Segala puji bagi
Allah, Rabb yang menurunkan Al Qur’an yang penuh keberkahan. Shalawat dan salam
kita panjatkan kepada sayyid ibni Adam (penghulu seluruh manusia) yaitu Nabi
Muhammad, keluarga, dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik hingga akhir zaman.
Begitu indah dan menyejukkan hati jika kita dapat terus merenungkan
Kalamullah, Al Qur’an Al Karim. Saat ini kita akan melanjutkan tafsir Surat Al
Mulk (serial ketujuh), ayat 20 dan 21. Kemudian kita juga akan ambil
faedah-faedah berharga di dalamnya.
Orang Musyrik
Sama Sekali Tidak Memiliki Penolong
Allah Ta’ala berfirman,
Allah Ta’ala menceritakan mengenai orang-orang musyrik yang menyembah
selain Allah. Mereka mengharap pada selain Allah pertolongan dan rizki. Lalu
Allah membantah keyakinan mereka tersebut, apa-apa yang mereka harap-harap
tidak mungkin tercapai. Allah Ta’ala katakan
(yang artinya), “Atau siapakah dia
yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah yang
Maha Pemurah?” Maksudnya, orang-orang musyrik sama sekali tidak memiliki penolong dan
pelindung selain Allah. Oleh karena itu selanjutnya Allah katakan (yang
artinya), “Orang-orang kafir
benar-benar telah tertipu.” Demikian penjelasan Ibnu Katsirrahimahullah dalam tafsirnya.[1]
Meminta Tolong
yang Termasuk Kesyirikan
Meminta tolong kepada selain Allah dibolehkan selama yang dimintai tolong
itu masih hidup, ada di tempat dan mampu untuk memenuhi pertolongan.
Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala,
“Dan tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa.” (QS. Al Maidah: 2)
Juga diisyaratkan hal ini dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat
barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah.” (HR. Bukhari no.
2891 dan Muslim no. 1009)
Sedangkan meminta tolong yang bernilai syirik adalah apabila yang dimintai
tolong itu sudah mati, tidak di tempat atau tidak mampu mengabulkan permintaan
tolong. Hal ini diisyaratkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikatakan pada sahabat mulia Ibnu ‘Abbasradhiyallahu ‘anhuma,
“Jika engkau ingin meminta, mintalah pada Allah dan jika engkau ingin
meminta tolong, mintalah pada Allah. ” (HR. Tirmidzi no. 2516)
Dalam perkara yang hanya Allah saja yang bisa memberi pertolongan seperti
meminta diturunkannya hujan, maka jika hal ini diminta pada selain Allah, itu
termasuk kesyirikan.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Seandainya makhluk selain Allah itu
bersatu untuk memberikan pertolongan pada seorang hamba terhadap musuh mana
pun, maka itu tidaklah bermanfaat sama sekali walaupun sebesar semut kecil.”[2]
Yang dikatakan oleh Syaikh As Sa’di sejalan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat,
mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah
untukmu”.
(HR. Tirmidzi no. 2516, shahih)
Sudah Tahu
Kebenaran Namun Berpaling
Dalam ayat selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman,
“Atau siapakah Dia yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya?
Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” (QS. Al Mulk: 21)
Tidak ada seorang pun yang dapat memberi dan menahan, begitu pula tidak ada
yang dapat mencipta, memberi rizki dan memberi pertolongan melainkan Allah
Ta’ala, tidak ada yang bersekutu dengan-Nya dalam hal ini. Orang-orang musyrik
sudah mengetahui hal ini, namun anehnya mereka masih tetap menyembah atau
beribadah kepada selain Allah. Oleh karena itu, Allah Ta’ala katakan
selanjutnya,
“Sebenarnya mereka terus menerus …” yaitu mereka terus menerus dalam melampaui
batas, kebohongan dan kesesatan.
Maksudnya, mereka terus menerus dalam penentangan dan kesombongan. Mereka
pun berpaling dari kebenaran, mereka enggan untuk merespon (taat) dan mengikuti
kebenaran tersebut. Demikian penjelasan dari Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat di
atas.[3]
Itulah keadaan orang-orang musyrik. Mereka sudah tahu kebenaran. Namun
mereka begitu sombongnya berpaling darinya. Jika seorang muslim demikian, maka ia sama halnya dengan orang-orang
musyrik.
Hanya Allah Yang
Maha Memberi Rizki
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan mengenai Surat Al Mulk ayat 21 di atas.
Beliau berkata,
“Semua rizki berada di tangan Allah. Jika Allah menahan rizki pada
seseorang, lantas siapa lagi yang dapat memberi rizki padanya? Makhluk tentu
saja tidak dapat memberi rizki untuk dirinya sendiri. Lantas bagaimanakah lagi
ia memberi rizki untuk yang lainnya? Pemberi rizki, pemberi nikmat,
satu-satunya hanyalah Allah. Oleh karena itu, hanya Allah-lah yang pantas
diibadahi.”[4]
Maka sungguh aneh jika seseorang sudah meyakini hal ini, namun ia masih
saja memohon hajat, larisnya dagangan pada selain Allah, semisal dengan
mendatangi kubur wali untuk ngalap berkah dengan tanahnya, atau mungkin dengan
menggantungkan berbagai macam jimat sebagai penglaris dagangan dan bisnisnya.
Orang Musyrik
Juga Mengenal Allah
Ayat-ayat yang kami sebutkan menunjukkan bahwa orang-orang musyrik itu
mengenal Allah. Mereka mengakui sifat rububiyah Allah. Mereka meyakini bahwa
Allah sebagai pemberi rizki, pencipta dan pengatur alam semesta.
Ibnu Abbas mengatakan, “Di antara keimanan orang-orang musyrik: Jika
dikatakan kepada mereka, ‘Siapa yang menciptakan langit, bumi, dan gunung?’
Mereka akan menjawab, ‘Allah’. Sedangkan mereka dalam keadaan berbuat syirik
kepada-Nya.”
‘Ikrimah mengatakan,”Jika kamu menanyakan kepada orang-orang musyrik: siapa
yang menciptakan langit dan bumi? Mereka akan menjawab: Allah. Demikianlah
keimanan mereka kepada Allah, namun mereka menyembah selain-Nya juga.”[5]
Jika demikian, maka iman sebenarnya kepada Allah bukan hanya mengakui Allah
sebagai pencipta dan pemberi rizki saja sebagaimana ajaran ini diagung-agungkan
oleh para filosof. Benarlah firman Allah,
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf: 106)
Namun iman yang benar juga harus dibuktikan dengan beribadah kepada Allah
semata. Karena sesembahan yang diibadahi selain Allah adalah sesembahan yang
batil, hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman,
“Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq (benar),
adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah (sesembahan) yang
Bathil.”
(QS. Luqman: 30)
Demikian faedah-faedah berharga dari dua ayat surat Al Mulk. Semoga bermanfaat.
Semoga kita semakin gemar untuk merenungkan Kalamullah yang mulia sehingga
membuat hati ini semakin sejuk dengannya.
Alhamdulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Diselesaikan di Panggang-GK, 3 Jumadits Tsani 1431 H (16/05/2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
[1] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 14/77,
Muassasah Qurthubah.
[2] Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman
bin Nashir As Sa’di, hal. 877, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun
1423.
[3] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/77.
[4] Taisir Al Karimir Rahman, hal. 877.
[5] Lihat Al-Mukhtashor Al-Mufid, Abdur Rozaq bin
Abdul Muhsin Al Badr, hal. 10-11, Dar Al Imam Ahmad.
RUMAH SAKIT ISLAM SAKINAH MOJOKERTO
BalasHapusJalan RA Basuni 12 Sooko
Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur indonesia
Phone: (0321)
321922,326991,329669.383715
Sms:085746300533
Fax: (0321) 329670
Email: rsisakinah@telkom.net