau dibai’at sebagai khalifah, 3 hari
setelah pemakaman khalifah Umar bin al-Khaththab
radhiyallahu ‘anhu. Tepatnya pada hari Sabtu bulan
Muharam tahun 24 Hijriyah (644 Masehi) dalam usia 70 tahun.
Pada masa pemerintahan ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu, kaum muslimin dengan
pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala berhasil menaklukkan beberapa daerah. Daerah-daerah yang
ditaklukkan meliputi daerah Ray (Teheran), Hamadzan, benteng-benteng Romawi,
kota Sabur, beberapa daerah di benua Afrika sampai berhasil menembus negeri
Andalusia (Spanyol), Asbahan, Khurasan, Sijistan, Naisabur, Thabaristan, Thus,
Sarkhas, Maru dan Baihaq. Beliau memangku jabatan khalifah selama 12
tahun.
Keutamaan dan Kelebihan
1. Mendapat kabar gembira masuk
surga.
Dahulu ada seseorang minta izin untuk menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan kepada Abu Musa al-Asy’ari
radhiyallahu ‘anhu:
ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى
بَلْوَى سَتُصِيْبُهُ
“Izinkan baginya dan berilah kabar gembira
dengan surga atas musibah yang akan menimpanya.” (HR. al-Bukhari no. 3695)
Tatkala pintu dibuka, ternyata orang tersebut
adalah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu
‘anhu.
2. Sahabat yang paling berilmu tentang masalah
halal-haram dan manasik haji
3. Melaksanakan ibadah haji setiap tahun
tatkala menjabat sebagai khalifah kecuali pada tahun wafatnya beliau.
Jasa dan Prestasi dalam Islam
1. Menyiapkan bekal untuk pasukan Perang
Tabuk.
‘Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu ‘anhu menginfakkan harta untuk kebutuhan
sepertiga pasukan sebanyak 900 unta dan 100 kuda serta uang sebesar 1000 dinar
lebih.
Ibnu Ishaq rahimahullah mengatakan, “‘Utsman telah
memberikan infak kepada pasukan perang Tabuk dengan infak yang sangat besar yang
belum pernah ada seorang pun yang memberikan infak sebesar itu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mempersiapkan
bekal untuk pasukan al-‘Usrah (perang Tabuk) maka baginya adalah al-Jannah
(surga).” (HR.
al-Bukhari no. 2778)
2. Mewakafkan sumur Ruumah untuk kaum
muslimin.
Ruumah adalah nama sebuah sumur yang cukup
terkenal di lembah kota Madinah dan dimiliki oleh seorang Yahudi. Kaum muslimin
biasa membeli air dari sumur Yahudi tersebut dengan harga 1 dirham setiap 1
kantong air. Kemudian beliau membelinya dengan harga 20.000 dirham, dan
mewakafkannya untuk kaum muslimin.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menggali sumur Ruumah maka baginya adalah
al-Jannah (surga).” (HR.
al-Bukhari no. 2778)
Al-’Aini dalam ‘Umdatul Qari’ mengatakan, “Makna
menggali di sini adalah membelinya yaitu sedekah dari beliau.”
3. Menyatukan Al-Qur`an dalam satu
bacaan
Dalam rangka menyatukan bacaan Al-Qur`an,
beliau membentuk panitia kerja yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Dan panitia
kerja berhasil menyusun standar salinan Al-Qur`an yang dikenal dengan nama
Mushaf ‘Utsmani, untuk
kemudian diperbanyak dan dikirim ke berbagai daerah serta memerintahkan untuk
menarik semua mushaf yang tidak sesuai dengan Mushaf
‘Utsmani dalam rangka penyatuan bacaan
Al-Qur`an.
4. Merenovasi dan memperluas Masjid
Nabawi
Di masa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dinding Masjid Nabawi
dibangun dari batu bata, atap dari pelepah kurma dan tiangnya dari batang kurma.
Pada masa ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu
‘anhu, Masjid Nabawi mengalami renovasi dan
perluasan.
Dinding masjid dan tiang dibangun dari
bebatuan yang berkualitas, serta bagian atap disusun dari kayu. Masjid tetap
dijadikan dengan 6 pintu sebagaimana pada zaman ‘Umar
radhiyallahu ‘anhu. Pengerjaan tersebut memakan waktu
10 bulan, mulai bulan Rabiul Awal tahun 29 Hijriyah sampai awal bulan Muharram
tahun 30 Hijriyah.
5. Membangun dan memperluas Masjidil
Haram
Bentuk Masjidil Haram pada masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr hanya berupa halaman di sekitar Ka’bah dan tempat
thawaf serta belum ada tembok yang mengelilinginya. Hanya saja ketika itu Ka’bah
dan halaman sekitarnya dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk. Pada masa
‘Umar radhiyallahu ‘anhu,
rumah-rumah tersebut dibeli oleh negara kemudian dibongkar dalam rangka
perluasan masjid. Setelah itu, dibangunlah tembok keliling yang tidak terlalu
tinggi dan kemudian dipasang lampu-lampu untuk penerangan.
Di masa ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu tepatnya pada tahun
26 Hijriyah, Masjidil Haram pun dibangun dan diperluas.
6. Memindahkan kota pelabuhan dari Syu’aibah
ke Jeddah
Syu’aibah adalah kota pelabuhan terkenal pada
masa jahiliyah. Pada tahun 26 Hijriyah, ‘Utsman
radhiyallahu ‘anhu memindahkan kota pelabuhan dari
Syu’aibah ke Jeddah atas permintaan penduduk Mekkah dengan alasan lebih dekat
jaraknya dari Mekkah.
Keraguan dan Jawaban
Beliau memang tidak mengikuti Perang Badr
karena ada uzur (alasan) syar’i sebagaimana yang telah dijelaskan.
Demikian pula beliau tidak mengikuti Bai’at
Ridhwan, karena saat itu beliau sedang berada di kota Mekkah sebagai duta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk para pembesar Quraisy. Dalam bai’at tersebut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya seraya bersabda,
“Ya Allah, ini adalah dari ‘Utsman.”
Akhir Kehidupan
Beliau meninggal sebagai syahid pada hari
Jum’at tanggal 18 Dzulhijjah tahun 35 Hijriyah (Juni tahun 656 Masehi) waktu
Ashar di usia 82 tahun setelah ditikam oleh para perusuh yang mengepung
rumahnya.
Beliau radhiyallahu
‘anhu meninggal dalam keadaan berpuasa. Dimakamkan
pada malam Sabtu antara Maghrib dan Isya di pemakaman Baqi’.
Wallahu a’lamu bish
shawab.
alilmu.com
0 komentar:
Posting Komentar