TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH (Bukti) [1]
Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik
dia berkata: Rasulullah bersabda kepada Ubay bin Ka'ab: “Sesungguhnya Allah menyuruhku
untuk membacakan kepadamu, Lam Yakuniladzi..... Ubay bertanya, Dia menyebut namaku kepadamu?' Beliau
menjawab", 'Ya,’ maka Ubay pun menangis.[2] Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi
dan an-Nasa-i.
1.Orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan
bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka
bukti yang nyata,
2.(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran
yang disucikan (al-Qur’an),
3.di dalamnya terdapat (isi) Kitab-Kitab yang lurus,
4.Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan al-Kitab (kepada mereka)
melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
5.Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah [98]: 1-5)
Adapun Ahlul Kitab adalah orang-orang
Yahudi dan Nasrani. Dan yang dimaksud dengan orang-orang musyrik adalah para
penyembah berhala dan api, baik dari masyarakat Arab maupun non Arab. Mujahid
mengatakan bahwa mereka "Tidak akan
meninggalkan." Artinya, mereka tidak akan berhenti sehingga kebenaran
tampak jelas di hadapan mereka. Demikian itu pula yang dikemukakan oleh
Qatadah.
"Sehingga datang kepada mereka bukti
yang nyata." Yaitu, al-Qur’an ini. Oleh karena itu, Allah Ta’ala
berfirman: "Orang-orang kafir,
yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan
meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata."
Kemudian Allah Ta'ala menafsirkan bukti
tersebut melalui firman-Nya: "Yaitu seorang Rasid
dari Allah yang membacakan lembaran yang disucikan (al-Qur’an)." Yakni,
Muhammad dan
al-Qur’an al-'Azhim yang beliau bacakan, yang sudah tertulis di Mala-ul Ala di
dalam lembaran-lembaran yang dicucikan.
Dan firman Allah Ta'ala: "Di dalamnya terdapat
(isi) Kitab-Kitab yang lurus." Ibnu Jarir mengatkan: "Yakni di dalam
lembaran-lembaran yang disucikan itu terdapat kandungan Kitab-Kitab dari Allah yang
sangat tegak, adil, dan lurus, tanpa adanya kesalahan sedikit pun, karena ia
berasal dari Allah
Firman Allah Ta'ala: “Dan tidaklah
berpecah belah orang-orang yang didatangkan al-Kitab (kepada mereka) melainkan
sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata." Yang demikian itu
seperti firman Allah lainnya:
"Dan janganlah kamu menyerupai
orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang
jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat," (QS. Ali
'Imran: 105). Yang dimaksudkan dengan hal tersebut adalah orang-orang yang
menerima Kitab-Kitab yang diturunkan kepada ummat-ummat sebelum kita, di mana
setelah Allah memberikan hujjah dan bukti kepada mereka, mereka malah berpecah
belah dan berselisih mengenai apa yang dikehendaki Allah dari Kitab-Kitab
mereka. Mereka mengalami banyak perselisihan.
Dan firman Allah Ta'ala: ''Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya beribadah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama .
"Yang lurus," Yakni yang
melepaskan kemusyrikan menuju kepada tauhid. Dan pembahasan tentang kata hanif
ini telah diberikan sebelumnya dalam surat al-An'aam, sehingga tidak perlu
diulang kembali di sini. "Dan supaya mereka mendirikan shalat," yang
merupakan ibadah jasmani yang paling mulia. "Dan menunaikan zakat," yaitu berbuat baik kegada kaum fakir miskin dan orang-orang yang
membutuhkan. "Dan yang demikian itulah agama yang lurus."
Yakni agama yang berdiri tegak lagi adil, atau ummat yang lurus dan tidak
menyimpang. Dan banyak imam, seperti az-Zuhri dan asy-Syafi'i yang menggunakan
ayat mulia ini sebagai dalil bahwa amal perbuatan itu masuk dalam keimanan.
6.Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makbluk.
7.Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk.
8.Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah Surga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Rabb-nya. (QS. Al-Bayyinah
[98]: 6-8)
Allah Ta'ala mengabarkan tentang tempat
kembali orang-orang jahat dari orang-orang kafir Ahlul Kitab dan juga orang-orang
musyrik yang menolak Kitab-Kitab Allah yang diturunkan serta menentang
Nabi-Nabi Allah yang diutus, bahwa pada hari Kiamat kelak tempat mereka adalah
Neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya, yakni tidak akan pindah dari Neraka
itu untuk selamanya.
"Mereka itu adalah seburuk-buruk
makhluk." Yakni seburuk-buruk makhluk yang
diciptakan dan diadakan oleh Allah. Kemudian Allah Ta'ala menceritakan tentang
keadaan orang-orang yang berbuat baik, yaitu yang beriman dengan sepenuh hati
dan mengerjakan amal shalih dengan badan mereka bahwa mereka
adalah sebaik-baik makhluk.
Abu Hurairah dan sejumlah ulama telah
menjadikan ayat ini sebagai dalil pengutamaan orang-orang mukmin atas para
Malaikat. Hal Itu didasarkan pada firman-Nya. " Mereka itu
adalah sebaik-baik makhluk."
Kemudian Allah Ta'ala berfirman, "Balasan
mereka di sisi Rabb mereka," yakni pada hari Kiamat kelak: "Adalah surga
'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya." Yakni tidak akan pernah
terputus dan tidak juga berakhir.
"Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepada-Nya." Dan posisi keridhaan-Nya
atas mereka lebih tinggi daripada berbagai kenikmatan yang diberikan kepada
mereka. "dan mereka pun ridha kepada-Nya,” dari apa yang telah Dia
berikan kepada mereka berupa anugerah yang sangat luas.
Dan firman Allah Ta'ala, "Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabb- nya." Yakni balasan ini
akan diberikan kepada orang-orang yang takut dan bertakwa kepada Allah dengan
sebenar-benar takwa serta beribadah kepada-Nya seakan-akan dia melihat-Nya, dan
dia juga mengetahui kalau memang dia tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatnya.
2.Di antara maksud dari hal itu bahwa yang Sunnah untuk diikuti sampai
sekarang ini adalah pendengaran seorang penuntut ilmu kepada syaikhnva, tara
cara pelaksanaannya sehingga terlontar dari mulur syaikhnya panjang dan pendek
waktu serta yang lainnya.
Sumber: www.ibnumajjah.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar