Powered by mp3skull.com
“Katakanlah: Aku berlindung
kepada Tuhan (Rob/yang memelihara) manusia, Raja manusia, Sembahan (Ilaah)
manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia, dari golongan jin dan manusia.”
Surat ini beserta surat Al Falaq merupakan sebab sembuhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sihir seorang penyihir Yahudi
bernama Labid bin A’shom. Dalam sihir tersebut Rasulullah dikhayalkan
seakan-akan melakukan suatu hal yang beliau tidak melakukannya.
Kisah tersebut disebutkan dalam hadits yang shohih, sehingga
kita harus mempercayainya. Jika syaitan membisiki Anda dengan mengatakan bahwa
seandainya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa terkena sihir berarti ada
kemungkinan bahwa bisa saja syaitan mewahyukan kepada Rasulullah sebagian dari
Al Quran? Maka bantahlah bahwa Allah Maha Kuasa terhadap seluruh makhluknya,
jika Allah telah berjanji memelihara kemurnian Al Quran (QS. Al-Hijr: 9) maka
tidak ada yang dapat mengubahnya.
Jika setan tersebut kembali membisikkan agar kita menolak hadits
tersebut dan menanamkan keraguan di hati kita tentang validitas hadits shohih
sebagai sumber hukum islam dengan alasan bahwa kisah itu tidak masuk akal
karena Allah subhanahu wa ta’ala selalu melindungi rasul-Nya. Maka katakanlah
bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak mungkin memelihara lafal Al Quran tanpa
memelihara penjelasannya berupa perkataan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang
diriwayatkan dalam hadits. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan dilahirkannya
di tengah umat ini para imam ahli hadits yang hafalannya sangat mengagumkan. Di
antaranya adalah imam Ahmad yang menghafal hingga 1 juta hadits beserta
sanadnya.
Allah subhanahu wa ta’ala menakdirkan terjadinya hal tersebut
sebagai ujian bagi manusia, apakah mereka beriman ataukah kafir. Sebagaimana
Allah subhanahu wa ta’ala meng-isra dan mi’raj-kan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam
satu malam, ada sebagian kaum muslimin ketika itu yang murtad. Sedangkan
pengaruh perlindungan setelah membaca kedua surat tersebut akan lebih kuat jika
disertai dengan pemahaman dan perenungan akan maknanya.
Memohon Perlindungan Melalui Perantara Nama-Nya
Dalam surat ini terkandung permohonan perlindungan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dengan bertawasul (menggunakan perantara) dengan tiga
nam-Nya yang mencakup tiga makna keyakinan tauhid kepada Allah secara sempurna.
Yaitu tauhid rububiyah, asma wa sifat dan uluhiyah. Ketiga jenis tauhid ini
diwakili oleh asma-asma Allah subhanahu wa ta’ala sebagi berikut:
Ar-Rabb,
Al-Malik dan Al-Ilaah
Ar-Rabb dalam
kata (Tuhan Manusia) bermakna bahwa
Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta, pengatur dan pemberi rezeki seluruh
umat manusia. Tentunya Allah subhanahu wa ta’ala bukan hanya Rabb atau Tuhannya manusia,
namun juga seluruh Alam semesta ini beserta isinya. Pengkhususan penyebutan
Rabb manusia di sini adalah untuk menyesuaikan dengan pembicaraan. Menauhidkan
Allah pada hal tersebutlah yang dimaksud dengan tauhid rububiyah. Seseorang
yang memiliki keyakinan bahwa wali-wali tertentu dapat mengabulkan permohonan
berupa harta, jodoh atau anak maka dia telah menyekutukan Allah dalam
rububiyah-Nya.
Al-Malik adalah
salah satu dari asmaul husna yang bermakna pemilik kerajaan yang
sempurna dan kekuasaan yang mutlak. Sedangkan penyebutan kata Ilahinnaas (sembahan manusia) di sini adalah
untuk menegaskan Allah adalah yang seharusnya disembah oleh manusia dengan
berbagai macam peribadatan.
Sedangkan ibadah itu ada dua jenis yaitu zhohir dan batin. Yang
zhohir misalnya adalah sholat, do’a, zakat, puasa, haji, nazar, menyembelih
qurban dan lain sebaginya. Sedangkan yang batin letaknya di dalam hati, seperti
khusyu’, roja’ (pengharapan terhadap terpenuhinya kebutuhan), khouf (takut yang
disertai pengagungan), cinta dan lain sebagainya. Barang siapa yang meniatkan
salah satu dari ibadah-badah tersebut kepada selain Allah maka dia telah
berbuat syirik. Siapa yang sujud kepada kuburan Nabi dan para wali atau yang
lainnya, maka dia telah berbuat kesyirikan, siapa yang tawakalnya kepada jimat
maka dia telah syirik.
