Powered by mp3skull.com
Penulis : Syaikh
Abdurrohman bin Nashir bin as Sa’diy
Nama surat : Yusuf bin Ya’qub
Status : Makkiyyah
Ayat : 1-3
1. Alif, laam, raa[1]. Ini adalah
ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).
2. Sesungguhnya kami menurunkannya
berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
3. Kami menceritakan kepadamu kisah
yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran Ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu
sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum
Mengetahui.
[1] ialah huruf-huruf abjad yang
terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam
miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli
tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang
termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan
yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang
berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para
Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al
Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari
huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari
Allah dan Hanya buatan Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam semata-mata, Maka
cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
TAFSIR :
Allah Ta’ala mengabarkan bahwa ayat-ayat Al
Quran adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata] yakni yang jelas dan terang,
baik lafadz maupun maknanya. Di antara bukti jelas dan terangnya ayat-ayat Al
Quran adalah : Allah Ta’ala menurunkan Al Quran dengan lisan/ bahasa arab,
bahasa yang paling mulia dan paling jelas, yang menjelaskan segala sesuatu yang
bermanfaat yang dibutuhkan oleh manusia. Kesemuanya itu [agar kamu
memahaminya] yakni supaya kalian memahami batasan-batasannya, pokok-pokok dan
cabang-cabangnya serta perintah dan larangannya. Apabila kalian telah
memahaminya dengan keyakinan, dan hati kalian telah mengetahuinya, niscaya akan
lahir amal-amal shalih disertai ketundukan kepadaNya. Sehingga bertambahlah
kepahaman pada akal kalian disebabkan diulang-ulangnya makna-makna yang mulia
lagi tinggi itu. Keadaan kalian pun akan senantiasa berpindah dari satu kondisi
kepada kondisi yang lebih baik dan lebih sempurna.
[Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling
baik] Demikian karena kebenaran kisahnya, kelembutan perumpamaannya serta
keindahan maknanya. [dengan mewahyukan Al Quran Ini kepadamu] yakni dengan segala hal yang
tercakup di dalam Al Quran yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad
shallallohu ‘alaihi wa sallam), dengan Al Quran Kami lebihkan kedudukanmu di
atas para Nabi yang lainnya. Semua itu adalah semata karunia dan kebaikan dari
Allah Ta’ala.
[dan
Sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang
yang belum Mengetahui] yakni sebelumnya engkau (Muhammad) tidak mengetahui apa
itu al Kitab (Al Quran) dan apa itu iman sebelum Allah Ta’ala mewahyukan
kepadamu. , tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Ayat : 4
4. (ingatlah), ketika Yusuf Berkata
kepada ayahnya: “Wahai ayahku[2], Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas
bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
[2] bapak Yusuf ‘alaihis
salam ialah Ya’qub putera Ishak putera Ibrahim ‘alaihimus shalatu was
salam.
TAFSIR :
Setelah Allah Ta’ala memuji kisah-kisah
yang terkandung di dalam Al Quran, bahwasannya di dalamnya terkandung
kisah-kisah terbaik di mana tidak dapat ditemui satu kisah pun yang semisal
dengan apa yang dimiliki Al Quran, maka kemudian Allah menceritakan kisah Nabi
Yusuf beserta bapak dan saudara-saudaranya, sebuah kisah yang bagus lagi
menakjubkan.
Ketahuilah, Allah Ta’ala telah menyebutkan
bahwa apa yang Dia kisahkan kepada RasulNya shallallohu ‘alaihi wa sallam
adalah kisah yang terbaik di dalam kitab ini (Al Quran), kemudian Dia
menceritakan dan meluaskan kisahnya, dan menyebutkan apa saja yang terjadi di
dalamnya. Maka dapat diketahui bahwa kisah tersebut adalah kisah yang lengkap,
sempurna serta terbaik. Barangsiapa yang berkeinginan untuk menyempurnakan atau
membaguskan kisah tersebut dengan kisah-kisah israiliyyat yang tidak diketahui
sanad (mata rantai pembawa kisah) dan pembawa beritanya di mana kebanyakannya
adalah kisah dusta, maka dia memperbaiki atas Allah dan menyempurnakan sesuatu
yang dia anggap kurang. Maka cukuplah bagi Anda bahwa hal tersebut hanyalah
berujung kepada kejelekan. Sesungguhnya semua yang terkandung di dalam surat
(Yusuf) ini telah memenuhi banyak kitab tafsir, berupa kedustaan dan hal-hal
yang buruk yang dalam banyak hal berlawanan dengan apa yang dikisahkan oleh
Allah Ta’ala.
