Amalan-amalan yang sifatnya mustahab (sunnah) lebih utama untuk
disembunyikan kecuali ada hajat untuk menampakkannya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, berkecukupan (tidak
minta-minta), dan menyembunyikan amalannya” (HR.
Muslim)
Karena dengan
menyembunyikan amalan akan lebih mudah untuk ikhlas. Dan ikhlas itu perkara
sulit, andai kita menyembunyikan amalan kita pun sudah sulit untuk ikhlas,
apalagi jika kita kabarkan amalan kita kepada orang-orang. Karena hati manusia
itu berbolak-balik dan lemah. Sufyan Ats Tsauri mengatakan:
“tidak ada sesuatu yang paling sulit
untuk aku perbaiki kecuali niatku, karena ia senantiasa berbolak-balik” (Jami’ Al ‘Ulum wal Hikam, 12).
Padahal
beliau imam besar salaf, ahli ilmu dan ahli ibadah, lalu bagaimana lagi dengan
kita?
Dan riya
serta sum’ah, itu bukan perkara remeh. Karena Nabi mengatakan riya itu syirik
kecil. Maka sangat-sangat patut kita untuk menjauhkan diri dari riya sejauh-jauhnya.
Kaidah syar’iyyah mengatakan:
“mencari keutamaan itu sunnah , berbuat lurus
itu wajib”
Maka mencari
keutamaan dengan mengajak orang lain melakukan amalan-amalan sunnah itu sunnah
hukumnya, namun al adl (menunaikan yang wajib dan menjaga diri dari yang
terlarang) termasuk menjaga diri kita dari riya’ itu wajib. Jangan sampai kita
mendahulukan yang sunnah, namun melalaikan yang wajib.
Semoga Allah
memberi taufik.
(https://kangaswad.wordpress.com)
0 komentar:
Posting Komentar