Jika kita
membelanjakan harta untuk jalan kebaikan, maka itu bukanlah boros. Berbeda
halnya dengan seseorang yang membelanjakan harta untuk hal yang sia-sia apalagi
yang haram walau itu sedikit, tetap disebut boros. Untuk memahami apa yang
dimaksud boros, simak dalam perkataan para ulama berikut.
Apa itu Boros?
Allah Ta’ala telah berfirman,
Ibnu Mas’ud dan
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan
pada jalan yang benar.”
Mujahid mengatakan,
“Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu
bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja
(ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir
(pemborosan).”
Qotadah mengatakan,
“Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat
maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat
kerusakan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8: 474-475).
Ibnul Jauzi berkata
bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para ulama:
Boros berarti
menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat kita lihat dalam
perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.
Boros berarti
penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu ‘Ubaidah berkata, “Mubazzir
(orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan, merusak dan
menghambur-hamburkan harta.” (Zaadul Masiir, 5: 27-28)
Disebut Saudara
Setan
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
“Allah ingin membuat manusia menjauhi sikap boros dengan mengatakan: “Dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan”. Dikatakan demikian
karena orang yang bersikap boros menyerupai setan dalam hal ini.
Ibnu Katsir juga
mengatakan, “Disebut saudara setan karena orang yang boros dan
menghambur-hamburkan harta akan mengantarkan pada meninggalkan ketaatan pada
Allah dan terjerumus dalam maksiat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8: 475)
Dalam tafsir
Jalalain disebutkan bahwa orang yang boros, mereka telah mengikuti jalan setan
sehingga disebut dalam ayat mereka adalah saudara setan. (Tafsir Al Jalalain,
294)
Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan,
“Orang yang boros disebut temannya setan karena setan tidaklah mengajak selain
pada sesuatu yang tercela. Setan mengajak manusia untuk pelit dan hidup boros
atau berlebih-lebihan. Padahal Allah memerintahkan kita untuk bersikap
sederhana dan pertengahan (tidak boros dan tidak terlalu pelit). Sebagaimana
Allah Ta’alaberfirman,
"Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian. " (QS. Al Furqan: 67). (Taisir Al Karimir Rohman, 456)
Dengan merenungkan
ayat ini, kita akan memahami bahwa membeli satu puntung rokok untuk dihisap atau
membeli satu gelas wiski, itu
disebut boros karena telah menyalurkan harta ke jalan yang
keliru.
Ya Allah,
karuniakanlah pada kami sikap sederhana dalam hidup dan tidak tergiur pada
gemerlapnya dunia. Aamiin. (Sumber:rumasyo)
0 komentar:
Posting Komentar