Bisikan Syaitan Pada Hati Manusia
Pada surat Al-Falaq permohonan perlindungan hanya bertawasul
menggunakan nama Allah Ar-Rabb saja. Sedangkan pada surat An-Naas ini
digunakan 3 nama sekaligus yang mewakili 3 jenis tauhid. Hal ini
mengindikasikan bahwa ancaman pada surat An Naas lebih besar dari pada ancaman
yang disebutkan pada surat Al-Falaq. Ancaman yang disebutkan dalam surat
Al-Falaq hanya mencelakakan manusia di dunia dan bersifat lahiriah, sehingga
dapat atau mudah dideteksi.
Sedangkan pada surat An-Naas ini ancamannya dapat mencelakakan
manusia baik di dunia maupun di akhirat. Ancaman yang sangat halus, bukan
merupakan kata-kata yang dapat didengar, sehingga sulit untuk di deteksi.
Kemudian yang dijadikan sasarannya adalah hati, di mana hati manusia merupakan
raja dari seluruh anggota tubuh. Tentang hal tersebut Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya dalam tubuh
ini ada segumpal daging, jika baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, jika rusak,
maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah
hati.” (HR.
Bukhari & Muslim)
Hati sebagai raja adalah yang memerintah seluruh anggota tubuh.
Jika hatinya cenderung kepada ketaatan, maka anggota tubuhnya akan melaksanakan
kebaikan tersebut. Dan begitu pula sebaliknya. Syaitan menjadikan hati sebagai
target utama karena hati adalah ‘tiket’ keselamatan seorang hamba di akhirat,
di mana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“(yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan
hati yang bersih/selamat (saliim).” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)
Orang yang selamat di akhirat adalah orang datang menjumpai
Allah dengan hati yang bersih (Qolbun
Saliim). Bersih dan selamat dari penyakit syubhat dan syahwat.
Syubhat adalah bisikan-bisikan syaitan terhadap seorang hamba sehingga dia
meyakini kebenaran sebagai kebatilan, yang sunah sebagai bid’ah dan sebaliknya.
Sedangkan syahwat adalah bisikan syaitan untuk mengikuti segala yang diinginkan
oleh jiwa, meskipun harus menentang aturan Allah subhanahu wa ta’ala. Jika
seorang hamba selalu memperturutkan syahwatnya dan melanggar aturan Allah, maka
lama-kelamaan hatinya akan menganggap kemaksiatannya itu adalah suatu hal yang
biasa, sehingga menjerumuskannya kepada penghalalan suatu yang diharamkan
Allah.
Jika hati diumpamakan sebagai sebuah benteng, maka syaitan
adalah musuh yang hendak masuk dan menguasai benteng tersebut. Setiap benteng
memiliki pintu-pintu yang jika tidak dijaga maka syaitan akan dapat memasukinya
dengan leluasa. Pintu-pintu itu adalah sifat-sifat manusia yang banyak sekali
bilangannya. Di antaranya seperti; cinta dunia, syahwat dan lain sebagainya.
Jika dalam hati masih bersemayam sifat-sifat tersebut, maka syaitan akan mudah
berlalu lalang dan memasukan bisikannya, sehingga mencegahnya dari mengingat
Allah dan mengisi hati dengan takwa.
Syaitan Jin dan Manusia
Di kalangan masyarakat ada yang menganggap bahwa syaitan, jin
dan iblis adalah jenis makhluk tersendiri. Maka ayat terakhir dari surat ini
membantah anggapan yang salah tersebut. Sesungguhnya makhluk yang mendapatkan
beban syariat ada dua; yaitu jin dan manusia. Iblis merupakan bangsa jin
berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala yang maknanya:
“Dan ketika Kami berfirman
kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali
Iblis. Dia adalah dari golongan jin…” (QS. Al-Kahfi: 50)
Sedangkan syaitan adalah sejahat-jahat makhluk dari kalangan jin
dan manusia yang mengasung sebagian kepada yang lain ke neraka.
“Dan demikianlah Kami
jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu…” (QS.
Al-An’am: 112)
Wallahu a’lam.
Rujukan:
Taisir Karimirrahman fii Tafiiril Kalamil Mannaan (Syaikh Abdurrahaman bin Nashir
As-Sa’dy).
Terjemahan Mukhtashor Minhajul Qashidin (Ibnu Qudamah).
Tafsiir ‘Usyril Akhiir Minal Qur’anil Kariim (DR. Sulaiman Al-Asyqor).
***
Artikel www.muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar