Surat Al-Qoriah
Powered by mp3skull.com
1.Hari Kiamat.
2. Apakah hari Kiamat itu?
3. Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
4. Pada hari itu manusia adalah seperti kupu-kupu yang bertebaran.
5. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya,
7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya,
9. maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah.
10. Tahukah kamu apakah Neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.
2. Apakah hari Kiamat itu?
3. Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
4. Pada hari itu manusia adalah seperti kupu-kupu yang bertebaran.
5. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya,
7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya,
9. maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah.
10. Tahukah kamu apakah Neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.
Surat yang
mulia ini adalah makkiyah, dan ayat-ayatnya berjumlah sebelas ayat.
Pada ayat
yang pertama sampai ketiga, Allâh Ta'ala mengulang-ulang kata al-Qâri’ah . Diawali dengan kalimat pernyataan
atau berita, kemudian dilanjutkan dengan dua kali kalimat pertanyaan.
Sebagaimana telah diterangkan oleh para ulama, hal ini merupakan pengagungan
Allâh Ta'ala terhadap betapa besar dan dahsyatnya hari Kiamat.
Banyak
penjelasan para ulama terhadap penafsiran makna al-Qâri’ah , yang seluruhnya kembali kepada satu
makna, yaitu as-Sa’ah (hari Kiamat).
Secara
lebih luas, Syaikh ‘Athiyyah Muhammad Salim rahimahullâh mengatakan:
"Telah
dijelaskan oleh Syaikh -semoga Allah merahmati kami dan
beliau-pada awal surat al-Wâqi’ah , bahwa (al-Wâqi’ah) bermakna seperti
ath-Thâmmah , ash-Shâkh-khah , al-Âzifah , dan al-Qâri’ah … dan telah diketahui (dalam bahasa
Arab) bahwa sesuatu apabila besar (dahsyat) keadaannya, ia memiliki banyak
nama.
Atau
sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Ali radhiyallâhu'anhu (ia berkata),
banyaknya nama (pada sesuatu) menunjukkan agungnya perkara tersebut. Juga telah
diketahui, bahwa nama-nama tersebut bukanlah sinonim, karena sesungguhnya
setiap nama memiliki makna tersendiri. Hari Kiamat dinamakan al-Wâqi’ah , karena hari itu pasti kejadiannya.
Juga dinamakan al-Hâqqah karena hari itu nyata dan benar
adanya. Juga dinamakan ath-Thâmmah , karena bencana, malapetaka dan
kehancuran pada hari itu sangat umum dan menyeluruh. Juga dinamakan al-Âzifah , karena kejadian hari itu sudah dekat,
(hal ini) seperti iqtarabatis sa’ah . Demikian pula
surat ini (al-Qâri’ah, Pen).
Lafazh
al-Qâri’ah , berasal dari al-Qar’u yang bermakna adh-Dharb , yakni pukulan. (Sehingga, penamaan
hari Kiamat dengan nama ini) sesuai dengan penjelasan pada ayat berikutnya yang
menerangkan, bahwa hari itu melemahkan seluruh kekuatan manusia, hingga manusia
bagaikan kupu-kupu yang bertebaran, juga melumpuhkan kekuatan gunung-gunung,
hingga gunung-gunung itu bagaikan bulu yang berhamburan.
Dari
penjelasan di atas, menjadi jelaslah bahwa makna al-Qâri’ah adalah hari Kiamat, yang pada saat
itu terjadi kehancuran, bencana, dan malapetaka yang amat besar. Makna ini,
seperti ditunjukkan firman Allâh Ta'ala :
… dan
orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri…
(Qs. ar-Ra’d/13:31)
(Qs. ar-Ra’d/13:31)
Pada ayat
keempat surat al-Qâri’ah ini, Allâh Ta'ala berfirman: Pada hari
itu manusia adalah seperti kupu-kupu yang bertebaran
Terdapat
tiga pendapat di kalangan ulama dalam menafsirkan makna al-Farasy pada ayat ini.
Pertama, maknanya ialah belalang-belalang
kecil yang beterbangan dan saling bercampur-baur antara satu dengan lainnya.Makna ini ditunjukkan oleh firman
Allâh Ta'ala :
…seakan-akan
mereka belalang yang beterbangan.
(QS al-Qamar/54:7)
(QS al-Qamar/54:7)
Kedua, maknanya ialah sejenis burung kecil
atau serangga kecil, bukan nyamuk dan bukan pula lalat.
Ketiga, maknanya ialah sesuatu yang
berjatuhan dan bertebaran di sekitar api, baik berupa nyamuk ataupun
serangga-serangga kecil lainnya.
