Segala puji hanya bagi
Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah,
dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya
selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.., Amma Ba’du:
Di antara surat yang
agung kedudukannya yang sering terdengar pada pendengaran kita, dan membutuhkan
perenungan dan tadabbur adalah surat Al-Ma’un.
1.Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?.
2.Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3.dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4.Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
5.(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
6.orang-orang yang berbuat ria.
7.dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS.
Al-Ma’un: 1-7)
Tafsir
Ayat 1 :
Allah berfirman:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (QS. Al-Ma’un:
1)
Maksudnya adalah tidakkah engkau menyaksikan wahai
Muhammad orang yang mendustakan hari pembalasan, baik peristiwa-peristiwa yang
ada di dalamnya berupa balasan dan siksaan?.
Dikatakan bahwa ayat ini umum bagi setiap orang yang
menjadi sasaran perintah ini, mereka itulah orang-orang yang mengingkari hari
pembalasan:
Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah apabila
kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar
akan dibangkitkan kembali?. (QS. Al-Waqi’ah: 47)
Dan di antara yang mendustakan hari pembalasan itu ada
yang berkata:
"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang
belulang, yang telah hancur luluh?. (QS. Yasin: 78)
Tafsir Ayat 2 :
Allah berfirman:
“Itulah orang yang menghardik anak yatim”. (QS. Al-Ma’un: 2)
Maksudnya adalah
Mereka yang mengahardik anak yatim, menzalimi hak-haknya, dan tidak memberinya
makan, tidak berbuat baik kepada mereka. Yatim adalah orang yang bapaknya telah
meninggal dan dia di bawah usia baligh baik lelaki atau wanita.
Tafsir Ayat 3 :
Firman Allah:
Maksudnya adalah tidak
memerintahkan untuk memberi makan orang miskin karena kebakhilan atau karena
mendustakan hari pembalasan. Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah:
Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak
saling mengajak memberi makan orang miskin, (QS. Al-Fajr: 17-18).
Tafsir Ayat 4-5 :
Firman Allah
Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
salatnya. (QS. Al-Ma’un: 4-5)
Kata wail bermakna:
Siksa bagi mereka. Sebagian ahli tafsir berkata: mereka adalah orang yang
mengakhirkan shalat dari waktunya, dan mereka tidak menunaikan shalat kecuali
setelah keluar waktunya.
Diriwayatkan oleh Abu
Ya’la di dalam musnadnya dari hadits riwayat Mus’ab bin Sa’d dari Sa’id bin Abi
Waqqas berkata: Aku berkata kepada bapakku: Wahai bapakku, bagaimanakah
pendapatmu tentang firman Allah
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya.
Siapakah di antara
kita yang tidak lupa dan tidak membisikkan sesuatu pada dirinya?. Dia berkata:
Bukan itu maksudnya adalah menyia-nyiakan waktu shalat, dia lalai sehingga
menyia-nyiakan waktu shalat.1
Allah berfirman:
Maka datanglah
sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59).
Dan ulama yang lain
berkata: Mereka meninggalkan shalat dan tidak pula menunaikannya. Penafsiran
ini datang dari Ibnu Abbas. Dan ada yang berkata: Mereka adalah orang-orang
munafiq yang meninggalkan shalat secara rahasia dan menjalankannya secara
terang-terangan saja.2
Ibnu Katsir berkata:
Maksudnya adalah mereka selalu atau biasanya meninggalkan shalat sampai akhir
waktunya, atau mereka tidak mengerjakan shalat dengan sempurna baik dalam
rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, mereka tidak mengerjakannya sesuai dengan apa
yang diperintahkan, atau mereka tidak khusyu dalam menjalankan shalat dan tidak
pula merenungi makna yang terkandung di dalamnya. Makna lafaz yang disebutkan
oleh Al-Qur’an tersebut mencakup semua makna ini. Maka setiap orang yang
memiliki sifat seperti ini berarti dia termasuk dalam bagian yang disebutkan di
dalam ayat di atas, dan barangsiapa yang memiliki prilaku seperti semua prilaku
yang disebutkan di dalam penafsiran ayat di atas maka sempurnalah bagiannya
dalam keburukan tersebut. Yaitu kesempurnaan nifaq yang bersiat amali,
sebagaimana disebutkan di dalam riwayat Muslim dari Anas bin Malik bahwa Nabi
Muhammad bersabda: Itulah shalatnya orang munafiq, duduk menunggu bulan,
sehingga apabila telah sampai pada dua tanduk setan maka diapun bangkit dan
shalat dengan cepat empat rakaat, tidak menyebut Allah padanya kecuali
sedikit”.3
Mereka mengerjakan
pada waktu yang dimakruhkan, kemudian dia mengerjakannya pada waktu tersebut,
mereka mengerjakannya dengan cepat sama seperti burung gagak mematuk, tidak
thum’aninah dan tidak pula khusyu’, oleh karena itulah Rasulullah bersabda: “...tidak
menyebut Allah padanya kecuali sedikit”. Dan semoga yang mendorong mereka
melakukan hal itu adalah untuk berbuat riya’ di hadapan orang lain bukan untuk
mengharap keridhaan Allah hal itu sama saja dengan tidak shalat secara
keseluruhan. Allah berfirman:
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.(QS. Al-Nisa’: 142).
