HAMKA menulis banyak tulisan baik dalam bentuk sastra, maupun tulisan-tulisan tentang keislaman. Salah satu karyanya yang menjadi karya monumental monumental yaitu Tafsir Al-Azhar. Penulisan tafsir Alquran ini dimulai beliau dari kegiatan pengajian kuliah Subuh di Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru, sejak tahun 1958. Dua tahun lamanya hasil pengajian tafsir di Masjid Agung Al-Azhar itu dapat dimuat di majalah Gema Islam. Sejak Buya Hamka ditangkap 27 Januari 1964, praktis kegiatan penafsiran Alquran baik di Masjid Agung Al-Azhar maupun di majalah Gema Islam terhenti.Beliau meneruskan penafsiran al-Quran selama dalam tahanan.
Sumber penafsiran yang digunakan Buya Hamka dalam menafsirkan Alquran adalah penafsiran ayat dengan ayat yang lain, juga ayat dengan hadis (al-tafsir bi al-ma’tsur). Di samping itu, Buya Hamka juga menggunakan sejarah, antropologi, dan sosiologi sebagai sumber penafsiran untuk memperkaya tafsirnya. Gaya dan kecenderungan penafsiran seperti itu, oleh para ahli tafsir, seperti Al-Farmawi, disebut dengan tafsir al-adab al-ijtima’i.Berikut ini beberapa Tafsir dari beliau: Surat No 70 An Naba, Surat No 80 Abasa, dan Surat No 81 At Takwir.
078 An Naba
080 Abasa
081 At Takwir
0 komentar:
Posting Komentar