At Tauhid edisi IV/48
Oleh: Yulian Purnama
Ada
sebuah pertanyaan penting yang cukup mendasar bagi setiap kaum muslimin yang
telah mengakui dirinya sebagai seorang muslim. Setiap muslim selayaknya bisa
memberikan jawaban dengan jelas dan tegas atas pertanyaan ini, karena bahkan
seorang budak wanita yang bukan berasal dari kalangan orang terpelajar pun bisa
menjawabnya. Bahkan pertanyaan ini dijadikan oleh Rasulullah sebagai tolak ukur
keimanan seseorang. Pertanyaan tersebut adalah “Dimana Allah?”.
Jika
selama ini kita mengaku muslim, jika selama ini kita yakin bahwa Allah
satu-satunya yang berhak disembah, jika selama ini kita merasa sudah beribadah
kepada Allah, maka sungguh mengherankan bukan jika kita tidak memiliki
pengetahuan tentang dimanakah dzat yang kita sembah dan kita ibadahi selama
ini. Atau dengan kata lain, ternyata kita belum mengenal Allah dengan baik,
belum benar-benar mencintai Allah dan jika demikian bisa jadi selama ini kita
juga belum menyembah Allah dengan benar. Sebagaimana perkataan seorang ulama
besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin: “Seseorang tidak
dapat beribadah kepada Allah secara sempurna dan dengan keyakinan yang benar
sebelum mengetahui nama dan sifat Allah Ta’ala” (Muqoddimah Qowa’idul Mutsla).
Sebagian
orang juga mengalami kebingungan atas pertanyaan ini. Ketika ditanya “dimanakah
Allah?” ada yang menjawab ‘Allah ada dimana-mana’, ada juga yang menjawab
‘Allah ada di hati kita semua’, ada juga yang menjawab dengan marah sambil
berkata ‘Jangan tanya Allah dimana, karena Allah tidak berada dimana-mana’.
Semua ini, tidak ragu lagi, disebabkan kurangnya perhatian kaum muslimin
terhadap ilmu agama, terhadap ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah yang
telah jelas secara gamblang menjelaskan jawaban atas pertanyaan ini, bak
mentari di siang hari.
Allah bersemayam di atas Arsy
“Dimanakah
Allah?” maka jawaban yang benar adalah Allah bersemayam di atas Arsy, dan Arsy berada di atas langit. Hal ini
sebagaimana diyakini oleh Imam Asy Syafi’I, ia berkata: “Berbicara tentang
sunnah yang menjadi pegangan saya, murid-murid saya, dan para ahli hadits yang
saya lihat dan yang saya ambil ilmunya, seperti Sufyan, Malik, dan yang lain,
adalah iqrar seraya bersaksi bahwa tidak ada ilah
yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, serta
bersaksi bahwa Allah itu diatas ‘Arsy di
langit, dan dekat dengan makhluk-Nya” (Kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah, Bab 4). Demikian juga diyakini oleh para imam mazhab,
yaitu Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Imam Ahmad Ibnu
Hambal (Imam Hambali), tentang hal ini silakan merujuk pada kitab I’tiqad Al Imamil Arba’ah karya Muhammad bin Abdirrahman Al
Khumais.
Keyakinan
para imam tersebut tentunya bukan tanpa dalil, bahkan pernyataan bahwa Allah
berada di langit didasari oleh dalil Al Qur’an, hadits, akal, fitrah dan ‘ijma.
1. Dalil Al Qur’an
Allah Ta’ala dalam Al Qur’anul Karim banyak
sekali mensifati diri-Nya berada di atas Arsy yaitu di atas langit. Allah Ta’alaberfirman yang artinya:
“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arsy” (QS.
Thaha: 5)
Ayat
ini jelas dan tegas menerangkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang di langit (yaitu Allah) kalau Dia hendak menjungkir-balikkan bumi beserta
kamu sekalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang” (QS. Al Mulk: 16)
Juga
ayat lain yang artinya:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Rabb-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij: 4). Ayat pun ini
menunjukkan ketinggian Allah.
2. Dalil hadits
Dalam
hadits Mu’awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat membebaskan seorang budak wanita
sebagai kafarah. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji budak wanita tersebut. Beliau
bertanya: “Dimanakah Allah?”, maka ia menjawab: “ Di atas langit”, beliau bertanya lagi:“Siapa aku?”, maka ia menjawab: “Anda utusan
Allah”. Lalu beliau bersabda: “Bebaskanlah ia karena ia seorang yang beriman” (HR. Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda yang artinya:
“Setelah selesai menciptakan makhluk-Nya, di atas Arsy Allah menulis, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku’ ” (HR. Bukhari-Muslim)
3. Dalil akal
Syaikh
Muhammad Al Utsaimin berkata: “Akal seorang muslim yang jernih akan mengakui
bahwa Allah memiliki sifat sempurna dan maha suci dari segala kekurangan. Dan ‘Uluw (Maha Tinggi) adalah sifat sempurna
dari Suflun (rendah). Maka jelaslah bahwa Allah
pasti memiliki sifat sempurna tersebut yaitu sifat ‘Uluw (Maha Tinggi)”. (Qowaaidul Mutslaa,Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha)
4. Dalil fitrah
Perhatikanlah
orang yang berdoa, atau orang yang berada dalam ketakutan, kemana ia akan
menengadahkan tangannya untuk berdoa dan memohon pertolongan? Bahkan seseorang
yang tidak belajar agama pun, karena fitrohnya, akan menengadahkan tangan dan
pandangan ke atas langit untuk memohon kepada Allah Ta’ala, bukan ke kiri, ke kanan, ke bawah
atau yang lain.
Namun
perlu digaris bawahi bahwa pemahaman yang benar adalah meyakini bahwa Allah
bersemayam di atas Arsytanpa mendeskripsikan cara Allah bersemayam. Tidak boleh kita membayangkan
Allah bersemayam di atas Arsydengan
duduk bersila atau dengan bersandar atau semacamnya. Karena Allah tidak serupa
dengan makhluknya. AllahTa’ala berfirman
yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah” (QS. Asy Syura: 11)
Maka
kewajiban kita adalah meyakini bahwa Allah berada di atas Arsy yang berada di atas langit sesuai
yang dijelaskan Qur’an dan Sunnah tanpa mendeskripsikan atau mempertanyakan kaifiyah (tata cara) –nya. Imam Malik pernah
ditanya dalam majelisnya tentang bagaimana caranya Allah bersemayam? Maka
beliau menjawab: “Bagaimana caranya itu tidak pernah disebutkan (dalam Qur’an
dan Sunnah), sedangkan istawa (bersemayam)
itu sudah jelas maknanya, menanyakan tentang bagaimananya adalah bid’ah, dan
saya memandang kamu (penanya) sebagai orang yang menyimpang, kemudian
memerintahkan si penanya keluar dari majelis”. (Dinukil dari terjemahAqidah Salaf Ashabil Hadits)
Allah bersama makhluk-Nya
Allah Ta’ala berada di atas Arsy, namun Allah Ta’ala juga dekat dan bersama makhluk-Nya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Allah bersamamu di mana pun kau berada” (QS. Al Hadid: 4)
Ayat
ini tidak menunjukkan bahwa dzat Allah Ta’ala berada
di segala tempat. Karena jika demikian tentu konsekuensinya Allah juga berada
di tempat-tempat kotor dan najis, selain itu jika Allah berada di segala tempat
artinya Allah berbilang-bilang jumlahnya. Subhanallah, Maha Suci Allah dari semua itu.
Maka yang benar, Allah Ta’alaYang
Maha Esa berada di atas Arsy namun
dekat bersama hambanya. Jika kita mau memahami, sesungguhnya tidak ada yang
bertentangan antara dua pernyataan tersebut.
Karena
kata ma’a (bersama) dalam ayat tersebut,
bukanlah kebersamaan sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk, karena Allah
tidak serupa dengan makhluk. Dengan kata lain, jika dikatakan Allah bersama
makhluk-Nya bukan berarti Allah menempel atau berada di sebelah makhluk-Nya
apalagi bersatu dengan makhluk-Nya.
Syaikh
Muhammad Al-Utsaimin menjelaskan hal ini: “Allah bersama makhluk-Nya dalam arti
mengetahui, berkuasa, mendengar, melihat, mengatur, menguasai dan makna-makna
lain yang menyatakan ke-rububiyah-an
Allah sambil bersemayam di atas Arsy di
atas makhluk-Nya” (Qowaaidul Mutslaa, Bab Syubuhaat Wa Jawaabu ‘anha) .
Ketika
berada di dalam gua bersama Rasulullah karena dikejar kaum musyrikin, Abu Bakar radhiallahu’anhu merasa sedih sehingga Rasulullah
membacakan ayat Qur’an, yang artinya:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. Taubah: 40)
Dalam
Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “ ’Allah bersama kita’ yaitu dengan
pertolongan-Nya, dengan bantuan-Nya dan kekuatan dari-Nya”. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), sesungguhnya Aku qoriib (dekat). Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu” (QS. Al Baqarah: 186)
Dalam
ayat ini pun kata qoriib (dekat)
tidak bisa kita bayangkan sebagaimana dekatnya makhluk dengan makhluk. Dalam
Tafsir As Sa’di dijelaskan maksud ayat ini: “Sesungguhnya Allah Maha Menjaga
dan Maha Mengetahui. Mengetahui yang samar dan tersembunyi. Mengetahui mata
yang berkhianat dan hati yang ketakutan. Dan Allah juga dekat dengan hamba-Nya
yang berdoa, sehingga Allah berfirman ‘Aku mengabulkan doa orang yang berdoa jika berdoa kepada-Ku’ ”. Kemudian dijelaskan pula: “Doa ada
2 macam, doa ibadah dan doa masalah. Dan kedekatan Allah ada 2 macam, dekatnya
Allah dengan ilmu-Nya terhadap seluruh makhluk-Nya, dan dekatnya Allah kepada
hambaNya yang berdoa untuk mengabulkan doanya” (Tafsir As Sa’di).
Jadi, dekat di sini bukan berarti menempel atau bersebelahan dengan
makhluk-Nya. Hal ini sebenarnya bisa dipahami dengan mudah. Dalam bahasa
Indonesia pun, tatkala kita berkata ‘Budi dan Tono sangat dekat’, bukan berarti
mereka berdua selalu bersama kemanapun perginya, dan bukan berarti rumah mereka
bersebelahan.
Kaum
muslimin, akhirnya telah jelas bagi kita bahwa Allah Yang Maha Tinggi berada
dekat dan selalu bersama hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui isi-isi hati kita.
Allah tahu segala sesuatu yang samar dan tersembunyi. Allah tahu niat-niat
buruk dan keburukan maksiat yang terbesit di hati. Allah bersama kita, maka
masih beranikah kita berbuat bermaksiat kepada Allah dan meninggakan segala
perintah-Nya?
Allah
tahu hamba-hambanya yang butuh pertolongan dan pertolongan apa yang paling baik.
Allah pun tahu jeritan hati kita yang yang faqir akan rahmat-Nya. Allah dekat
dengan hamba-Nya yang berdoa dan mengabulkan doa-doa mereka. Maka, masih
ragukah kita untuk hanya meminta pertolongan kepada Allah? Padahal Allah telah
berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Kemudian, masih ragukah kita bahwa
Allah Ta’ala sangat dekat dan mengabulkan doa-doa
kita tanpa butuh perantara? Sehingga sebagian kita masih ada
yang mencari perantara dari dukun, paranormal, para wali dan sesembahan lain
selain Allah. Wallahul musta’an. [Yulian Purnama]
http://buletin.muslim.or.id
http://buletin.muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar