Tips:Menjaga Kesehatan Fisik untuk Beribadah Haji

Menjaga Kesehatan dalam Ibadah Haji
Jamaah Haji sedang menuju Tempat Lempar Jumrah, salah satu aktifitas haji yang membutuhkan kesiapan fisik yang baik.


Ibadah haji membutuhkan aktifitas fisik lebih banyak dibandingkan dengan ibadah lainnya. Calon jamaah haji hendaknya sudah melakukan latihan seperti dengan berjalan kaki.
Pemerintah terus memperketat pemantauan kesehatan calon jamaah yang akan menunaikan ibadah haji. Hal ini dilakukan untuk menekan risiko gangguan kesehatan pada jamaah selama berada di tanah suci. Sejalan dengan itu, Sekjen Kementerian Agama, Dr.H. Bahrul Hayat menganjurkan agar calon jamaah haji mulai sekarang melakukan persiapan fisik.
“Saya menganjurkan kepada para calon jamaah haji – mumpung masih ada waktu – melakukan latihan fisik. Karena ibadah haji ini memerlukan gerak fisik oleh karena itu persiapan fisik sangat diperlukan,” kata Baharul Hayat di kantor Kemenag Jl. Thamrin Jakarta Pusat.
Anjuran tersebut disampaikan mengingat ibadah haji membutuhkan aktifitas fisik yang lebih banyak dibandingkan dengan ibadah lainnya. Rangkaian ibadah haji banyak dilakukan dengan berjalan kaki. Ke masjid, tawaf, sa’i, ke tempat-tempat ziarah, melempar jumrah, dan kegiatan lainnya memerlukan kesiapan fisik yang prima.
Untuk mempersiapkan aktifitas fisik selama berhaji, jauh hari menjelang pemberangkatan calon jamaah haji hendaknya sudah memulai latihan fisik. Latihan fisik bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau lari-lari kecil sehabis

Cukup 2-3 kilometer saja. Latihan jalan kaki ini nantinya akan sangat membantu jamaah menjalankan ibadah di Tanah Suci. Dengan rajin latihan fisik, tubuh tidak kaget ketika nanti harus banyak berjalan kaki.
Hari-hari di Madinah dan Makkah penuh dengan kegiatan fisik. Untuk ke Masjid Nabawi di Madinah jarak yang harus ditempuh dari penginapan bervariasi antara 100 meter hingga 2 kilometer. Hotel-hotel jamaah ONH plus hanya sekitar 100 meter dari masjid. Sedangkan untuk jamaah biasa lebih dari satu kilometer. Anggaplah jarak dari penginapan ke masjid 1.000 meter. Jadi untuk ke masjid pulang pergi 2.000 meter. Sehari berapa kali ke masjid? Anggaplah dua kali (Subuh dan Zuhur sampai Isya). Jadi paling tidak jamaah harus berjalan 4.000 meter atau 4 km. Ini belum termasuk aktifitas jalan-jalan, belanja, dan berjalan dari pelataran masjid sampai ke dalam.
Aktivitas belanja atau jalan-jalan sering tak terhitung berapa kali sehari. Sekeliling Masjid Nabawi dipenuhi dengan pertokoan yang menjual aneka macam barang. Biasanya sebelum berangkat atau pulang dari masjid jamaah memanfaatkan waktu untuk ‘tawaf’ di pertokoan itu. Berangkat ke masjid di waktu subuh juga membutuhkan fisik prima. Biasanya jamaah sudah mulai berangkat ke masjid pukul 04.30. Saat itu udara Madinah berada di titik paling rendah. Selain dingin angin juga bertiup kencang.
Selain itu, jamaah juga perlu fisik kuat untuk wisata ziarah. Banyak tempat menarik di Madinah dan Makkah yang hanya bisa dicapai dengan fisik yang sehat. Misalnya ke Bukit Uhud, keliling kebun kurma, Guwa Hira, dan sebagainya. Disarankan agar jamaah selalu beristirahat dan tidur cukup selama di Tanah Suci. Kurangi aktifitas tak perlu seperti ‘tawaf’ di pertokoan.
Di Makkah kesiapan fisik jamaah lebih dituntut lagi. Jarak penginapan ke masjid rata-rata lebih jauh. Suasana Makkah yang lebih padat juga menguras tenaga jamaah. Untuk bisa mendapat tempat dekat Ka’bah jamaah membutuhkan perjuangan yang cukup besar. Ratusan ribu orang berdesak-desakan. Untuk keluar masjid pun bukan perkara yang gampang.
Antre di pintu keluar bisa sampai satu jam. Untuk jamaah yang tinggal di Aziziyah Makkah, mereka mendapat fasilitas gratis bus menuju Masjidil Haram. Tapi jangan bayangkan bus itu seperti di Jakarta. Dibutuhkan tenaga sangat ekstra untuk naik, karena jamaah Indonesia harus rebutan dengan jamaah dari negara lain. Bayangkan saja, satu bus diperebutkan ratusan orang. Postur tubuh jamaah Indonesia yang mungil selalu kalah berebut dengan jamaah asal Mesir, Afrika, Iran dan lainnya yang bertubuh tinggi besar.
Ada jamaah yang memilih jalan kaki, tapi jaraknya sangat jauh, lebih dari lima kilometer. Jalan yang dilalui terdiri dari terowongan dan taman-taman, tapi tetap saja sangat melelahkan. Tawaf dan sa’i jika dalam kondisi cukup lengang, bisa selesai 15 menit saja. Tapi jika padat, dua jam belum tentu selesai. Masalahnya pelataran Ka’bah hampir mustahil lengang pada musim haji. Pagi, sore, siang, malam jamaah berjubel untuk tawaf.
Aktifitas fisik bertambah di Arafah dan Mina. Perjalanan ke Arafah dan kembali ke Mina, baik naik bis atau berjalan kaki, sama-sama membutuhkan energi besar. Padahal prosesi ini tak boleh ditinggalkan dan digantikan.
Makanya jamaah yang sedang dirawat pun harus dibawa ke Arafah dengan safari wukuf. Puncak aktifitas fisik adalah saat melontar jumrah. Jutaan orang akan melontar jumrah dalam rentang waktu yang sama. Dibutuhkan fisik yang benar-benar fit untuk menjalaninya. Padahal biasanya, saat inilah kondisi fisik jamaah sudah sangat menurun. Selain latihan jalan, istirahat, dan tidur cukup, jamaah disarankan untuk makan bergizi teratur agar fisik tetep oke. Selain itu obat-obatan dan makanan suplemen bisa membantu menjaga tubuh tetap bugar.

KESEHATAN JASMANI 

Ibadah haji sebagai rukun Islam ke-5 merupakan kewajiban umat Islam dan merupakan kewajiban bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah yaitu mampu dalam pembiayaan, pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani (Al Imran 97).
Karena itu, kemampuan jasmani dan rohani merupakan salah satu syarat kelayakan untuk beribadah haji _(istithoah) _berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari penyelenggaraan ibadah haji.
Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji sehingga dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.
Penyelenggaraan dilakukan melalui sistem dan manajemen yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai tuntunan agama serta jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.
Dalam buku “Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jamaah Haji” yang diterbitkan Pusat Kesehatan Haji, disebutkan komponen kebugaran jasmani yang penting bagi jamaah haji adalah :
1. Daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi).
2. Kekuatan dan daya tahan otot.
3. Kelenturan.
4. Keseimbangan.
5. Daya ledak otot (power) 

Sebelum jamaah haji berangkat ke tanah suci, calon jamaah haji sebaiknya tetap melakukan aktivitas fisik di rumah setiap hari secara teratur disesuaikan dengan kondisi kesehatan. Sementara bagi jamaah haji yang bekerja tetap melakukan aktivitas fisik di tempat kerja seperti naik turun tangga, berjalan cepat antar ruangan, dan lain-lain.
Kebugaran jasmani yang baik dapat dicapai dengan menambah aktivitas fisik dengan latihan fisik sebelum, selama dan setelah beribadah haji secara baik, benar, terukur dan teratur. Jamaah haji risiko tinggi yang akan melakukan latihan fisik harus dengan pertimbangan medis yang cukup dengan prinsip aman dan memberikan manfaat yang optimal, sehingga dapat meningkatkan kondisi fisik jamaah haji.

MANFAAT LATIHAN FISIK 

Manfaat calon jamaah haji melakukan latihan fisik, Pertama, adalah untuk mengendalikan berat badan, sehingga menurunkan risiko menjadi obesitas.
Kedua, mencegah, menurunkan atau mengendalikan tekanan darah tinggi.
Ketiga, mencegah, menurunkan atau mengendalikan gula darah pada penderita diabetes. Keempat, memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung. Kelima, mengurangi risiko penyakit pembuluh darah tepi. Keenam, meningkatkan kadar kolesterol HDL. Ketujuh, menurunkan kadar kolesterol LDL. Kedelapan, mencegah atau mengurangi terkena risiko osteoporosis pada wanita.Kesembilan, membantu mengendalikan stress dan mengurangi kecemasan serta depresi dan menimbulkan rasa percaya diri khususnya pada kegiatan yang dilakukan secara berkelompok. Kesepuluh, memperbaiki fleksibiltas otot dan sendi serta memperbaiki postur tubuh sehingga dapat mencegah nyeri punggung bawah. Kesebelas, meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi risiko penyakit menular (misalnya influenza). Keduabelas, meningkatkan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu dan kelembaban lingkungan (aklimatisasi).  

PRINSIP- PRINSIP LATIHAN FISIK

Dalam buku “Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jamaah Haji” tersebut juga menyebutkan beberapa prinsip latihan fisik diantaranya adalah;
Pertama, perlu menerapkan prinsip latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur guna mencegah timbulnya dampak yang tidak diinginkan.
Kedua, latihan fisik terdiri dari pemanasan, latihan inti dan diakhiri dengan pendinginan. Pemanasan dan pendinginan berupa peregangan dan relaksasi otot serta sendi serta dilakukan secara hati-hati dan tidak berlebihan.
Ketiga, frekuensi latihan fisik dilakukan 3-5 x/minggu dengan selang 1 hari istirahat.
Keempat, latihan fisik dilakukan pada intensitas ringan-sedang dengan denyut nadi : 70 – 80 % x Denyut Nadi Maksimal (DNM) untuk jamaah haji sehat dan 60 – 70 % x Denyut Nadi Maksimal (DNM) untuk jamaah haji risti. DNM = 220 – umur
Kelima, latihan fisik dilakukan secara bertahap dan bersifat individual, namun dapat dilakukan secara mandiri dan berkelompok
Keenam, latihan fisik bagi jamaah haji risti dilakukan dibawah pengawasan tenaga kesehatan yang terlatih dalam kesehatan olahraga.
Latihan fisik dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan pembinaan
kesehatan jamaah haji di Puskesmas, selain dari kegiatan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan pola hidup bersih dan sehat selama melaksanakan ibadah haji. Pelaksanaan latihan fisik sebaiknya dilakukan sejak jamaah haji mendaftar atau minimal 6 bulan sebelum keberangkatan, sehingga tubuh dapat melakukan adaptasi terhadap dosis latihan dan mendapatkan manfaat yang optimal sebagai modal untuk melaksanakan ibadah haji.
Selama di Arab Saudi jamaah haji diharapkan dapat melakukan pemeliharaan kebugaran jasmani dalam bentuk latihan peregangan (stretching). (NM) - http://www.wawiti-infohaji.com

Konversi (Nilai Tukar) Uang: Dari Riyal Ke Rupiah



BUKU BUKU HAJI DAN UMRAH

Buku-buku dari yang ringan sampai yang serius, kisah dan pengalaman dari perjalanan haji, serta informasi dan tuntunan dalam mempersiapkan dan melaksanakan ibadah umroh dan ibadah haji.
(Sumber: 
http://www.wawiti-infohaji.com)
   
Klik pada judul buku untuk melihat isi bukunya. 

 HAJI DILARANG KETAWA 











99 CARA NAIK HAJI GRATIS









  

40 KEAJAIBAN NAIK HAJI












DI JAMUAN CINTA-MU DI ARAFAH











CATATAN PERJALANAN HAJI SEORANG MUSLIMAH












 ORANG BATAK NAIK HAJI













 TERAPI HATI DI TANAH SUCI












PETA PERJALANAN HAJI DAN UMRAH














MENELADANI MANASIK HAJ DAN UMRAH RASULULLAH SAW















MANASIK UMRAH















FATWA-FATWA HAJI & UMRAH

Alat Petunjuk Arah Kiblat

Nama eBook: Alat Petunjuk Arah Kiblat
Penulis: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi حفظه الله
Pengantar:
Kita bersyukur dan memuji Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kemudian shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, istri, keluarga, sahabatnya dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari yang dijanjikan.
Salah satu dari syarat sah sholat adalah menghadap kiblat sebagimana firman Allahazza wa jalla:
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. al-Baqoroh [2]: 144)
dan Sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:
إِذَا قُمْتُ إِلَى اَلصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ اَلْوُضُوءَ ثُمَّ اِسْتَقْبِلِ اَلْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ
“Apabila kamu hendak sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah ke kiblat lalu bertakbirlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dewasa ini marak digunakan Alat Petunjuk Arah Kiblat untuk menentukan arah kiblat, bagaimanakah hukumnya dalam fikih Islam, simaklah uraiannya dalam eBook ini…
Download:
Download CHM mirror Download CHM  dan Download Word atau Download PDF

Aplikasi Islam Menjawab - Android

Aplikasi Islam Menjawab adalah aplikasi Islami untuk pengguna Android yang menyajikan kumpulan tanya - jawab seputar permasalahan dikehidupan sehari-hari kita. Jawaban atas pertanyaan tersebut dipaparkan secara jelas dan ilmiah berlandaskan pada Al Qur'an dan sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat dan tambahan keterangan dari para Ulama Ahlussunnah Waljama'ah.

Ada kurang lebih 2200-an tanya - jawab yang telah kami kumpulkan dalam aplikasi ini. Tanya-jawab tersebut kami peroleh dari berbagai sumber tanya-jawab yang ada di internet. Sumber dari tanya-jawab tersebut kami sebutkan dibagian akhir pada setiap artikel, termasuk juga yang menjawab dari pertanyaannya.


App Screenshots




Metode kami dalam pengumpulan artikel tanya-jawab adalah dengan merujuk kepada website-website yang sudah dikenal dengan baik kredibilitasnya baik itu dalam tataran keilmuan maupun keilmiahannya. Sehingga Anda tidak perlu khawatir/ragu, InsyaAllah artikel-artikel yang kami sajikan bisa dijadikan rujukan untuk mendapatkan jawaban seputar permasalah sehari-hari yang ada disekitar kita atau bisa juga dijadikan sebagai wahana penuntut ilmu disela-sela kesibukan kita.

Aplikasi ini merupakan aplikasi offline sehingga Anda tidak perlu membutuhkan koneksi internet ketika membaca artikel karena semua artikel telah kami instal di perangkat mobile Anda. Semoga Anda bisa mendapatkan banyak manfaat dan faedah ilmu dengan adanya aplikasi ini.

Aplikasi ini dikembangkan oleh komunitas mahasiswa muslim di Surabaya. Anda dapat mengkases informasi mengenai komunitas kami di :
http://infodakwah.net
http://fsms.or.id
http://assunnahsurabaya.wordpress.com
dan didukung oleh :
Ristek Muslim
http://ristekmuslim.com

Anda dapat memberikan ide, saran, dan dana infaq pengembangan untuk aplikasi ini / aplikasi dengan konten islami lainnya melalui :
Email : android@ristekmuslim.com
Facebook : http://facebook.com/RistekMuslim
Twitter : http://twitter.com/RistekMuslim

Semoga Allah menjadikan upaya ini sebagai amalan shalih yang bermanfaat pada hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan anak-anak, melainkan orang yang menemui Rabb-nya dengan amalan shalih.

Aplikasi ini didistribusikan secara gratis. Anda bisa memanfaatkan dan menyebarluaskan aplikasi ini secara bebas dengan catatan bukan untuk tujuan komersial. Silahkan mendowload aplikasi "Islam Menjawab" disini :


