Ahmad Saud - Al-Buruj
Powered by mp3skull.com
Terjamah:
Powered by mp3skull.com
Terjamah:
1. demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
2. dan hari yang dijanjikan,
3. dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
4. binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat
parit[1567],
5. yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,
6. ketika mereka duduk di sekitarnya,
7. sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang yang beriman.
8. dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu
melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji,
9. yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan
Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.
10. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan
cobaan[1568] kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian
mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab
(neraka) yang membakar.
11. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar.
12. Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.
13. Sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan (makhluk)
dari permulaan dan menghidupkannya (kembali).
14. Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih,
15. yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha mulia,
16. Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
17. Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum
penentang,
18. (Yaitu kaum) Fir'aun dan (kaum) Tsamud?
19. Sesungguhnya orang-orang kafir selalu
mendustakan,
20. Padahal Allah mengepung mereka dari belakang
mereka[1569].
21. bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran
yang mulia,
22. yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
[1567] Yaitu pembesar-pembesar Najran di Yaman.
[1568] Yang dimaksud dengan mendatangkan cobaan
ialah, seperti menyiksa, mendatangkan bencana, membunuh dan sebagainya.
[1569] Maksudnya: mereka tidak dapat lolos dari
kekuasaan Allah.
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Shuhaib
bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
Pada zaman dahulu, sebelum masa kalian ada seorang raja, dia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir ini sudah semakin tua, dia berkata kepada raja tersebut: “Saya sudah tua, carikan untukku seorang pemuda remaja yang akan saya ajari sihir.” Maka raja itupun mencari seorang pemuda untuk diajari ilmu sihir.
Pada zaman dahulu, sebelum masa kalian ada seorang raja, dia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir ini sudah semakin tua, dia berkata kepada raja tersebut: “Saya sudah tua, carikan untukku seorang pemuda remaja yang akan saya ajari sihir.” Maka raja itupun mencari seorang pemuda untuk diajari ilmu sihir.
Adapun
pemuda itu, di jalanan yang dilaluinya (menuju tukang sihir) itu ada seorang
rahib (ahli ibadah). Lalu dia duduk di majelis rahib tersebut, mendengarkan
wejangannya dan ternyata uraian tersebut menakjubkannya. Akhirnya, jika dia
mendatangi tukang sihir itu, dia melewati majelis si rahib dan duduk di sana.
Kemudian, setelah dia menemui tukang sihir itu, dia dipukul oleh tukang sihir
tersebut. Pemuda itupun mengadukan keadaannya kepada si rahib. Kata si rahib:
“Kalau engkau takut kepada si tukang sihir, katakan kepadanya: ‘Aku ditahan
oleh keluargaku.’ Dan jika engkau takut kepada keluargamu, katakan kepada
mereka: ‘Aku ditahan oleh tukang sihir itu’.”
Ketika dia
dalam keadaan demikian, datanglah seekor binatang besar yang menghalangi orang
banyak. Pemuda itu berkata: “Hari ini saya akan tahu, tukang sihir itu yang
lebih utama atau si rahib.” Diapun memungut sebuah batu dan berkata: “Ya Allah,
kalau ajaran si rahib itu lebih Engkau cintai daripada ajaran tukang sihir itu,
maka bunuhlah binatang ini agar manusia bisa berlalu.” Pemuda itu melemparkan
batunya hingga membunuhnya. Akhirnya manusiapun dapat melanjutkan
perjalanannya.
Kemudian
pemuda itu menemui si rahib dan menceritakan keadaannya. Si rahib berkata
kepadanya: “Wahai ananda, hari ini engkau lebih utama daripadaku. Kedudukanmu
sudah sampai pada tahap yang aku lihat saat ini. Sesungguhnya engkau tentu akan
menerima cobaan, maka apabila engkau ditimpa satu cobaan, janganlah engkau
menunjuk diriku.”
Pemuda
itupun akhirnya mampu mengobati orang yang dilahirkan dalam keadaan buta, sopak
(belang), dan mengobati orang banyak dari berbagai penyakit. Berita ini sampai
ke telinga teman duduk sang raja, yang buta matanya. Diapun menemui pemuda itu
dengan membawa hadiah yang banyak, lalu berkata: “Semua hadiah yang ada di sini
adalah untuk engkau, saya kumpulkan, kalau engkau dapat menyembuhkan saya (dari
kebutaan ini).”
Anak muda
itu menjawab: “Sebetulnya, saya tidak dapat menyembuhkan siapapun. Tapi yang
menyembuhkan itu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau engkau beriman kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, saya doakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentu
Dia sembuhkan engkau.”
Teman sang
raja itupun beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyembuhkannya. Kemudian dia menemui sang raja dan duduk bersamanya
seperti biasa. Raja itu berkata kepadanya: “Siapa yang sudah mengembalikan
matamu?”
Dia
menjawab: “Rabbku.” Raja itu menukas: “Apa kamu punya tuhan selain aku?” Orang
itu berkata: “Rabbku dan Rabbmu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Raja itupun
menangkapnya dan tidak berhenti menyiksanya sampai dia menunjukkan si pemuda.
Akhirnya si pemuda ditangkap dan dibawa ke hadapan raja tersebut. Sang raja
berkata: “Wahai anakku, telah sampai kepadaku kehebatan sihirmu yang dapat
menyembuhkan buta, sopak, dan kamu berbuat ini serta itu.”
Pemuda itu
berkata: “Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun. Tapi yang
menyembuhkan itu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Raja itu
menangkapnya dan terus menerus menyiksanya sampai dia menunjukkan si rahib.
Akhirnya si rahib ditangkap dan dihadapkan kepada sang raja dan dipaksa:
“Keluarlah dari agamamu.” Si rahib menolak. Raja itu minta dibawakan sebuah
gergaji, lalu diletakkan di atas kepala si rahib dan mulailah kepala itu
digergaji hingga terbelah dua. Kemudian diseret pula teman duduk raja tersebut,
dan dipaksa pula untuk kembali murtad dari keyakinannya. Tapi dia menolak.
Akhirnya kepalanya digergaji hingga terbelah dua.
Kemudian
pemuda itu dihadapkan kepada raja dan diapun dipaksa: “Keluarlah kamu dari
keyakinanmu.” Pemuda itu menolak.
Akhirnya
raja itu memanggil para prajuritnya:
“Bawa dia
ke gunung ini dan itu, dan naiklah. Kalau kalian sudah sampai di puncak, kalau
dia mau beriman (bawa pulang). Kalau dia tidak mau, lemparkan dia dari atas.”
Merekapun membawa pemuda itu ke gunung yang ditunjuk. Si pemudapun berdoa: “Ya
Allah, lepaskan aku dari mereka dengan apa yang Engkau kehendaki.” Seketika
gunung itu bergetar dan merekapun terpelanting jatuh. Pemuda itu datang
berjalan kaki menemui sang raja. Raja itu berkata: “Apa yang dilakukan para
pengawalmu itu?”
Kata si
pemuda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkanku dari mereka.”
Kemudian
raja itu menyerahkan si pemuda kepada beberapa orang lalu berkata: “Bawa dia
dengan perahu ke tengah laut. Kalau dia mau keluar dari keyakinannya, (bawa
pulang), kalau tidak lemparkan dia ke laut.” Merekapun membawanya. Si pemuda
berdoa lagi: “Ya Allah, lepaskan aku dari mereka dengan apa yang Engkau
kehendaki.” Perahu itu karam dan mereka pun tenggelam. Sedangkan si pemuda
berjalan dengan tenang menemui sang raja.
Raja itu
berkata: “Apa yang dilakukan para pengawalmu itu?”
Kata si
pemuda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkanku dari mereka.”
Lalu si
pemuda melanjutkan: “Sesungguhnya engkau tidak akan dapat membunuhku sampai
engkau melakukan apa yang kuperintahkan.” Sang raja bertanya: “Apa itu?”
Kata si
pemuda: “Kau kumpulkan seluruh manusia di satu tempat, kau salib aku di
sebatang pohon dan ambil sebatang panah dari kantung panahku kemudian letakkan
pada sebuah busur lalu ucapkanlah: ‘Bismillah Rabbil ghulam’ (Dengan nama
Allah, Rabb si pemuda), dan tembaklah aku dengan panah tersebut. Kalau engkau
melakukannya niscaya engkau akan dapat membunuhku.”
Raja itupun
mengumpulkan seluruh manusia di satu tempat dan menyalib si pemuda, kemudian
mengeluarkan anak panah dari kantung si pemuda lalu meletakkannya pada sebuah
busur dan berkata: “Bismillahi Rabbil ghulam”, kemudian dia melepaskan panah
itu dan tepat mengenai pelipis si pemuda. Darah mengucur dan si pemuda segera
meletakkan tangannya di pelipis itu dan diapun tewas. Serta merta rakyat banyak
yang melihatnya segera berkata: “Kami beriman kepada Rabb si pemuda. Kami
beriman kepada Rabb si pemuda. Kami beriman kepada Rabb si pemuda.”
Raja itupun
didatangi pengikutnya dan diceritakan kepadanya: “Apakah anda sudah melihat,
apa yang anda khawatirkan, demi Allah sudah terjadi. Orang banyak sudah beriman
(kepada Allah).”
Lalu raja
itu memerintahkan agar menggali parit-parit besar dan menyalakan api di
dalamnya. Raja itu berkata: “Siapa yang tidak mau keluar dari keyakinannya,
bakarlah hidup-hidup dalam parit itu. (Atau: ceburkan ke dalamnya).” Merekapun
melakukannya, sampai akhirnya diseretlah seorang wanita yang sedang menggendong
bayinya. Wanita itu mundur (melihat api yang bernyala-nyala), khawatir terjatuh
ke dalamnya (karena sayang kepada bayinya). Tapi bayi itu berkata kepada
ibunya: “Wahai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya engkau di atas al-haq.”
Allah
Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah ini juga dalam Kitab-Nya yang mulia
dalam surat Al-Buruj:
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar….”
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar….”
Itulah
kisah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan dalam Kitab-Nya yang mulia agar
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudah mereka.
makasih artikelnya
BalasHapus