NAMANYA Yahiye Adam Godhan. Ia terlahir sebagai anak seorang
tukang daging. Di kemudian hari, ketika ia mulai mengenal Islam dan Alquran, ia
mendapatkan alasan yang kuat mengapa harus menjadi seorang muslim.
Yahiye
menceritakan kisah hidupnya sejak remaja hingga menemukan Islam sebagai jalan
hidup yang hakiki. Ia bertutur:
Saat berusia
17 tahun, aku memiliki pengalaman yang sedikit berbeda dengan
pengalaman-pengalaman remaja Amerika pada umumnya. Aku dibesarkan di sebuah
peternakan kambing di tengah pedesaan, di Western Riverside County, California.
Di peternakan keluarga itu, peternakan kami mampu menghasilkan susu, keju, dan
daging dari 150 sampai 200 hewan yang kami miliki. Ayahku adalah seorang tukang
daging yang menyembelih hewan-hewan pedagingnya dengan cara islami. Kemudian ia
memasoknya ke toko makanan Islam yang terletak beberapa blok dari Islamic
Center di pusat kota Los Angeles.
Ayahku
dibesarkan sebagai seorang agnotis atau ateis, kemudian menjadi penganut
Kristen karena tak sengaja mempelajari Injil yang ia temukan tertinggal di
pantai. Ayahku punya beberapa teman yang beragama Islam, tapi saat ini, semua
teman-teman muslimnya sudah pindah dari California. Sementara ibuku, sejak
kecil dididik sebagai seorang Katolik namun ia memiliki prinsip yang sama
dengan ayahku, sama-sama tidak mengimani konsep trinitas.
Aku dan
saudara-saudaraku mengenyam pendidikan home schooling. Perlu diketahui,
kebanyakan keluarga yang mengambil home schooling adalah orang-orang Kristen.
Selama delapan tahun lebih, keluargaku berinteraksi dengan komunitas Kristen di
home schooling ini. Namun, justru hal itulah yang mulai membuka mataku.
Aku mulai
menemukan hal-hal yang kuanggap aneh, meskipun Kristen menyatakan bahwa mereka
penganut trinitas, kenyataannya mereka hanya menujukan doa-doa mereka kepada
Yesus. Menurutku hal itu benar-benar mengherankan. Orang-orang Kristen
menganggap hal itu sebagai syarat untuk memperoleh keselamatan. Sejak saat itu,
secara bertahap aku menyadari bahwa aku tidak bisa menjadi seorang penganut Kristen.
Selanjutnya,
aku sangat terobsesi dengan aliran pemuja setan yang ada pada musik heavy
metal. Dan tentu saja keluargaku sangat menentang keras hobi baruku ini.
Mulailah kuhabiskan hari-hariku untuk terus mendalami musik ini; aku mulai
menjalani hidup kotor dan jorok serta menjauhi kebersihan, kamarku kubiarkan
begitu sangat berantakan dan kacau, dan hubungnku dengan orang tua mulai
menegang, walaupun aku juga sering meminta maaf kepada mereka.
Di tahun
berikutnya, aku mulai mendengar khotbah berapi-api di radio dari Kristen
Apokaliptik, menceritakan tentang ancaman Islam. Namun peringatan mereka malah
menimbulkan rasa ketertarikan di hatiku untuk mengetahui Islam lebih jauh. Aku
anggap hal ini sebagai salah satu kegiatan untuk mengisi kekosongan.
Titik balik
dari kesia-siaan yang aku lakukan adalah ketika pindah ke Santa Ana,
California, tinggal bersama nenekku. Di California, aku berharap bisa
mendapatkan pekerjaan. Tapi apa mau dikata, mencari pekerjaan itu sangat mudah
diucapkan namun sulit untuk dilalui. Dan saat itulah aku mulai menemukan
tempat-tempat diskusi Islam.
Disana, aku
menemukan bahwa keyakinan dan praktik agama ini benar-benar sesuai dengan
fitrah dan logika manusia. Islam mengajarkan bahwa Allah bukanlah bagian dari
manusia, akan tetapi Dia sebagai Dzat yang terpisah dari manusia, esa tak
berbilang. Islam memiliki kitab suci yang sangat mudah untuk dipahami sekalipun
oleh orang awam. Tidak ada kepausan yang dianggap sempurna dalam hal
penafsiran. Setiap muslim memiliki kebebasan menafsirkan Alquran dengan
kesadaran akan kadar ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Muslim tidak
meyakini bahwa semua orang ditakdirkan masuk neraka. Sehingga Tuhan tidak perlu
mengorbankan dirinya disiksa di tiang salib untuk menebus dosa-dosa umat
manusia. Muslim meyakini bahwa Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun, kecuali
bagi mereka yang ingkar dan memang tidak mau bertaubat kepada-Nya. Muslim tidak
percaya akan adanya ras terpilih, semua sama di mata Allah yang membedakannya
hanyalah takwa. Dan masih banyak hal-hal lain.
Setelah mulai
membaca terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris, aku semakin yakin akan
kebenaran dan keaslian ajaran Allah yang terkandung dalam 114 surat Alquran.
Setelah bertahun-tahun bergaul dengan orang-orang Islam, aku tahu benar bahwa
mereka bukanlah orang-orang yang haus darah, teroris, dan barbar, seperti yang
digambarkan oleh media.
Bekal inilah
yang membuatku semakin tertarik untuk mengetahui dan meneliti Islam lebih jauh,
lebih dari yang orang lain ketahui. Karena aku belum bisa memutuskan dan
memantabkan hati kalau Islam adalah benar-benar takdirku.
Sampai
akhirnya, pencarian tersebut menemui titik temu. Menurutku, ini adalah proses
yang sangat alami tanpa ada paksaan. Pada November 1995, aku mengunjungi
komunitas Islam di California, Islamic Society of Orange County, di Garden
Grove. Aku katakan kepada salah seorang saudara muslim yang mengurus
perpustakaan di sana, bahwa aku ingin memeluk Islam. Lalu dia memberiku
beberapa bahan bacaan, dan kemudian aku mengucapkan syahadat di dalam masjid
yang penuh sesak.
Minggu
berikutnya, kuhabiskan untuk mempelajari tata cara shalat dan merenungkan
kebesaran Allah.
Sumber: https://kisahmuslim. com/
0 komentar:
Posting Komentar