Maka kewajiban setiap hamba adalah memahami
kisah-kisah dari Allah Ta’ala serta meninggalkan selainnya yang tidak pernah
dinukil dari Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam.
Firman Allah :
[(ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya] yaitu Ya’qub bin Ishaq bin
Ibrahim al Khalil (kekasih Allah) ‘alaihimus shalatu was salam.
[Wahai
ayahku, Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku] maka mimpi Yusuf ‘alaihis salam ini adalah
sebuah permulaan dari apa yang akan dicapai olehnya, yaitu kedudukan yang
tinggi di dunia dan di akhirat.
Demikianlah apabila Allah menghendaki
sesuatu yang agung maka Dia awali dengan sebuah mukaddimah/ pendahuluan yang
berfungsi sebagai persiapan dan kemudahan urusan, persiapan bagi hambaNya untuk
menghadapai berbagai kesulitan, sebagai bentuk kelembutan dan kebaikan terhadap
hambaNya.
Maka Allah memulakan dengan Ya’qub, bahwa
matahari adalah ibunda (Yusuf), rembulan adalah ayahandanya, dan
bintang-bintang adalah saudara-saudaranya. Dan bahwa dengannya keadaan akan
berubah di mana mereka akan tunduk merendahkan diri kepadanya, dan sujud
kepadanya sebagai tanda pemuliaan dan pengagungan. Dan Bahwasannya semua itu
tidak terjadi melainkan dengan sebab pendahuluan berupa pilihan Allah Ta’ala
kepada Yusuf serta kesempurnaan nikmat dariNya berupa ilmu, amal dan kedudukan
di muka bumi. Nikmat ini meliputi seluruh keluarga Ya’qub ‘alaihis salam yang
telah sujud (menghormati) mengikuti Yusuf ‘alaihis salam.
5. Ayahnya berkata: “Hai anakku,
janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka
membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia.”
6. Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih
kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir
mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga
Ya’qub, sebagaimana Dia Telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang
bapakmu[3] sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[3] dimaksud bapak disini kakek dan
ayah dari kakek.
TAFSIR :
Demikianlah Allah memilih engkau (wahai
Yusuf) dengan anugerahNya berupa sifat-sifat yang agung dan perangai yang baik.
Dan Dia mengajarkan kepadamu takwil “ahadits” yaitu takwil mimpi dan penjelasan
dari cerita-cerita yang benar sebagaimana kitab-kitab samawi (langit) dan
sejenisnya. Dia sempurnakan nikmatNya ke atasmu di dunia dan akhirat yaitu
dengan kebaikan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Dia telah menyempurnakan
nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelumnya (yaitu) Ibrahim dan Ishak di
mana Allah menganugerahkan nikmatNya yang agung serta luas kepada keduanya,
baik nikmat agama maupun nikmat duniawi.
[sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana] maksudnya ilmuNya meliputi segala sesuatu, termasuk apa yang
disembunyikan oleh seorang hamba berupa kebaikan dan selainnya. Maka Allah
memberikan kepada setiap sesuatu apa-apa yang sesuai dengan hikmahnya dan
memujinya. Sesungguhnya Dia Maha Bijaksana (yang) meletakkan dan menurunkan
sesuatu sesuai dengan tempatnya.
Ketika ta’bir mimpi itu telah jelas
sempurna bagi Yusuf, maka ayahnya berkata,
[“Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu
itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)
mu”] yaitu disebabkan kedengkian mereka kepadamu yang mana engkau akan menjadi
pemimpin yang mulia bagi mereka.
[Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi manusia]. Setan akan senantiasa menjadi musuh, siang dan malam,
tersembunyi maupun terang-terangan. Maka seorang hamba lebih utama (menghindari)
sebab-sebab yang menjadikannya dikalahkan oleh setan. Yusuf pun mematuhi
perintah ayahandanya dan tidak memberitahukan (mimpinya) kepada
saudara-saudaranya, bahkan dia menyembunyikannya dari mereka.
7. Sesungguhnya ada beberapa
tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi
orang-orang yang bertanya.
8. (yaitu) ketika mereka berkata:
“Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah
kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang
kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.
9. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia
kesuatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu
saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik[4].”
[4] menjadi orang baik-baik yaitu,
mereka setelah membunuh Yusuf ‘alaihis salam. bertaubat kepada Allah serta
mengerjakan amal-amal saleh.
TAFSIR :
Allah Ta’ala berfirman [Sesungguhnya ada
beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya]
maksudnya ayaat adalah
pelajaran dan petunjuk atas berbagai tuntutan yang baik.
yaitu bagi setiap orang yang bertanya
tentangnya, baik secara lisanul hal (
gerak-gerik atau perbuatan) maupun secara lisanul
maqol (ucapan). Sesungguhnya orang-orang yang mau bertanya adalah orang-orang
yang mengambil manfaat dari tanda-tanda dan pelajaran. Adapun orang-orang yang
berpaling maka mereka tidaklah mengambil manfaat dari ayat, tidak pula dari
kisah-kisah dan penjelasan-penjelasan.
[ketika
mereka berkata] di antara mereka [sesungguhnya Yusuf dan saudaranya] yaitu Bunyamin, saudara
kandungnya. Kalau bukan dia tentu semua (mereka) adalah saudara (bagi Yusuf). [lebih
dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu
golongan] maksudnya satu jama’ah/ kelompok. Maka bagaimana bisa (ayah kita)
mengutamakan keduanya di atas kita dalam hal kecintaan dan kasih sayang.
[Sesungguhnya ayah kita adalah dalam
kekeliruan yang nyata] maksudnya berada di dalam kesalahan yang jelas, yang
mana beliau lebih mengutamakan keduanya dibandingkan kepada kita tanpa ada
sebab yang kita ketahui dan tidak pula ada sesuatu yang dapat kita saksikan.
[Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia kesuatu
daerah] maksudnya buanglah Yusuf dari penglihatan ayahnya ke suatu tempat yang
jauh yang tidak mungkin bisa diketahui oleh beliau. Apabila kalian telah
melakukan salah satu dari dua hal ini (yaitu membunuh atau membuang, -pent) [maka
perhatian ayah akan tertumpah kepada kalian saja] yaitu mencurahkan segenap
perhatiannya kepada kalian dan melimpahkan kecintaan serta kasih sayangnya
kepada kalian. Sesungguhnya hati beliau (saat ini) telah dipenuhi oleh
(kecintaan kepada) Yusuf yang mengakibatkan lalai kepada kalian.
[dan
sesudah itu hendaklah kamu] maksudnya sesudah melakukan perbuatan tersebut [menjadi
orang-orang yang baik] yakni kalian bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan
atas dosa-dosa kalian. Maka dengan itu mereka telah mendahulukan keinginan
untuk bertaubat sebelum terlaksananya dosa, dikarenakan mereka meremehkan
perbuatan dosa tersebut, menghilangkan keburukannya dan kesungguhan sebagian
mereka kepada sebagian yang lain.
10. Seorang diantara mereka berkata:
“Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia
dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat.”
TAFSIR :
[Seorang di antara mereka berkata] yaitu
salah seorang saudara Yusuf yang mereka berkeinginan untuk membunuh atau
mengasingkan Yusuf
[Janganlah kalian membunuh Yusuf] sungguh
membunuhnya adalah sebesar-besar dan seburuk-buruk dosa. Sedangkan tujuan masih
bisa dicapai dengan menjauhkan Yusuf dari bapaknya tanpa membunuhnya. Akan
tetapi kalian dapat mengasingkannya dengan cara melemparkannya [ke dasar sumur]
dan kalian mengancamnya supaya dia tidak menceritakan perihal kalian bahkan dia
adalah seorang hamba sahaya yang melarikan diri dari kalian, supaya [dia
dipungut oleh beberapa orang musafir] yang mana mereka menuju tempat yang jauh,
sehingga mereka memungutnya.
(Saudara Yusuf) yang berbicara ini adalah
pendapat yang paling baik mengenai saudara mereka Yusuf, dan orang yang
paling baik dan paling bertakwa dalam permasalahan ini. Sesungguhnya sebagian
perbuatan buruk lebih ringan daripada sebagian yang lainnya, dan bahaya yang ringan
dapat menolak bahaya yang lebih berat.
Setelah mereka bersepakat atas pendapat
tersebut…
11. Mereka berkata: “Wahai ayah kami,
apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya.
12. Biarkanlah dia pergi bersama kami
besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan
Sesungguhnya kami pasti menjaganya.”
13. Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya
kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan Aku khawatir kalau-kalau
dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya.”
14. Mereka berkata: “Jika ia
benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), Sesungguhnya
kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi[5].”
[5] Maksudnya: menjadi orang-orang
pengecut yang hidupnya tidak ada artinya.
Saudara-saudara Yusuf berkata, menyampaikan
maksud mereka kepada bapak mereka [Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak
mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal Sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang mengingini kebaikan baginya] yaitu : ada apa gerangan engkau
mengkhawatirkan Yusuf ke atas kami, tanpa ada sebab dan alasan?
[padahal Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang mengingini kebaikan baginya] Kami mengasihinya, menyayanginya
sebagaimana menyayangi diri kami sendiri. Kisah di atas menunjukkan bahwa
Ya’qub ‘alaihis salam tidak membiarkan Yusuf pergi bersama saudara-saudaranya
ke sebuah gurun dan semisalnya.
Selepas mereka menaburkan tuduhan supaya
Yusuf diperbolehkan ikut dengan mereka, kemudian mereka memberitahukan kebaikan
dan keramahan Yusuf yang disukai oleh bapaknya, dengan tujuan supaya
Yusuf diperbolehkan ikut pergi bersama mereka. Mereka berkata [Biarkanlah dia
pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat)
bermain-main] [dan Sesungguhnya kami pasti menjaganya] yakni menjaganya dari
marabahaya.
Lantas Ya’qub menjawab [Sesungguhnya
kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku] yaitu kepergian kalian semata
bersama Yusuf membuatku bersedih dan terasa berat bagiku, aku tidak kuasa
berpisah dengannya meskipun sebentar saja. Hal tersebut adalah salah satu
penghalang diperbolehkannya Yusuf pergi. Penghalang kedua adalah [Aku khawatir
kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya] yaitu di
saat kalian lalai, sedangkan ia (Yusuf) masih kecil dan tidak bisa membela diri
dari serigala.
[Mereka berkata: "Jika ia benar-benar
dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat)] yaitu segolongan yang
sangat ingin untuk menjaga.
[Sesungguhnya kami kalau demikian adalah
orang-orang yang merugi] yaitu tidak ada kebaikan pada kami dan tidak ada
manfaat yang bisa diharapkan dari kami, apabila serigala bisa memakan Yusuf dan
mengalahkan kami.
Setelah mereka menjelaskan panjang lebar
alasan-alasan yang memungkinkan Yusuf ikut pergi, dan tidak adanya penghalang,
maka kemudian Ya’qub memberikan izin kepada Yusuf dikarenakan rasa sayangnya.
(Sumber: ngajiquranWP.com)
0 komentar:
Posting Komentar