Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْ كُرُرَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَيَذْ
كُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dan
orang yang tidak berzikir kepada-Nya ialah seperti orang hidup dan orang mati.”
(HR. Al-Bukhari, II/208, Ad-Da’awaat, No. 6407 dan
Muslim 6/68, No. 779)
Dzikir kepada Allah merupakan wujud penghambaan
sekaligus ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Seorang hamba yang
senantiasa mengiringi aktifitas hidupnya dengan banyak menyebut Asma Allah,
bertasbih, bertahmid dan juga bertakbir akan membuat hatinya dekat dengan Dzat
yang selalu melindunginya. Ucapan-ucapan dzikir akan menenteramkan jiwanya,
menebar kebahagiaan iman dan membuat setan akan menjauh darinya.
Amalan shalih ini selalu dibiasakan dan dijadikan
ibadah rutin para salafunas-shalih dalam setiap detik nafas
kehidupannya. Sungguh menakjubkan lagi membuat semangat generasi setelahnya
tatkala kita merenungi betapa orang-orang terdahulu mampu menjadi teladan dalam
kebajikan.
Ar Rabi’ bin Sulaiman berkata “Al Buwaithi selamanya menggerak-gerakkan
bibirnya karena dzikir kepada Allah” (Siyar A’lam An Nubala 12/59).
Salamah bercerita, “Khalid bin Ma’dan bertasbih dalam sehari 40.000 kali tasbih
selain dia membaca Al Qur’an” (Al Hilyah, 5/210).
Ibn Abi Adi berkata, “Daud bin Abi Hind menghadap kami
lalu berkata, ‘Wahai para pemuda aku beri tahukan kepada kalian, siapa tahu
diantara kalian ada yang mengambil manfaat. Saya dulu sewaktu kecil
sering ke pasar, jika aku pulang menuju rumah, aku mengharuskan diriku untuk
berzikir kepada Allah ke tempat ini dan itu. Jika aku sudah sampai tempat itu,
aku mengharuskan atas diriku untuk berzikir lagi sampai tempat ini dan itu
hingga aku sampai rumah.’” (Hilyatul Auliya’3/93).
Subhanallah para
salafus salih sekaligus para kekasih Allah menghiasi hidupnya dengan
memperbanyak dizikir. Mereka begitu menikmati dzikir dan hati mereka tertambat
pada-Nya.
Terlebih lagi saat kita beraktifitas harian, sembari
berjalan, memasak atau pun membereskan rumah, dapat kita iringi ucapan-ucapan
dzikir seperti la illaha illallah, subhanallah wabihamdihi, subhanallahil‘adzim, astagfirullah dan
lafaz-lafaz lain yang diperintahkan dalam Al Qur’an dan As Sunah. Orang yang
membiasakan dzikir setiap saat Insya Allah hatinya tidak lalai
dan ia akan dijaga Allah Ta’ala dari berbagai marabahaya.
Dzikir merupakan sebuah bentuk ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang
memiliki berbagai keutamaan serta pahala besar ketika dilakukan dengan ikhlas.
Hati dan iman seorang mukmin akan kokoh lagi meningkat
ketika dzikir yang diucapkannya disertai dengan menghadirkan hati dan
mentadabburi makna yang terkandung dalam lafadz yang ia ucapkan.
Hidup akan lebih berkualitas tatkala disertai dzikrullah.
Semua butuh kesungguhan dan proses agar amalan ini menjadi rutinitas berpahala
secara spontan dan refleks selalu kita lakukan.
Kita perlu waspada, jangan sampai setan merampas dan
menjadikan kita lalai dalam berzikir. Media sosial dengan segala variasinya
terkadang membuat kita silau dan tergoda hingga melupakan dzikrullah.
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.”
(QS Al Baqarah: 152).
Referensi
- Majalah Al-Umm, edisi 03/Vol. III
- Majalah Al-Umm, edisi 04/Vol. III
- Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunah Wal Jamaah, Syaikh Ahmad Farid (Terjemah) Penerbit ELBA,
Surabaya, 2011
Artikel Muslimah.or.id
0 komentar:
Posting Komentar