Berharap Amalan Diterima, Berharap Berjumpa dengan Ramadhan Berikutnya

Duhai saudariku muslimah, masih lekat di benak kita, masih demikian indah nuansanya di pelupuk mata dan masih terhias indah di hati kita, semaraknya Ramadhan yang telah meninggalkan kita. Kini hari-hari yang kita jalani setelahnya semoga lebih baik dari sebelum Ramadhan tiba. Jangan sampai keadaan kita usai Ramadhan justru lebih buruk dari sebelum Ramadhan datang menjumpai kita. Allahul Musta’aan
Perlu diketahui duhai Saudariku Muslimah, al-Mu’alla bin Fadhl mengatakan bahwa
كانوا يدعون الله ستة أشهر أن يبلغهم شهر رمضان ثم يدعون الله ستة أشهر أن يتقبله منهم
“Para salaf (sahabat) biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”
Demikianlah keadaan para salaf dengan kedalaman ilmu dan baiknya amal merekarahimahumullah. Adapun kita seharusnya lebih bersungguh-sungguh dalam berdo’a agar amal kita diterima di Ramadhan yang telah lalu dan agar dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya. Namun, sudahkah yang seharusnya kita lakukan ini sejalan dengan realita yang ada? Sungguh, setiap jiwa menjadi saksi atas dirinya masing-masing, meskipun ia mengungkapkan berbagai alasan dalam menjawabnya. Semoga Allah Subhanahuwa Ta’alaa meneguhkan kita untuk menapaki jejak para pendahulu kita yang shalihrahimahumullah.
Duhai saudariku muslimah, semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengistiqamahkan kita di atas kebaikan hingga ajal menjemput kita. Terdapat beberapa hal yang hendaknya senantiasa kita renungkan selepas Ramadhan, diantaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’alaa
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Perhatikanlah duhai saudariku muslimah yang semoga Allah Subahanahuwa Ta’alaamelimpahkan rahmat-Nya kepada kita bahwasanya puasa diwajibkan agar kita menjadi pribadi yang bertaqwa. Jika disimpulkan dari berbagai pendapat ulama, makna taqwa berporos pada aktivitas menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Taqwa ini merupakan buah yang seharusnya dipetik oleh seorang mukmin setelah mereka menjalankan puasa Ramadhan. Sebulan penuh kita diharuskan menjalankan puasa, ditambah amalan-amalan mulia lainnya dengan janji pelipatgandaan pahala yang sangat menggiurkan jiwa-jiwa yang merindukan syurga-Nya. Pada bulan tersebut Allah ‘AzzawaJalla membantu pula dengan dikekangnya setan-setan yang durhaka sehingga kita dimudahkan untuk melatih diri kita dalam ketaatan.
Pada bulan tersebut kita sekedar mengekang hawa nafsu kita di atas ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Meskipun demikian, tak jarang kita saksikan sebagian kaum muslim yang di bulan Ramadhan tetap saja berbuat maksiat, bahkan puasa pun tidak, serta sulit menjalankan ketaatan-ketaatan. Hal yang demikian tentunya merupakan musibah besar bagi pribadi muslim, karena kesulitan menjalankan ketaatan di bulan Ramadhan harusnya dilawan. Jika tidak demikian maka akan semakin sulit menjalankan ketaatan di luar bulan Ramadhan. Hal itu karena setan yang durhaka dilepaskan kembali ketika Ramadhan berakhir sehingga hawa nafsu akan semakin menjerat diri dengan bantuan setan-setan tersebut. Duhai Saudariku Muslimah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’alaa menyelamatkan kita dari musibah semacam itu.
Berbahagialah duhai saudariku muslimah, jika selama Ramadhan kemarin jiwamu demikian ringan diajak menjalankan ketaatan dan hawa nafsumu demikian mudah dikekang dari kemaksiatan, karena itu tentunya banyak amalan-amalan mulia yang dapat kita rutinkan untuk mendidik jiwa kita terbiasa menjalankan ketaatan setelah Ramadhan. Dengan demikian, kita berharap jiwa kita lebih mudah dibawa menuju istiqamah di hari-hari selain Ramadhan ketika setan dilepaskan dan kita pun harus melawannya pula, selain musuh dalam diri kita yaitu hawa nafsu.
Duhai Saudariku Muslimah yang semoga Allah memuliakan kita di dunia dan di akhirat kelak, selama Ramadhan kita telah dilatih untuk untuk bertaqwa melalui ikhlash dengan tetap menahan lapar dan haus meskipun tak ada seorang pun disekitar kita. Kita juga dilatih untuk ittiba’dengan berusaha mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah shallallahalaihiwasallam. Demikian pula, kita dilatih untuk menahanhawanafsu dengan berusaha menahan amarah ketika dihinakan atau bahkan nafsu makan dan minum. Kita juga dilatih untuk sabar dengan ketiga tingkatannya yaitu sabar dalam ketaatan dengan berusaha melaksanakan ibadah puasa dengan dibarengi tarawihnya di malam hari, sahur di akhir waktu dan menyegerakan berbuka serta menyuburkan Ramadhan dengan banyak berdzikir dan berbuat baik.
Kita juga dilatih untuk dermawan dengan merasakan kondisi si miskin yang terkadang tidak makan sama sekali dalam sehari sehingga jiwa merasakan penderitaan orang lain dan terpacu untuk lebih dermawan kepada si papa. Kita dilatih untuk menjagawaktudengan senantiasa menghindari pembicaraan yang sia-sia dan membuang waktu serta berusaha setiap guliran waktu bernilai ibadah di sisi-Nya. Kemudian kita dilatih pula untuk mengamalkan shalatmalam(tahajud) dengan terlatih bertarawih di bulan Ramadhan, menjadikan jiwa mudah untuk shalat di malam hari. Kita dididik untuk puasa dengan kewajiban puasa di bulan Ramadhan menjadikan kita terlatih untuk mengamalkan sunnah-sunnah puasa seperti puasa senin dan kamis, puasa ayyaamulbiidh, puasa hari arafah dan yang lainnya. Termasuk latihan membaca Al-Qur’an dengan usaha kita mengkhatamkan Al-Qur’an dan mentadaburinya di bulan Ramadhan, dan tadabur inilah tujuan dibacanya Al-Qur’an yang merupakan bentuk dzikir yang paling utama. Sebagaimana disebutkan di suatu riwayat bahwasanya Ibnu ‘Umar menghafal Al-Baqarah selama 8 tahun, bukan karena beliau pemalas, sungguh jauhnya shahabat dari sifat tersebut. Tetapi hal itu terjadi karena beliau menghafal beserta tadabur ayat-ayat yang dihafalkannya. Hendaknya kita senantiasa menjadikan kegiatan ini terus berlangsung selepas Ramadhan. Dengan demikian, hendaknya kita istiqamahkan amalan-amalan tersebut setelah berlalunya Ramadhan hingga kita menyambut Ramadhan berikutnya.
Duhai saudariku muslimah, kini kita telah memasuki bulan Dzulqa’dah, untuk kemudian menyambut bulan Dzulhijjah. Guliran waktu akan terus berputar dan teruskanlah amalan-amalan yang telah kita latih di bulan Ramadhan. Bertaqwalah kepada AllahSubhanahuwaTa’alaa karena itulah tujuan diwajibkannya puasa bagi kita, yang dengan taqwa itulah kita akan dapatkan jalan keluar urusan-urusan kita beserta rizki yang datang dari arah yang tak disangka-sangka. Jagalah Allah ‘AzzawaJalla dengan menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan-Nya maka Allaah TabaarakawaTa’alaa pasti akan menjaga kita dengan pertolongan dan penjagaan-Nya berupa penjagaan diri kita, agama kita, keturunan kita dan penjagaan ketika kita sakaratulmaut dengan dikokohkannya lisan kita untuk mengucapkan LaaIlaaha Illallaah . Allahul Musta’aan
Disarikan dari:
  • Al Qur’an Al Karim wa Tarjamatu Ma’aaniihi ila Al Lughati Al Andunisiyyah. Madinah.
  • Nasihat Bagi Muslim Selepas Ramadhan (Rekaman). Ustadz Badrussalam. Radio Rodja. Bogor.
  • Panduan Ramadhan, bekal meraih berkah ramadhan. Muhammad Abduh Tuasikal. Pustaka Muslim. Yogyakarta.-http://muslimah.or.id

Puasa Tiga Hari Setiap Bulan dan Puasa Ayyamul Bidh

Kita disunnahkan berpuasa dalam sebulan minimal tiga kali. Dan yang lebih utama adalah melakukan puasa pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah (Qomariyah). Puasa tersebut disebut ayyamul bidh (hari putih) karena pada malam-malam tersebut bersinar bulan purnama dengan sinar rembulannya yang putih.

Dalil Pendukung

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan).
Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasai no. 2434. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR. An Nasai no. 2347. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Namun dikecualikan berpuasa pada tanggal 13 Dzulhijjah (bagian dari hari tasyriq). Berpuasa pada hari tersebut diharamkan.
Semoga sajian singkat ini bermanfaat bagi pembaca Muslim.Or.Id sekalian. Hanya Allah yang memberi taufik untuk beramal sholih.

Referensi:
Al Fiqhu Al Manhaji ‘ala Madzhabil Imam Asy Syafi’i, Dr. Musthofa Al Bugho, dkk, terbitan Darul Qolam, cetakan kesepuluh, tahun 1431 H, hal. 357-358.
Disusun @ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, malam 8 Syawal 1434 H selepas shalat ‘Isya’
Artikel Muslim.Or.Id

Cara Mengajari Anak Terbiasa Berdzikir

Pertanyaan: 

Bagaimana kami mengajarkan anak-anak zikir, pada malam dan siang hari?

Jawaban:

Alhamdulillah

Anak pada usia tiga dan empat tahun hendaknya dituntun membaca zikir pagi dan petang, zikir ketika hendak tidur, makan dan minum. Meperdengarkan dan menghafal zikir serta membiasakannya memiliki hubungan erat terhadap ruhaninya dengan Allah Aza Walla, maka ruhaninya akan subur dan selamat dari berbagai penyimpangan.

Sebuah keluarga pergi ke padang pasir untuk tamasya. Ketika mereka telah tiba di sebuah tempat, sang anak langsung berlarian dengan gembiranya. Namun ternyata dia tampak segera kembali untuk bertanya kepada ibunya, "Apakah zikir yang dibaca di tempat seperti ini?"

Sebagaimana diketahui bahwa zikir yang dimaksud adalah yang terdapat riwayat dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bahwa Khaulah binti Hakim radhiallahu anha berkata,

"Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang singgah di sebuah tempat, lalu membaca,

 أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق 

 "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang Dia ciptakan,"  

Niscaya tidak ada sesuatupun yang membahayakannya hingga dia beranjak dari tempat singgahnya tersebut." (HR. Muslim)

Sesungguhnya sang anak tersebut merasakan bahwa seorang muslim memiliki zikir tertentu, sebagian ada yang khusus pada waktu tertentu dan sebagian lagi ada yang khusus pada tempat tertentu, dan begitulah seterusnya. Anak tersebut telah mengetahui hakekat hubungannya dengan Tuhannya yang bersifat terus menerus sebagaimana diajarkan orang tuanya kepadanya. Jika sang anak terdidik dengan hal tersebut, dengan izin Allah dia akan menjadi anak yang saleh dan akan memiliki pengaruh bagi dirinya dan teman-temannya serta siapa saja yang memiliki hubungan dengannya.

Di antara kisah tentang bagaimana jika seorang anak tumbuh bersama zikir dan membangun hubungan kepada Allah Ta'ala: Suatu hari seorang anak yang masih kecil berusia 4 tahun datang menemui ibunya dengan pakaian baru. Kakak perempuannya yang sudah baligh dan berusia 13 tahun yang memakaikannya. Maka sang ibu berkata kepada anaknya, "Mari aku bacakan untukmu doa memakai pakaian baru." Sang anak menjawab, "Aku sudah membacanya." Sang ibu heran, sebab setahu dia anaknya tersebut belum menghafal doa itu. Tapi sang anak kemudian berkata, "Kakak telah membacakan doa tersebut dan aku mengikutinya." Perhatikan, bagaiman kesalehan seorang gadis memiliki pengaruh terhadap saudara-saudaranya yang masih kecil.

Dari Kitab Ummahat Qurbi Abnaihinna, hal 25

sumber: islamqa.info/id

Ketika Pintu Ka'bah Dibuka..............

Prosesi pembersihan Ka’bah dilakukan dua kali dalam setahun. Rumah Allah, Baitullah ini di bersihkan setiap bulan Muharram dan awal Sya’ban. 
Prosesi dihadiri oleh raja Arab, ulama-ulama terkemuka, pejabat pemerintah Arab Saudia, tokoh setempat, dan tamu-tamu undangan kerajaan Arab Saudia.
Bagian dalamnya dipel dengan kain putih yang dibasahi air zam-zam, bercampur dengan minyak gaharu yang bercampur dengan parfum beraroma musk (minyak kelenjar rusa). Sebelum memasuki Ka’bah, raja Arab menerima kunci ka’bah yang diletakkan dalam tas beludru dari para pengawal (Bani Shayba).
Setelah dipel, lantai dan dinding Ka’bah dikeringkan dengan kertas tisu dan kain putih. Kemudian disirami lagi dengan wewangian yang sangat khas. 

Penyebab Terburainya Jalinan Silaturrahim

(Baiti Jannati [Baituna]: Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX)
 
Tali kekerabatan harus selalu rapat dan erat. Beragam gejala yang berpotensi merenggangkannya mesti diantisipasi dengan cepat, supaya keharmonisan hubungan tetap terjaga, kuat lagi hangat. Semua anggota kerabat akan menikmati rahmat dari Allâh Ta'âla lantaran menjunjung tinggi tali silaturrahim yang sangat ditekankan oleh syariat.
Sebaliknya, ketidakpedulian terhadap hubungan kekerabatan akan dapat menimbulkan dampak negatif. Alasannya, tali silaturrahim lambat laun akan mengalami perenggangan. Pemutusan tali silaturrahim berdampak mengikis solidaritas, mengundang laknat, menghambat curahan rahmat dan menumbuhkan egoisme. Sering terdengar di masyarakat banyaknya kasus putusnya tali silaturrahim dengan berbagai bentuknya. Terhadap pemutusan silaturrahim ini, Islam sangat tegas ancamannya.
Allâh Ta'âla berfirman:
Qs Muhammad:22-23
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa 
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi 
dan memutuskan hubungan kekeluargaan? 
Mereka itulah orang- orang yang dila’nati Allâh 
dan Allâh tulikan telinga mereka dan Allâh butakan penglihatan mereka.

(QS Muhammad/47:22-23)

Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim.
(HR Bukhari 5984 dan Muslim 2556)

Banyak faktor yang dapat menyulut terjadinya pemutusan tali silaturrahim. Namun ketidaktahuan seseorang tentang itu, membuatnya terjerumus dalam kesalahan.

BENTUK-BENTUK PEMUTUSAN SILATURRAHIM
Anjuran untuk membina tali silaturrahim sangat jelas. Sebagaimana diterangkan Ibnul Atsirrahimahullâh, silaturrahim merupakan cerminan berbuat baik kepada keluarga dekat, berlemah-lembut kepada mereka dan memperhatikan keadaan mereka. Memutuskan tali silaturrahim merupakan tindakan yang berlawanan dengan itu semua.
Fenomena pemutusan tali silaturrahim sering terdengar di tengah masyarakat, terutama akhir-akhir ini, saat materialisme mendominasi. Saling mengunjungi dan menasihati sudah dalam titik yang memprihatinkan. Hak keluarga yang satu ini sudah terabaikan, tidak mendapatkan perhatian yang semestinya. Padahal jarak sudah bukan lagi menjadi halangan di era kemajuan teknologi informasi. Bentuk-bentuk pemutusan silaturrahim yang muncul di tengah masyarakat diantaranya :
1.
Tidak adanya kunjungan kepada sanak keluarganya dalam jangka waktu yang panjang, tidak memberi hadiah, tidak berusaha merebut hati keluarganya, tidak membantu menutupi kebutuhan atau mengatasi penderitaan kerabatnya. Yang terjadi, justru menyakiti kerabatnya dengan ucapan atau perbuatan.
2.
Tidak pernah menghidupkan spirit senasib dan sepenanggungan dalam kegembiraan maupun kesusahan. Malah orang lain yang dikedepankan daripada membantu keluarga dekatnya.
3.
Lebih sering menghabiskan waktu dakwahnya kepada orang lain daripada sibuk dengan keluarga sendiri. Padahal, mereka lebih berhak mendapat kan kebaikan. Allâh berfirman :
QS Asy Syu’ara : 214
Dan berilah peringatan 
kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. 

(QS Asy Syu’ara/26: 214)
4.
Ada juga orang yang mau menjalin tali silaturrahim, jika keluarganya menyambung silaturrahim dengannya. Tapi ia akan mengurainya, jika mereka memutuskannya.

FAKTOR PENYEBAB TERPUTUSNYA SILATURRAHIM
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa banyak hal yang dapat menyebabkan terputusnya silaturrahim, di antaranya ialah:
1.
Ketidaktahuan bahaya memutuskan tali silaturrahim.
Ketidaktahuan seseorang terhadap akibat buruk yang akan dideritanya dalam kehidupan dunia maupun akhirat akibat memutuskan silaturrahim, telah menyebabkannya melakukan pemutusan silaturrahim ini. Sebagaimana juga ketidaktahuan seseorang tentang keutamaan silaturrahim, membuat dia malas dan kurang semangat melakukannya.

2.
Ketakwaan yang melemah.
Orang yang melemah ketakwaan serta agamanya, maka dia tidak akan perduli dengan perbuatannya yang memotong sesuatu yang mestinya disambung. Dia tidak pernah tergiur dengan pahala silaturrahim yang dijanjikan Allâh serta tidak merasa takut dengan akibat dari pemutusan silaturrahim ini.

3.
Kesombongan.
Sebagian orang, jika sudah mendapatkan kedudukan yang tinggi atau menjadi saudagar besar, dia berubah sombong kepada keluarga dekatnya. Dia menganggap ziarah kepada keluarga merupakan kehinaan, begitu juga usaha merebut hati mereka, dianggapnya sebagai kehinaan. Karena ia meman dang, hanya dirinya saja yang lebih berhak untuk diziarahi dan didatangi.

4.
Perpisahan yang lama.
Ada juga orang yang terputus komunikasi dengan keluarga dekatnya dalam waktu yang lama, sehingga dia merasa terasingkan dari mereka. Mula-mula dia menunda-menunda ziarah, dan itu terulang terus sampai akhirnya terputuslah hubung an dengan mereka. Diapun terbiasa dengan terputus dan menikmati keadaannya yang jauh dari keluarga.

5.
Celaan yang berat.
Ada sebagian orang memiliki perangai buruk, jika dikunjungi oleh sebagian anggota keluarganya setelah terpisah sekian lama, dia menghujani saudaranya itu dengan hinaan dan celaan. Karena dinilai kurang dalam menunaikan haknya dan dinilai terlambat dalam berkunjung. Akibatnya, muncul keinginan menjauh dari orang yang suka mencela ini dan merasa takut untuk menziarahinya lagi karena khawatir dicela.

6.
Khawatir memberatkan.
Ada orang, jika dikunjungi oleh sanak familinya, dia terlihat membebani dirinya untuk menjamunya secara berlebihan. Dikeluarkannya banyak harta dan memaksa diri untuk menghormati tamunya, padahal dia kurang mampu. Akibatnya, saudara-saudaranya merasa berat untuk berkunjung kepadanya karena khawatir menyusahkan tuan rumah.

7.
Kurang memperhatikan tamu.
Sebaliknya Ada orang, jika dikunjungi oleh saudaranya, dia tidak memperlihatkan kepeduliannya. Dia tidak memperhatikan omongannya. Bahkan kadang dia memalingkan wajahnya saat diajak bicara. Dia tidak senang dengan kedatangan mereka dan tidak berterima kasih. Dia menyambut para tamu dengan berat hati dan sambutan dingin. Ini akan mengurangi semangat untuk mengunjunginya.

8.
Pelit dan bakhil.
Ada sebagian orang, jika diberi rizki oleh Allâh berupa harta atau wibawa, dia akan lari menjauh dari keluarga dekatnya, bukan karena ia sombong. Dia lebih memilih menjauhi mereka dan memutuskan silaturrahim daripada membukakan pintu buat kaum kerabatnya, menerima mereka jika bertamu, membantu mereka sesuai dengan kemampuan dan meminta maaf jika tidak bisa membantu. Padahal, apalah artinya harta jika tidak bisa dirasakan oleh kerabat!

9.
Menunda pembagian harta warisan.
Terkadang ada harta warisan yang belum dibagi di antara ahli waris; entah karena malas atau karena ada yang membangkang. Semakin lama penundaan pembagian harta warisan, maka semakin besar kemungkinan akan menyebarnya permusuhan dan saling membenci diantara mereka.
Karena ada yang ingin mendapatkan haknya untuk dimanfaatkan, ada juga ahli waris yang keburu meninggal sehingga ahli warisnya sibuk mengambil haknya mayit yang belum diambilnya, sementara yang lain mulai berburuk sangka kepada yang lainnya. Akhirnya perkara ini menjadi ruwet dan menjadi kemelut yang mengakibatkan perpecahan serta membawa kepada pemutusan silaturrahim.

10.
Kerjasama antar keluarga dekat.
Sebagian orang bekerja sama dengan saudaranya dalam suatu usaha tanpa ada kesepakatan yang jelas. Ditambah lagi, dengan tidak adanya tranparansi. Usaha ini terbangun hanya berdasarkan suka sama suka dan saling mempercayai.
Jika hasilnya mulai bertambah serta wilayah usahanya semakin melebar, mulai timbul benih perselisihan, perbuatan zhalim mulai mengemuka dan mulai timbul prasangka buruk kepada yang lain. Terutama jika mereka ini kurang bertaqwa dan tidak memiliki sifat itsar (yaitu sifat lebih mendahulukan orang lain daripada dirinya), atau salah seorang diantara mereka keras kepala atau salah diantara mereka ini lebih banyak modalnya dibandingkan yang lainnya.
Dari suasana yang kurang sehat ini, kemudian hubungan semakin memburuk, perpecahan tak terelakkan, bahkan mungkin bisa berbuntut ke pengadilan. Akhirnya di persidangan mereka saling mencela.
Allâh Ta'âla berfirman:
(Qs Shaad/38:24)
Dan sesungguhnya 
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu 
sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, 
kecuali orang-orang yang beriman 
dan mengerjakan amal yang shalih; 
dan amat sedikitlah mereka ini.

(QS Shaad/38:24)

11.
Sibuk dengan dunia.
Orang yang rakus dunia seakan tidak memiliki waktu lagi untuk menyambung silaturrahim dan untuk berusaha meraih kecintaan kerabatnya.

12.
Thalak di antara kerabat.
Kadang thalak tak terelakkan antara suami istri yang memiliki hubungan kerabat. Ini menimbulkan berbagai macam kesulitan baru bagi keduanya, entah disebabkan oleh anak-anak atau urusan-urusan lain yang berkaitan erat dengan thalak atau sebab yang lain.

13.
Jarak yang berjauhan serta malas ziarah.
Kadang ada keluarga yang berjauhan tempat tinggalnya dan jarang saling berkunjung, sehingga merasa jauh dengan keluarga dan kerabatnya. Jika ingin berkunjung ke kerabat, tempat ia yang tuju itu terasa sangat jauh. Akhirnya jarang ziarah.

14.
Rumah yang berdekatan.
Rumah yang berdekatan juga bisa mengakibatkan keretakan dan terputusnya silaturrahim. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallâhu'anhu, beliau mengatakan:
“Perintahkanlah kepada para kerabat agar saling mengunjungi bukan untuk saling bertetangga”.
Al Ghazali mengomentari perkataan Umar ini:
“Beliau mengucapkan perkataan ini, karena bertetangga bisa mengakibatkan persaingan hak. Bahkan mungkin bisa mengakibatkan rasa tidak suka dan pemutusan silaturrahim”.
Aktsam bin Shaifi mengatakan:
“Tinggallah di tempat yang berjauhan, niscaya kalian akan semakin saling mencintai”
Kadang juga, kedekatan ini menimbulkan masalah. Misalnya, problem yang terjadi antara anak dengan anak bisa merembet melibatkan orang tua. Masing-masing membela anaknya, sehingga menimbulkan permusuhan dan menyebabkan pemutusan silaturrahim.

15.
Kurang sabar.
Ada sebagian orang yang tidak sabar dalam menghadapi masalah kecil dari kerabatnya. Terkadang hanya disebabkan oleh kesalahan kecil, dia segera mengambil sikap untuk memutuskan silaturrahim.

16.
Lupa kerabat pada saat mempunyai acara.
Saat salah seorang kerabat memiliki acara walimah atau lainnya, dia mengundang kerabatnya, baik dengan lisan, lewat surat undangan atau lewat telepon. Saat memberikan undangan ini, kadang ada salah seorang kerabat yang terlupakan. Sementara yang terlupakan ini orang yang berjiwa lemah atau sering berburuk sangka. Kemudian orang yang berjiwa lemah ini menafsirkan kealpaan kerabatnya ini sebagai sebuah kesengajaan dan penghinaan kepadanya. Buruk sangka ini menggiringnya untuk memutuskan silaturrahim.

17.
Hasad atau dengki.
Kadang ada orang yang Allâh anugerahkan padanya ilmu, wibawa, harta atau kecintaan dari orang lain. Dengan anugerah yang disandangnya, ia membantu kerabatnya serta melapangkan dadanya buat mereka. Karena perbuatan yang baik ini, kemudian ada di antara kerabatnya yang hasad kepadanya. Dia menanamkan bibit permusuhan, membuat kerabatnya yang lain meragukan keikhlasan orang yang berbuat kebaikan tadi, dan kemudian menebarkan benih permusuhan kepada kerabat yang berbuat baik ini.

18.
Banyak gurau.
Sering bergurau memiliki beberapa efek negatif. Kadangkala ada kata yang terucap dari seseorang tanpa mempedulikan perasaan orang lain yang mendengarnya. Perkataan menyakitkan ini kemudian menimbulkan kebencian kepada orang yang mengucapkannya. Fakta seperti ini sering terjadi di antara kerabat karena mereka sering berkumpul.
Ibnu Abdil Bâr mengatakan:
“Ada sekelompok ulama yang membenci senda gurau secara berlebihan. Karena akibatnya yang tercela, menyinggung harga diri, bisa mendatangkan permusuhan serta merusak tali persaudaraan”

19.
Fitnah.
Terkadang ada orang yang memiliki hobi merusak hubungan antar kerabat –iyadzan billah-. Orang seperti ini sering menyusup ke tengah orang-orang yang saling mencintai. Dia ingin memisahkan dan mencerai-beraikan persatuan, serta mengacaukan perasaan hati yang telah menyatu. Betapa banyak tali silaturrahim terputus, persatuan menjadi berantakan disebabkan oleh fitnah. Dan merupakan kesalahan terbesar dalam masalah ini, yaitu percaya dengan fitnah.
Alangkah indah perkataan seorang penyair yang mengingatkan kita:
"Siapa yang bersedia mendengarkan perkataan para tukang fitnah, maka mereka tidak menyisakan buat pendengarnya Seorang teman pun, meskipun kerabat tercinta."

20.
Perangai buruk sebagian istri.
Terkadang seseorang diuji dengan istri yang berperangai buruk. Sang istri tidak ingin perhatian suaminya terbagi kepada yang lain. Dia terus berusaha menghalangi suami agar tidak berziarah ke kerabat. Di hadapan suami, istri ini memuji kedatangan kerabat mereka ke tempat tinggal suami dan menghalangi suami untuk bertamu ke kerabatnya. Sementara itu, ketika menerima kunjungan dari kerabat, dia tidak memperlihatkan wajah gembira. Ini termasuk hal yang bisa menyebabkan terputusnya silaturrahim.
Ada juga suami yang menyerahkan kendali kepada istrinya. Jika istri ridha kepada kerabat, dia menyambung silaturrahim dengan mereka. Jika istri tidak ridha, maka dia akan memutuskannya. Bahkan sampai-sampai sang suami tunduk kepada istrinya dalam berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya, padahal keduanya sangat membutuhkannya.

Demikian beberapa sebab yang bisa memutuskan tali silaturrahim. Sebagai orang yang beriman, kita harus menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan terputusnya tali silaturrahim ini. oleh karena itu, hendaklah kita menjaga silaturrahim, memupuknya, serta mencari sarana-sarana yang bisa mengokohkannya, agar tidak terkikis oleh derasnya arus budaya yang merusaknya. Wallahu a’lam.
[*]Diangkat dari Qathi’ati Ar Rahmi Al Mazhahiru Al Asbabu Subulu Al Ilaji, karya Muhammad bin Ibrahim A Hamd, Penerbit, Kementrian Urusan Agama, Wakaf dan Dakwah KSA, Cet. II, Th. 1423 H.

Murottal Quran 30 Juz Sheikh Maahir Al Mu'ayqali

Shalat Tepat Waktu !

KOLEKSI CERAMAH MP 3

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Al Qur'anku

Mushaf Al Qur'an

Jazakumullah Khayran

Daftar Isi

Al Qur'an dan Murotal

TvQuran

Kajian Ilmu Tajwid