Tafsir Ayat 6-7 :
Firman Allah:
“orang-orang
yang berbuat ria. dan enggan (menolong dengan) barang berguna”. (QS.
Al-Ma’un: 6-7)
Artinya mereka tidak berbuat ihsan dalam
beribadah kepada Tuhan mereka dengan mewujudkan keikhlaskan dalam beribadah
kepada Allah, dan tidak pula berbuat ihsan kepada makhluk -Nya walaupun dengan
memberikan pinjaman barang yang bisa dimanfaatkan, dan bisa digunakan untuk
keperluan tertentu padahal wujud barang tersebut tetap serta akan dikemblikan
kepada mereka selaku pemilik, seperti meminjam bejana, ember dan parang. Maka
orang yang bertipe seperti ini akan lebih gampang dalam meninggalkan zakat dan
ibadah lainnya.
Pelajaran Dari Surat Al Ma’un
Di antara pelajaran
yang dapat dipetik dari ayat ini adalah:
Pertama: Ayat ini menjelaskan tentang anjuran memberi makan
kepada orang miskin dan anak yatim. Diriwayatkan oleh AL-Bukhari di dalam kitab
shahihnya dari Sahl bin Sa’d bahwa Nabi Muhammad bersabda:
Aku bersama
orang yang menanggung anak yatim seperti ini”. Dan beliau menjadikan jari telunjuk berjejeran
dengan jari tengah.1
Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah bahwa Nabi
Muhammad bersabda:
Orang yang
berusaha untuk kebutuhan wanita janda dan miskin seperti seorang mujahid di
jalan Allah”, dan aku menyangka beliau bersabda: “Seperti orang yang bangun
malam tanpa merasa putus asa dan orang yang puasa yang tidak pernah
meninggalkannya”.2
Kedua: Anjuran untuk menunaikan shalat pada waktunya. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Nisa’: 103)
Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abdullah bin Mas’ud berkata:
Aku bertanya kepada Nabi Muhammad:
Amal apakah yang
paling dicintai oleh Allah?. Beliau bersabda: Shalat tepat pada waktunya”.3
Ketiga: Anjuran untuk mengerjakan kebajikan, dan berbuat baik
kepada orang lain dengan memberikan meminjam harta walaupun kecil, seperti
meminjamkan bejana, timba, buku, parang dan yang lainnya sebab Allah mencela
orang yang tidak berbuat demikian.
Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Amr bahwa Nabi Muhammad bersabda: Empatpuluh kebaikan, dan yang paling tinggi adalah
menghadiahkan seekor kambing betina. Tidaklah seseorang mengerjakan salah satu
dari bagian tersebut karena mengharap pahala dari Allah dan percaya akan
dijanjikan kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga”.4
Hasan berkata: Maka
kami kembali dan menghitung apa saja yang termasuk dalam pemberian yang
nilainya di bawah kambing betina, seperti menjawab salam, mendo’akan orang yang
bersin, menjauhkan gangguan dari jalan umum dan yang lainnya, dan kami tidak
mampu menyebut lima belas kebaikan.5
Keempat: Anjuran untuk berbuat ikhlas dalam beramal dan
waspada terhadap riya dan sum’ah, sebagaimana firman Allah tentang sifat
orang-orang yang beriman:
Dan mereka
memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang
yang ditawan. (9)Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak
pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insan: 8-9)
Barangsiapa
yang memperdengarkan amal baiknya (sum'ah) maka Allah akan memperdengarkannya
dan barangsiapa yang memperlihatkan amal baiknya (riya') maka Allah akan
memperlihatkan amal baiknya di hadapan orang lain”.6
Maknanya adalah
barangsiapa yang senang memperdengarkan amal baiknya maka Allah akan
menyingkapnya dan menjelaskan serta mambuka kedoknya di hadapan masyarakat
bahwa orang tersebut tidak ikhlas dalam berbuat namun dia ingin memperdengarkan
kebaikannya agar manusia memujinya atas ibadah yang telah dikerjakannya begitu
pula dengan orang yang memperlihatkan amal baiknya maka Allah pun akan
memperlihatkan amal tersebut di hadapan orang lain dan menyingkap kedoknya baik
cepat atau lambat.
Segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi
kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
(Sumber: Dr. Amin bin Abdullah Asy-Syaqawi/ibnumajjah)
(Sumber: Dr. Amin bin Abdullah Asy-Syaqawi/ibnumajjah)
0 komentar:
Posting Komentar