Di antara
amal kebaikan yang banyak dilakukan kaum muslimin di bulan Ramadhan adalah
memberi sedekah. Tidak diragukan lagi bahwa bersedekah di bulan mulia ini
memiliki nilai lebih tersendiri. Namun perlu diwaspadai, jangan sampai pahala
sedekah yang melimpah menjadi terhapus sia-sia.
Pembaca
yang budiman, Allah ta’ala
mengingatkan kita dalam firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir . “ (Al
Baqarah:264)
[Tiga
Perbuatan Penghapus Pahala Sedekah]
Dalam
ayat di atas, Allah menjelasakan ada tiga perbuatan yang dapat menghapus pahala
sedekah :
Pertama.
Menyebut-nyebut
pemberian sedekah. ( ِالْمَنِّ) al mann
: maksudnya adalah menyebut-nyebut pemberian sedekah di hadapan orang yang
diberi sedekah untuk menunjukkan kelebihan dirinya dibanding orang yang diberi
sedekah tersebut.
Seperti
misalnya si A memberikan sedekah kepada si B. Dia selalu menyebt-nyebut sedekah
pemberiannya tersebut di hadapan si B. Seperti ini adalah termasuk perbuatan ( ِالْمَنِّ)
al mann yang
tercela seperti tersebut dalam ayat di atas. Perbuatan ini mencakup seluruh
bentuk sedekah, baik itu sedekah terhadap teman, tetangga, kerabat, maupun
istri dan anak-anaknya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda :
“ Ada
tiga golongan, yang tidak akan Allah ajak bicara pada hari kiamat, tidak akan
Allah lihat, dan tidak akan Allah sucikan, serta baginya adzab yang pedih.
Rasulullah mengulang sebanyak tiga kali. Abu Dzar bertanya : Siapa mereka wahai
Rasulullah ? Sabda beliau : Al musbil (lelaki yang menjulurkan pakaiannya
melebihi mata kaki, al
mannaan (orang yang suka menyebut-nyebut sedekah pemberian), dan pedagang yang bersumpah dengan
sumpah palsu” (H.R. Muslim:106)
Kedua.
Menyakiti
orang yang diberi sedekah.
(َالَّذِي ) al adzaa:
secara bahasa maknanya adalah setiap perbuatan yang merugikan atau menyakiti
orang lain, baik dalam hal agamanya, kehormatannya, badannya, maupun hartanya.
Adapaun (َالَّذِي ) al
adzaa yang menghapus pahala sedekah yaitu bersikap sombong terhadap
orang yang diberi sedekah dan menyakitinya dengan kalimat yang menyakitkannya,
atau dengan sesuatu yang mencela kehormatannya dan merendahkan kemuliaan dan kedudukan
orang tersebut.
Ketiga.
Perbuatan
riya’. ( الرياء ) ar
riyaa’ : yakni perbuatan seorang hamba menampakkan amalnya
kepada manusia karena ingin mendapat pujian. Jika seseorang riya’ dalam amalan
sedekahnya maka akan menghapus pahala sedekah tersebut. Bahkan perbutan riya’
tidah hanya dalam masalah sedekah saja. Riya’ dapat terjadi pada setiap amal
dan menghapus pahala amal tersebut. [Lihat Nidaa-atu
ar Rahman li Ahlil iman 21-22, Syaikh Abu Bakr Al Jazaairy]
Imam Ibnu
Katsir menjelasakan : “Dalam firman-Nya (لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ
وَالأذَى ) (janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima)) Allah menerangkan bahwa pahala sedekah itu
dapat hilang disebabkan karena menyebut-nyebut sedekah dan juga dengan tindakan
menyakiti orang yang diberi sedekah.. Dosa menyebut-nyebut dan menyakiti itu
menyebabkan hilangnya pahala sedekah. Kemudian Allah berfirman (كَالَّذِي يُنفِقُ
مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ ) (),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia).
Maksudnya, janganlah kalian membatalkan pahala sedekah kalian dengan
menyebut-nyebut sedekah dan menyakiti orang yang diberi sedekah, sebagaimana
tidak bernilainya sedekah orang yang riya’ karena manusia. Orang yang riya’
adalah yang menampakkan dihadapan orang lain bahwa dia ikhlas dalam beramal,
padahal maksud sebenarnya adalah agar dia dipuji oleh orang lain. atau agar
terkenal dengan sifat-sifat terpuji sehingga banyak orang yang mengaguminya,
atau beramal agar disebut sebagai orang dermawan, atau maksud-maksud duniawi
lainnya. Pelaku riya’ tidak memiliki perhatian untuk taat kepada Allah, mencari
ridha-Nya dan mengharap pahala-Nya. Oleh karena itu, Allah berfirman (وَلاَ يُؤْمِنُ
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ) (dan
dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian). ” [Lihat Tafsir al Quran al ‘Adzhim
surat al Baqarah ayat 264, al Imam Ibnu Katsir]
Waspadailah
saudaraku, ketiga perbuatan tersebut dapat merusak pahala sedekah yang kita
lakukan.
[Faedah
Ayat]
Firman
Allah dalam surat al Baqarah 264 di atas mengandung beberapa faedah :
Amal
keburukan akan menghapus amal kebaikan.
Dalam
ayat tersebut terkandung perintah untuk tetap menjaga amalan-amalan yang sirr (tersembunyi) agar
tidak diketahui orang lain.
Menyebut-nyebut
pemberian sedekah, menyakiti orang yang diberi sedekah, dan perbuatan riya’
dapat menghapus pahala sedekah
Terhapusnya
pahala sedekah karena perbuatan menyebut-nyebut pemberian sedekah dan menyakiti
orang yang diberi sedekah, sama seperti hapusnya pahala sedekah karena riya’
Ketiga
sifat di atas termasuk tanda kekufuran.
Semoga
Allah ta’ala
senantiasa memudahkan kita untuk ikhlas dalam setiap amal yang kita lakukan. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina
Muhammad.
*
Faedah dari kajian kitab Nidaa-atu
ar Rahman li Ahlil iman bersama Ustadz Zaid Susanto,Lc hafizhahullah, ba’da
shubuh 14 Ramadhan 1432 H di Ma’had Jamilurrahman, Bantul, Yogyakarta.
Penyusun:
Adika Mianoki
0 komentar:
Posting Komentar