Terdapat
sebuah hadits shahih yang menunjukkan makna yang ketiga ini. Yaitu hadits Jabir
bin Abdillah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata:
Rasûlullâh
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Perumpamaan diriku dengan kalian bagaikan seseorang yang menyalakan api, lalu mulailah laron-laron dan kupu-kupu berjatuhan pada api itu,
sedangkan ia selalu mengusirnya (serangga-serangga tersebut) dari api tersebut.
Dan aku (selalu berusaha) memegang (menarik) ujung-ujung pakaian kalian agar kalian tidak terjerumus ke dalam neraka, namun kalian (selalu) terlepas dari tanganku”. Pada ayat kelima, Allâh Ta'ala berfirman:
sedangkan ia selalu mengusirnya (serangga-serangga tersebut) dari api tersebut.
Dan aku (selalu berusaha) memegang (menarik) ujung-ujung pakaian kalian agar kalian tidak terjerumus ke dalam neraka, namun kalian (selalu) terlepas dari tanganku”. Pada ayat kelima, Allâh Ta'ala berfirman:
Dan
gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan
Sebagian
besar ulama menafsirkan lafazh al-‘Ihn dengan makna ash-Shuf . Yaitu bulu atau kapas.
Berdasarkan
penjelasan ayat keempat dan kelima di atas, dapat kita pahami, salah satu
kejadian yang dahsyat pada hari Kiamat adalah berubahnya keadaan manusia,
sehingga ia bagaikan kupu-kupu atau belalang yang beterbangan, bertebaran
dengan bercampur-baur dan tidak tentu arahnya. Demikian pula dengan
gunung-gunung yang sebelumnya berdiri tegak dan kokoh, maka pada hari itu,
gunung-gunung bagaikan bulu berhamburan. Seluruh makhluk Allâh Ta'ala yang kuat
dan kokoh, pada saat itu kehilangan seluruh kekuatannya, karena demikian
dahsyatnya hari Kiamat.
Bentuk lain
dahsyatnya hari Kiamat, disebutkan pula dalam firman Allâh Ta'ala :
(Qs.
al-Hajj/22 : 1-2)
1.Hai
manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu!
Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
2. (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allâh itu sangat keras.
Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
2. (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allâh itu sangat keras.
Hari Kiamat
itu, juga merendahkan satu golongan dan meninggikan yang lainnya. Firman Allâh
Ta'ala :
(Kejadian itu)
merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).
(QS al Waqi’ah/56:3)
(QS al Waqi’ah/56:3)
Pada hari
itu, membuat seluruh manusia teringat segala yang pernah dilakukannya selama
hidupnya di dunia. Allâh Ta'ala berfirman :
Pada hari
(ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya.
(QS an-Nazi’at/79:35)
(QS an-Nazi’at/79:35)
Pada hari
itu, seluruh manusia sibuk dengan urusannya, sampai-sampai ada yang lupa
terhadap sanak familinya. Di antara manusia ada yang senang dan berseri-seri
dengan sebab amal shalih yang mereka lakukan saat di dunia, yang akhirnya
mengantarkannya ke surga. Tetapi sebagian lagi berwajah muram dan bersedih,
disebabkan oleh amal-amal buruk yang telah mereka lakukan. Manusia pun
mengetahui tempat mereka tinggal nantinya.
Ditunjukkan
dalam firman Allâh Ta'ala dalam surat ‘Abasa/80 ayat 34-42:
34. Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35. dari ibu dan bapaknya,
36. dari isteri dan anak-anaknya.
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
38. Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
39. tertawa dan bergembira ria.
40. Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,
41. dan ditutup lagi oleh kegelapan.
42. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.
34. Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35. dari ibu dan bapaknya,
36. dari isteri dan anak-anaknya.
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
38. Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
39. tertawa dan bergembira ria.
40. Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,
41. dan ditutup lagi oleh kegelapan.
42. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.
Demikianlah
keadaan manusia pada hari Kiamat.
Adapun
keadaan gunung-gunung secara khusus pada hari itu, sebagaimana dijelaskan para
ulama, mula-mulanya gunung-gunung
digerakkan dan dipindahkan dari tempatnya, kemudian benar-benar
diluluh-lantakkan bagaikan bulu-bulu yang dihambur-hamburkan, sebagaimana
diterangkan pada ayat kelima surat al-Qari'ah ini, hingga akhirnya
gunung-gunung itu menjadi debu yang bertebaran dan bahkan menjadi fatamorgana. Pada hari
bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan.
(QS al Muzzammil/73:14)
Dan
dijalankanlah gunung-gunung, maka menjadi fatamorganalah ia.
(QS an Naba‘/78:20)
(QS an Naba‘/78:20)
Maka, sudah
seharusnya kita senantiasa bertakwa dan takut kepada Allâh Ta'ala, Yang Maha
Perkasa dan Berkuasa atas segala sesuatu.
Pada ayat
keenam, Allâh Ta'ala berfirman:
Dan adapun
orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya
Ayat ini
menunjukkan akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berkaitan dengan rukun iman
kelima. Bahwa salah satu perwujudan beriman kepada hari akhir adalah meyakini
adanya mizan (timbangan) pada hari Kiamat kelak. Barangsiapa yang berat amalan
kebaikannya, maka akan mendapatkan kehidupan yang baik, dan demikian
sebaliknya.
Di antara
dalil lainnya dari al Qur‘an yang menunjukkan adanya mizan (timbangan) pada
hari Akhir, yaitu firman Allâh Ta'ala , yang artinya: Kami akan
memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat,
maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun, dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan
(pahala)nya, dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.
(QS al-Anbiya‘/21:47)
(QS al-Anbiya‘/21:47)
Begitu pula
banyak hadits shahih yang menunjukkan adanya mizan (timbangan) pada Hari Akhir,
sebagaimana hadits-hadits berikut ini.
Hadits Abu
Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata:
Rasûlullâh
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “(Ada) dua perkataan yang ringan, (namun) berat dalam mizan (timbangan) dan dicintai oleh ar-Rahman (Allâh Ta'ala ), (yaitu) Subhanallahi wa bihamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji
bagi-Nya), Subhanallahil ‘Azhim (Maha Suci Allah Yang Maha Agung)”.
Hadits Abu
ad-Darda’ radhiyallâhu'anhu, dari Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, beliau
bersabda:
Tidak ada
sesuatu pun yang lebih berat dalam mizan (timbangan) dari akhlak yang baik.
Pada ayat
ketujuh, Allâh Ta'ala berfirman: Maka dia
berada dalam kehidupan yang memuaskan
Para ulama
menjelaskan, yang dimaksud dengan kehidupan yang memuaskan adalah kehidupan di
surga.
Banyak ayat
yang menerangkan kehidupan yang penuh kenikmatan bagi para penghuni surga, di
antaranya firman Allâh Ta'ala dalam surat al-Insan/76 ayat 10-22, yang artinya:
10.
Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Rabb kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.
11. Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.
12. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (berupa) surga dan (pakaian) sutera.
13. Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (terik) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.
14. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.
15. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca,
16. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.
17. Di dalam surga itu, mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe,
18. (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.
19. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda,
apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan
20. Dan apabila kamu melihat di sana (surga),
niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.
21. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal
dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak,
dan Rabb memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
22. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).
11. Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.
12. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (berupa) surga dan (pakaian) sutera.
13. Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (terik) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.
14. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.
15. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca,
16. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.
17. Di dalam surga itu, mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe,
18. (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.
19. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda,
apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan
20. Dan apabila kamu melihat di sana (surga),
niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.
21. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal
dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak,
dan Rabb memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
22. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).
Dan masih
banyak ayat lain yang menerangkan beragam kenikmatan yang diperoleh para
penghuni surga. Mudah-mudahan Allâh Ta'ala menjadikan kita termasuk para
penghuni surga-Nya. Amin.
Kemudian,
pada ayat kedelapan sampai ayat terakhir, Allâh Ta'ala berfirman:
8. Dan adapun
orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
10. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.
9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
10. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.
Terdapat
tiga penafsiran di kalangan para ulama terhadap makna ayat kesembilan.
Pertama, maknanya adalah, ia jatuh dan masuk
ke dalam neraka dengan ujung kepalanya lebih dahulu.[26]
Kedua, ayat tersebut merupakan ungkapan dalam bahasa Arab, dilontarkan bagi orang yang terjatuh ke dalam permasalahan yang berat dan menyulitkan.
Ketiga, maknanya, tempat tinggal dan kembalinya adalah neraka. Sehingga, menurut penafsiran yang ketiga ini, hawiyah merupakan salah satu dari nama-nama neraka.
Kedua, ayat tersebut merupakan ungkapan dalam bahasa Arab, dilontarkan bagi orang yang terjatuh ke dalam permasalahan yang berat dan menyulitkan.
Ketiga, maknanya, tempat tinggal dan kembalinya adalah neraka. Sehingga, menurut penafsiran yang ketiga ini, hawiyah merupakan salah satu dari nama-nama neraka.
Adapun
sebab penamaan neraka ini dengan ummuhu , yakni ibunya, karena neraka tersebut
sebagai satu-satunya tempat kembalinya. Seolah-olah neraka tersebut adalah
ibunya yang merupakan tempat kembalinya seorang anak.
Tiga
penafsiran para ulama di atas tidaklah saling bertentangan, bahkan saling
mendukung dan menjelaskan makna lainnya.
Terdapat
sebuah hadits mauquf yang menunjukkan tentang tiga
penafsiran di atas, yaitu hadits Abu Ayyub al-Anshari radhiyallâhu'anhu, beliau
berkata :
Apabila
seorang hamba telah mati, ahlurrahmah (hamba-hamba Allah yang penuh kasih sayang)
menemuinya seperti orang-orang di dunia menemui pembawa berita gembira.
Mereka menghampirinya untuk menanyainya.
Lalu sebagian mereka berkata, “Tunggulah saudara kalian ini, biarkan ia beristirahat, karena ia masih lelah”.
Lalu mereka pun menghampirinya dan bertanya kepadanya,
“Apa yang dilakukan si Fulan? Apa yang dilakukan si Fulanah? Apakah ia sudah menikah?”.
Lalu tiba-tiba mereka bertanya tentang seseorang yang telah mati sebelumnya,
ia menjawab, “Ia telah binasa”. Mereka berkata, “Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’un
(sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-Nya), ia telah kembali kepada ibunya (neraka), sungguh itu seburuk-buruk ibu dan seburuk-buruk pendidik”.
Lalu ditunjukkanlah seluruh perbuatan mereka. Jika mereka melihat amal mereka baik, mereka gembira dan senang, lantas berkata, “Inilah kenikmatan-Mu atas hamba-Mu, maka sempurnakanlah”.
Dan jika mereka melihat amal mereka buruk, mereka berkata,
“Ya Allah, lihatlah (periksalah) kembali hamba-Mu”.
menemuinya seperti orang-orang di dunia menemui pembawa berita gembira.
Mereka menghampirinya untuk menanyainya.
Lalu sebagian mereka berkata, “Tunggulah saudara kalian ini, biarkan ia beristirahat, karena ia masih lelah”.
Lalu mereka pun menghampirinya dan bertanya kepadanya,
“Apa yang dilakukan si Fulan? Apa yang dilakukan si Fulanah? Apakah ia sudah menikah?”.
Lalu tiba-tiba mereka bertanya tentang seseorang yang telah mati sebelumnya,
ia menjawab, “Ia telah binasa”. Mereka berkata, “Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’un
(sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-Nya), ia telah kembali kepada ibunya (neraka), sungguh itu seburuk-buruk ibu dan seburuk-buruk pendidik”.
Lalu ditunjukkanlah seluruh perbuatan mereka. Jika mereka melihat amal mereka baik, mereka gembira dan senang, lantas berkata, “Inilah kenikmatan-Mu atas hamba-Mu, maka sempurnakanlah”.
Dan jika mereka melihat amal mereka buruk, mereka berkata,
“Ya Allah, lihatlah (periksalah) kembali hamba-Mu”.
Ayat
terakhir (kesebelas) surat yang agung ini, diterangkan oleh para ulama, juga
merupakan penafsiran dari lafazh hawiyah ( ) pada ayat sebelumnya.
Ada
beberapa hadits shahih yang maknanya berkaitan erat dengan ayat terakhir ini,
di antaranya sebagai berikut :
Hadits Abu
Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Sesungguhnya
Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Api kalian ini, yang dinyalakan manusia hanyalah sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya neraka Jahannam”. Mereka berkata: “Demi Allah, api ini sudah cukup (panas), wahai Rasûlullâh!”.
Beliau bersabda,”Sesungguhnya api neraka Jahannam lebih (panas) sebanyak enam
puluh sembilan kali (dari api di dunia). Tiap-tiap bagiannya sama panasnya”.
Hadits
an-Nu’man bin Basyir radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Aku
mendengar Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya adzab penghuni neraka yang paling ringan pada hari Kiamat
adalah,
seseorang diletakkan dua buah bara di tengah-tengah kedua telapak kakinya, (lalu) mendidihlah otaknya disebabkan dua bara itu.”
seseorang diletakkan dua buah bara di tengah-tengah kedua telapak kakinya, (lalu) mendidihlah otaknya disebabkan dua bara itu.”
Hadits Abu
Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Sesungguhnya
Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Apabila panas menyengat, maka undurkan shalat sampai waktu sejuk,
karena sesungguhnya panas yang menyengat berasal dari hawa Jahannam”.
Mudah-mudahan
Allâh Ta'ala senantiasa melindungi dan menjauhkan kita dari segala hal yang
dapat mengantarkan kepada panasnya api neraka Jahannam.
Demikianlah
tafsir surat al-Qâri’ah, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menambah iman, ilmu
dan amal shalih kita. Wallahu A’lam bish- Shawab. (Sumber: Asyariah.com)
0 komentar:
Posting Komentar