Sejumlah tokoh sahabat telah memberikan
kesaksian tentang banyaknya ilmu Abu Hurairah dan ketepatannya dalam
meriwayatkan hadits.
Seorang laki-laki datang menemui Thalhah bin
Ubaidillah lalu berkata, “Wahai Abu Muhammad, bagaimana menurutmu tentang orang
Yaman ini, yakni Abu Hurairah, apakah dia lebih tahu tentang hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada kalian, karena kami telah mendengar darinya hadits-hadits
yang tidak pernah kami dengar dari kalian, ataukah ia berkata atas Nabi apa yang
tidak pernah beliau sabdakan?”
Thalhah menjawab, “Adapun jika ia mendengar
hadits yang belum pernah kami dengar, maka aku tidak meragukannya. Aku akan
menceritakan kepadamu tentang hal itu. Dulu kami adalah orang-orang yang
memiliki rumah, kambing dan pekerjaan. Kami mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam waktu pagi
dan petang, sementara Abu Hurairah adalah orang miskin sekaligus tamu di depan
pintu rumah Rasulullah, tangannya bersama tangan Rasulullah, maka kami tidak
ragu bahwa ia mendengar apa yang tidak kami dengar. Kamu tidak akan mendapati
seseorang yang memiliki kebaikan akan berkata-kata atas nama Rasulullah apa yang
tidak beliau katakan.” (Siyar A’lam an Nubala’
(2/605-606), seperti yang diriwayatkan at Tirmidzi
dalam Jami’nya, al Bukhari
dalam Tarikh al Kabir, al
Hakim dalam al Mustadrak dan
selainnya. Sanadnya hasan)
Al Baihaqi menambahkan dalam Madkhal-nya, dari maula Thalhah, ia
berkata: Ketika Abu Hurairah sedang duduk, ada seoang laki-laki lewat di depan
Thalhah dan berkata kepadanya, “Abu Hurairah telah banyak meriwayatkan hadits.”
Thalhah menjawab, “Sungguh kami telah mendengar seperti yang ia dengar, tapi ia
hafal sedang kami lupa.” Al Hafidz Ibnu Hajar juga menyebutkannya dalam
Fathul Bari.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah ditanya,
“Apakah engkau mengigkari hadits yang disampaikan Abu Hurairah?” Ia menjawab,
“Tidak, tapi ia berani dan kami takut.”
Abu Hurairah berkata, “Apa dosaku jika aku
hafal sedangkan mereka lupa?” (Siyar A’lam an Nubala
(2/208))
Ibnu Umar berkata dalam hadits yang
membicarakan tentang pahala mengantarkan jenazah, setelah Aisyah radhiyallahu ‘anha memberi kesaksian atas
Abu Hurairah, “Engkau wahai Abu Hurairah, adalah orang yang paling banyak
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling mengetahui hadits beliau dibandingkan kami.”
Riwayat lengkapnya sebagai berikut:
Ibnu Umar melewati Abu Hurairah yang sedang
menyampaikan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
“Barangsiapa mengiringi jenazah lalu ia
menshalatkannya, maka ia mendapatkan (pahala) satu qirath, dan jika ia menyaksikan
penguburannya, maka ia mendapatkan (pahala) dua qirath.”
Satu qirath itu lebih besar daripada Gunung
Uhud. Maka Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Wahai Abu Hurairah, perhatikanlah apa yang engkau
sampaikan dari nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam itu.” Abu Hurairah pun berdiri menghampirinya
dan membawanya pergi kepada Aisyah radhiyallahu
‘anha, lalu Abu Hurairah berkata kepadanya, “Wahau
Ummul Mukminin, aku memintamu bersumpah demi nama Allah, apakah engkau pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa mengiringi jenazah lalu
ia menshalatkannya, maka ia mendapatkan (pahala) satu qirath, dan jika ia menyaksikan
penguburannya, maka ia mendapatkan (pahala) dua qirath.” Aisyah menjawab “Ya pernah”
kemudian Abu Hurairah berkata, “Sesungguhnya aku dulu tidak disibukkan oleh
bercocok tanam dan berdagang di pasar dari menghadiri majelis Nabi. Aku meminta
kepada beliau satu kata untuk diajarkan kepadaku dan sesuap makan untuk
diberikan kepadaku.” Maka Ibnu Umar berkata, “Wahai Abu Hurairah, engkau adalah
orang yang paling banyak menemani Nabi dan paling mengetahui hadits beliau
dibanding kami.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/302), at Tirmidzi dalam
Jami’-nya (13/226) secara
ringkas, dan Al Hakim dalam Mustadrak-nya (3/510-511) Ia berkata “Sanadnya shahih”)
Dari Asy’ats bin Sulaim, dari bapaknya, ia
berkata, “Aku datang ke Madinah, ternyata Abu Ayyub sedang menyampaikan hadits
dari Abu Hurairah, dari Rasulullah, maka aku katakana kepadanya, “Engkau juga
sahabat Rasulullah.” Ia menjawab”Abu Hurairah mendengar langsung dari
Rasulullah. Aku meriwayatkan hadits darinya, dari Rasulullah lebih aku sukai
daripada aku meriwayatkan (secara langsung) dari Rasulullah. (Al Muatadrak (3/512), dan Siyar A’lam an Nubala (2/606)
***
artikel muslimah.or.id
artikel muslimah.or.id
disalin dari buku Bukan Seorang Pendusta, Dr. Muhammad
Dhiya’ur Rahman al A’zhami, Pustaka At Tazkia
0 komentar:
Posting Komentar