Bismillahirrahmanirrahim
Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya” (QS. Al Mu`minun : 1-2)
Allah Ta’ala juga
berfirman (yang artinya), “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya` (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An
Nisa : 142)
Dua ayat di atas merupakan
perbandingan antara shalatnya seorang mukmin dengan shalatnya orang munafik.
Pernahkah kita berbisik pada hati kita, shalat yang kita lakukan termasuk yang
mana? Apakah termasuk orang yang beruntung? Ataukah termasuk orang yang merugi?
Shalat adalah suatu amalan yang
sangat agung di sisi Allah. Sampai-sampai Allah memanggil langsung Rasulullah
untuk menerima perintah shalat, yaitu pada saat peristiwa isra dan mi’raj. Anas
bin Malik berkata, “Telah diwajibkan 50 kali shalat kepada Nabi pada saat di-isra-kan,
kemudian diringkas menjadi 5 kali. Kemudian beliau dipanggil, ‘Wahai Muhammad,
sesungguhnya ketetapan di sisi Ku tidak berubah, sesungguhnya 5 kali yang
engkau terima sama dengan 50 kali’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh banyak keutamaaan orang yang
mengerjakan shalat. Dan sungguh merugi orang yang meninggalkannya. Dan hanya
orang munafik lah yang lalai dalam shalatnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Shalat yang paling
berat bagi orang munafik adalah shalat ‘isya dan shalat shubuh…” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Shalat adalah amalan yang pertama
kali dihisab
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya amalan seorang hamba
yang akan dihisab pertama kali pada hari kiamat adalah amalan shalatnya. Jika
shalatnya telah benar, maka dia akan beruntung dan berhasil. Namun, jika
shalatnya itu rusak, maka ia akan merugi….” (HR. Tirmidzi dan An Nasa-i)
Hal ini bisa diibaratkan apabila
shalat seorang hamba itu baik, maka shalatnya akan memberikan dampak yang baik
pula pada amalan yang lainnya. Hal ini sebagaimana yang Allah firmankan (yang
artinya), “Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari (perbuatan) keji dan
munkar” (QS. Al ‘Ankabut : 45)
Dampak baik orang yang melakukan
shalat adalah tercegahnya dari perbuatan yang keji dan munkar. Minimal orang
tersebut tidak melakukan perbuatan keji dan munkar saat ia melaksanakan shalat
itu sendiri.
Lebih utama dibandingkan dengan jihad
di jalan Allah
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, amalan apakah yang paling disukai Allah?” Beliau lantas
menjawab, “Shalat pada waktunya” Kemudian aku bertanya lagi, “Lalu apa?”
Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada orang tua” “Kemudian apa?” tanyaku
lagi. Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits di atas, amalan shalat
mengalahkan amalan berbakti pada orang tua dan jihad di jalan Allah. Allah
lebih menyukai amalan shalat, bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa shalat
adalah amalan yang paling utama.
Sebagai penghapus dosa
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Shalat 5 waktu, dan
shalat jum’at hingga jum’at berikutnya, sebagai kafarah (penghapus dosa) di
antara waktu keduanya, selama menjauhkan diri dari melakukan dosa-dosa besar”
(HR. Muslim)
Artinya, shalat yang dilakukan dapat
menghapuskan dosa-dosa yang diperbuat antara waktu shalat yang satu dengan
waktu shalat yang lainnya. Namun yang dihapus hanyalah dosa-dosa kecil saja,
dan itu pun bersyarat, yaitu tidak melakukan dosa-dosa besar di antara waktu
shalat tersebut.
Berhak mendapatkan surga yang paling
tinggi derajatnya
Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah
orang-orang yang akan mewarisi. (Yaitu) yang akan mewarisi (surga) firdaus,
mereka kekal di dalamnya” (QS. Al Mu`minun : 9-11)
Seluruh kaum muslimin sepakat bahwa
surga yang paling tinggi kedudukannya dan yang paling mulia adalah surga
firdaus. Hanyalah orang-orang yang memelihara shalatnya yang berhak mendapatkan
surga firdaus.
Keutamaan shalat berjama’ah di masjid
Sebelum membahas keutamaan shalat di
masjid, ada baiknya kita mengetahui bahwa pahala shalat berjama’ah lebih besar
dibandingkan shalat sendirian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (yang artinya), “Shalat jama’ah lebih utama 27
derajat dibandingkan dengan shalat sendirian” (HR Bukhari dan Muslim)
Sedangkan orang yang mengerjakan
shalat di masjid, akan mendapatkan keutamaan yang jauh lebih dibandingkan orang
yang hanya shalat di dalam rumahnya. Di antara keutamaannya adalah
[1] Menghapus dosa
Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Barangsiapa yang berwudhu’ untuk
(melaksanakan) shalat, kemudian ia sempurnakan wudhu’nya, lalu berjalan untuk
(melaksanakan) shalat wajib, maka shalatnya bersama manusia, atau berjam’ah,
atau di masjid, menjadi sebab Allah akan mengampuni dosa-dosanya” (HR.
Muslim)
[2] Meninggikan derajat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa yang bersuci dari
rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid)
untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka
kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya
akan mengangkat derajatnya” (HR. Muslim)
[3] Sebab malaikat mendoakannya
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “…Para malaikat
senantiasa akan bershalawat kepadanya selama ia (berada) di tempat shalatnya,
(mereka mengatakan) : “Ya Allah berikanlah shalawat kepadanya, ya Allah
ampunilah dia, ya Allah sayangilah dia…” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Shalatnya wanita di masjid
Seorang wanita tidaklah terlarang
melaksanakan shalat di masjid dengan catatan meminta ijin dari suami /
mahramnya, aman dari fitnah laki-laki, menutup aurat, dan tidak menggunakan
wewangian ketika berangkat ke masjid. Karena Nabi sendiri memerintahkan kepada
suami untuk memberi izin kepada istrinya yang ingin pergi shalat di masjid.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Jika
seorang wanita meminta ijin kepada salah seorang di antara kalian untuk pergi
ke masjid, maka janganlah melarangnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Golongan orang yang sengsara di
akhirat selain orang munafik
[1] Orang yang shalat namun lalai
Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya” (QS. Al Ma’un : 4-5)
[2] Orang yang tidak mengerjakan
shalat
Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) saqar?
Mereka menjawab, “Dulu kami tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat”
(QS. Al Muddatsir : 42-43)
Ancaman orang yang meninggalkan
shalat
Shalat adalah pembeda apakah ia
adalah seorang muslim ataukah seorang kafir. Ketika seseorang meninggalkan
shalat, maka Nabi ancam dengan kekafiran. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (yang artinya), “(Pembatas) antara seorang muslim
dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim)
Penutup
Semoga Allah memberikan kita taufik
agar bisa melaksanakan perintah-Nya. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “…Aku tidaklah bermaksud, kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama aku masih sanggup. Dan tidak ada taufik bagiku, melainkan dengan
(pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah lah akau bertawakkal dan hanya
kepada-Nya lah aku kembali.” (QS : Hud : 11). Wallahul Muwaffiq
Penulis : Wiwit Hardi P – muslim.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar