Lempar Jumrah Dalam Kondisi Padat
Sejak dari terowongan depan tenda Misi Haji Indonesia, suasana terlihat lengang. Berbeda dengan selama tiga hari sebelumnya, jalanan sangat padat. Seluruh bodi jalan yang sangat luas itu dipenuhi ratusan ribu jamaah yang berjalan menuju jamarat, meski berjalan dengan sangat pelan. Sedang di sisi jalan sebelahnya dipenuhi orang yang berjalan pulang dari jamarat.
Kalau suasana jalan seperti itu, aparat biasanya menghentikan jamaah yang berangkat dari tenda sekitar, untuk balik dulu. Petugas di depan tenda Misi Haji Indonesia, dengan pengeras suara, juga tak hentinya mengingatkan jamaah Indonesia untuk menunda dulu keberangkatan ke jamarat.
Namun suasana seperti itu sejak Senin (29/10) pagi, sudah tidak terjadi lagi. Jalan di luar maupun sepanjang terowongan (2 km) terasa lengang. Jamaah bisa dengan leluasa berjalan.
Begitu juga sesampai di jamarat, jamaah bisa melempar jumrah dengan leluasa. Setelah lempar jumrah juga bisa berdoa sepuas-puasnya di tempat yang sedang mustajab untuk berdoa tanpa diganggu askar. Sebelumnya kalau ada yang berhenti, apakah untuk berdoa maupun tahalul, langsung diusir askar, karena membuat arus macet. Bahkan setelah itu banyak yang berfoto ria membuat dokumentasi hari terakhir di jamarat.
Dari Yogya, jamaah yang melakukan lempar jumrah pagi hari terakhir ini antara lain jamaah mandiri Bantul, jamaah Muslimat NU (HDWR) Bantul, dan jamaah Aisyiyah Bantul dan Kulonprogo. Siangnya jamaah Bina Umat Kota Yogyakarta, dan Rindu Ka'bah Bantul. Bagi yang ambil Nafar Tsani, sebagian sudah lempar jumrah tanggal 12 dan 13 Dzulhijjah pada Minggu (28/10) malam, yakni sebelum dan sesudah pukul 00.00. (Fie). http://krjogja.com
0 komentar:
Posting Komentar