Tafsir Surat Al Ikhlas/Juz Amma

 (Tafsir Al Azhar )


Surat
AL-IKHLASH (TULUS)
Surat 112: 4 ayat Diturunkan di MAKKAH


1- Katakanlah: "Dia adalah Allah, Maha Esa."

2- Allah adalah pergantungan.

3- Tidak Dia beranak, dan tidak Dia diperanakkan.

4- Dan tidak ada bagiNya yang setara, seorang jua pun.

Dan Dia, Allah itu, tidak pula diperanakkan. Tegasnya tidaklah Dia berbapa. Karena kalau Dia berbapa, teranglah bahwa si anak kemudian lahir ke dunia dari ayahnya, dan kemudian ayah itu pun mati. Si anak menyambung kuasa. Kalau seperti orang Nasrani yang mengatakan bahwa Allah itu beranak dan anak itu ialah Nabi Isa Almasih, yang menurut susunan kepercayaan mereka sama dahulu tidak bepermulaan dan sama akhir yang tidak berkesudahan di antara sang bapa dengan sang anak, maka bersamaanlah wujud di antara si ayah dengan si anak, sehingga tidak perlu ada yang bernama bapak dan ada pula yang bernama anak. Dan kalau anak itu kemudian baru lahir, nyatalah anak itu suatu kekuasaan atau ketuhanan yang tidak perlu, kalau diakui bahwa si bapa kekal dan tidak mati-mati, sedang si anak tiba kemudian.
"Dan tidak ada bagiNya yang setara, seorang jua pun . " (ayat 4). Keterangan; Kalau diakui Dia beranak, tandanya Allah Tuhan itu mengenal waktu tua. Dia memerlukan anak untuk menyilihkan kekuasaanNya.
Kalau diakui diperanakkan, tandanya Allah itu pada mulanya masih muda yaitu sebelum bapaNya mati. Kalau diakui bahwa Dia berbilang, ada bapa ada anak, tetapi kedudukannya sama, fikiran sihat yang mana jua pun akan mengatakan bahwa "keduanya" akan sama-sama kurang kekuasaannya. Kalau ada dua yang setara, sekedudukan, sama tinggi pangkatnya, sama kekuasaannya atas alam, tidak ada fikiran sihat yang akan dapat menerima kalau dikatakan bahwa keduanya itu berkuasa mutlak. Dan kalau keduanya sama tarafnya, yang berarti sama-sama kurang kuasaNya, yakni masing-rnasing mendapat separuh, maka tidaklah ada yang sempuma ketuhanan keduanya. Artinya bahwa itu bukanlah tuhan. Itu masih alam, itu masih lemah.
Yang Tuhan itu ialah Mutlak kuasaNya, tiada terbagi, tiada separuh seorang, tiada gandingan, tiada bandingan dan tiada tandingan. Dan tidak pula ada tuhan yang nganggur, belum bertugas sebab bapanya masih ada!
Itulah yang diterima oleh perasaan yang bersih murni. ltulah yang dirasakan oleh akal cerdas yang tulus. Kalau tidak demikian, kacaulah dia dan tidak bersih lagi. Itu sebabnya maka Surat ini dinamai pula Surat al-Ikhlas; artinya sesuai dengan jiwa murni manusia, dengan logika; dengan berfikir teratur.
Tersebutlah di dalam beberapa riwayat yang dibawakan oleh ahli tafsir bahwa asal mula Surat ini turun ;"Shif lanaa rabbaka " كبر انل ف ;ialah karena pernah orang musyrikin itu meminta kepada Nabi
.(?Coba jelaskan kepada kami apa macamnya Tuhanmu itu, emaskah dia atau tembaga atau loyangkah)
Menurut Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dari Ubay bin Ka`ab, memang ada orang musyrikin meminta kepada Nabi supaya diuraikannya nasab (keturunan atau sejarah) Tuhannya itu. Maka datanglah Surat yang tegas ini tentang Tuhan.
Abus Su'ud berkata dalam tafsirnya; "Diulangi nama Allah sampai dua kali (ayat 1 dan ayat 2) dengan kejelasan bahwa Dia adalah Esa, Tunggal, Dia adalah pergantungan segala makhluk, supaya jelaslah bahwa yang tidak mempunyai kedua sifat pokok itu bukanlah Tuhan. Di ayat pertama ditegaskan KeesaanNya, untuk menjelaskan bersihNya Allah dari berbilang dan bersusun, dan dengan menjelaskan bahwa Dialah pergantungan segala makhluk, jelaslah bahwa padaNya terkumpul segala sifat Kesempurnaan Dia tempat bergantung, tempat berlindung; bukan Dia yang mencari perlindungan kepada yang lain, Dia tetap ada dan kekal dalam kesempurnaanNya, tidak pernah berkurang. Dengan penegasan "Tidak beranak", ditolaklah kepercayaan setengah manusia bahwa malaikat itu adalah anak Allah atau Isa Almasih adalah anak Allah. Tegasnya dari Allah itu tidak ada timbul apa yang dinamai anak, karena tidak ada sesuatu pun yang mendekati jenis Allah itu, untuk jadi jodoh dan "teman hidupnya", yang dari pergaulan berdua timbullah anak." - Sekian Abus Su'ud.
Imam Ghazali menulis di dalam kitabnya "Jawahirul-Quran": "Kepentingan al-Quran itu ialah untuk ma'rifat terhadap Allah dan ma'rifat terhadap hari akhirat dan ma'rifat terhadap ash-Shirathal Mustaqim. Ketiga ma'rifat inilah yang sangat utama pentingnya. Adapun yang lain adalah pengiring-pengiring dari yang tiga ini. Maka Surat al-Ikhlas adalah mengandung satu daripada ma'rifat yang tiga ini, yaitu Ma'rifatullah, dengan membersihkanNya, mensucikan fikiran terhadapNya dengan mentauhidkanNya daripada jenis dan macam. ltulah yang dimaksud bahwa Allah bukanlah pula bapa yang menghendaki anak, laksana pohon. Dan bukan diperanakkan, laksana dahan yang berasal dari pohon, dan bukan pula mempunyai tandingan, bandingan dan gandingan."
lbnul Qayyim menulis dalam Zaadul Ma'ad: "Nabi s.a.w. selalu membaca pada sembahyang Sunnat al-Fajar dan sembahyang al-Witir kedua Surat al-Ikhlas dan al-Kafirun. Karena kedua Surat itu mengumpulkan Tauhid, llmu dan Amal, Tauhid Ma'rifat dan Iradat, Tauhid I'tiqad dan Tujuan. Surat al-Ikhlas mengandungi Tauhid I'tiqad dan Ma'rifat dan apa yang wajib dipandang tetap teguh pada Allah menurut akal murni, yaitu Esa, Tunggal. Nafi yang mutlak daripada bersyarikat dan bersekutu, dari segi mana pun. Dia adalah Pergantungan yang tetap, yang padaNya terkumpul segala sifat kesempumaan, tidak pemah berkekurangan dari segi mana pun. Nafi daripada beranak dan di­ peranakkan, karena kalau keduanya itu ada, Dia tidak jadi pergantungan lagi dan KeesaanNya tidak bersih lagi. Dan Nafi atau tiadanya kufu', tandingan, bandingan dan gandingan adalah menafikan perserupaan, perumpamaan ataupun pandangan lain. Sebab itu maka Surat ini mengandung segala ke­ sempumaan bagi Allah dan menafikan segala kekurangan. Inilah dia Pokok Tauhid menurut ilmiah dan menurut akidah, yang melepaskan orang yang berpegang teguh kepadanya daripada kesesatan dan mempersekutukan.
Itu sebab maka Surat al-Ikhlas dikatakan oleh Nabi Sepertiga Quran.
Sebab al-Quran berisi berita (khabar) dan Insyaa. Dan insyaa mengandung salah satu tiga pokok; (1) perintah, (2) larangan, (3) boleh atau diizinkan. Dan Khabar dua pula; (1) Khabar yang datang dari Allah sebagai pencipta (Khaliq) dengan nama-namaNya dan sifat-sifatNya dan hukum-hukumNya. (2) Khabar dari makhlukNya; maka diikhlaskanlah oleh makhluk di dalam Surat al-Ikhlas tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya; sehingga jadilah isinya itu mengandung sepertiga al-Quran. Dan dibersihkannya pula barangsiapa yang membacanya dengan Iman, daripada mempersekutukan Allah secara ilmiah. Sebagaimana Surat al-Kafirun pun telah membersihkan dari syirik secara amali, yang timbul dari kehendak dan kesengajaan.” - Sekian Ibnul Qayyim.
Ibnul Qayyim menyambung lagi: "Menegakkan akidah ialah dengan ilmu. Persediaan ilmu hendaklah sebelum beramal. Sebab ilmu itu adalah Imam, penunjuk jalan, dan hakim yang memberikan keputusan di mana tempatnya dan telah sampai di mana. Maka "Qul Huwallaahu Ahad" adalah punca ilmu tentang akidah. Itu sebab maka Nabi mengatakannya sepertiga al-Quran. Hadis-hadis yang mengatakan demikian boleh dikatakan mencapai derajat mutawatir. Dan "Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna" sama nilainya dengan seperempat al-Quran. Dalam sebuah Hadis dari Terrnidzi, yang dirawikan dari Ibnu Abbas dijelaskan: "Idzaa Zulzilatil Ardhu" sama nilainya dengan separuh al-Quran. "QuI Huwallaahu Ahad" sama dengan sepertiga al-Quran dan "Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna" sama nilainya dengan seperempat al-Quran.
Al-Hakim merawikan juga Hadis ini dalam al-Mustadriknya dan beliau berkata bahwa Isnad Hadis ini shahih.

* * *

Maka tersebutlah dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dari Aisvah, – moga-moga Allah meridhainya – bahwa Nabi s.a.w. pada satu waktu telah mengirim siryah (patroli) ke suatu tempat. Pemimpin patroli itu tiap-tiap sembahyang yang menjahar menutupnya dengan membaca "Qul Huwallaahu Ahad." Setelah mereka kembali pulang, mereka khabarkanlah perbuatan pimpinan mereka itu kepada Nabi s.a.w. Lalu beliau s.a.w. berkata: "Tanyakan kepadanya apa sebab dia lakukan demikian." Lalu mereka pun bertanya kepadanya, (mengapa selalu ditutup dengan membaca Qul Huwallaahu Ahad).

0 komentar:

Posting Komentar

Murottal Quran 30 Juz Sheikh Maahir Al Mu'ayqali

Shalat Tepat Waktu !

KOLEKSI CERAMAH MP 3

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Al Qur'anku

Mushaf Al Qur'an

Jazakumullah Khayran

Daftar Isi

Al Qur'an dan Murotal

TvQuran

Kajian Ilmu Tajwid