Sholat Isya’ di Masjidil Haram dengan Imam: Sheikh Khalid al-Ghamidi (Surat Al A’raf Ayat 26 – 33)
Terjamah :
26. Hai anak Adam[530], Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan
pakaian takwa[531] Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.
27. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh
syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.
28. dan apabila mereka melakukan perbuatan keji[532], mereka
berkata: "Kami mendapati nenek moyang Kami mengerjakan yang demikian itu,
dan Allah menyuruh Kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya
Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." mengapa kamu
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
29. Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan".
dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu[533] di Setiap sembahyang dan
sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia
telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali
kepadaNya)".
30. sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti
kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung
(mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.
31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap
(memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.
32. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat[536]." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat
itu bagi orang-orang yang mengetahui.
33. Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang
keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar
hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan)
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."
[530] Maksudnya Ialah: umat manusia
[531] Maksudnya Ialah: selalu bertakwa kepada Allah.
[532] Seperti: syirik, thawaf telanjang di sekeliling ka'bah dan
sebagainya.
[533] Maksudnya: tumpahkanlah perhatianmu kepada sembahyang itu
dan pusatkanlah perhatianmu semata-mata kepada Allah.
[534] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf
keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[535] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh
tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
[536] Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang
baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata
untuk orang-orang yang beriman saja.
Apakah Semua Akan Memasuki Neraka
Penulis : Ustadz ‘Ashim bin Musthafa, Lc
Allâh Ta’ala berfirman:
“Dan
tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu
bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan
menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di
dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”
(Qs Maryam/19: 71-72)
Penjelasan dari Ayat
Ayat
ini (ayat pertama) merupakan kabar berita dari Allâh Ta’ala kepada seluruh
makhluk, baik orang-orang yang shaleh ataupun durhaka, Mukminin maupun orang
kafir. Setiap orang akan mendatangi neraka. Ini sudah menjadi ketentuan Allâh
Ta’ala dan janji-Nya kepada para hamba-Nya. Tidak ada keraguan tentang
terjadinya peristiwa itu dan Allâh Ta’ala pasti akan merealisasikannya.
Yang
perlu diketahui, Ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai pengertian kata
al-wurûd (mendatangi neraka) dalam ayat tersebut. Sebagian Ulama menyatakan,
maksudnya neraka dihadirkan di hadapan segenap makhluk, sehingga semua orang
akan merasa ketakutan. Setelah itu, Allâh Ta’ala menyelamatkan kaum muttaqîn
(orang-orang yang bertakwa). Atau menurut penafsiran yang lain, semua makhluk
akan memasukinya. Akan tetapi bagi kaum Mukminin meskipun mereka memasukinya,
neraka akan menjadi dingin dan keselamatan bagi mereka. Di samping itu,
terdapat penafsiran lain yang memaknai kata al-wurûd dengan mendekati neraka.
Dan ada pula yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah panas badan yang dialami
kaum Mukminin saat menderita sakit panas.
Syaikh
‘Abdul Muhsin menyatakan bahwa penafsiran paling populer mengenai ayat di atas
ada dua pendapat. Pertama, semua orang akan memasuki neraka, akan tetapi kaum
Mukminin tidak mengalami bahaya. Kedua, semua orang akan melewati shirâth
(jembatan) sesuai dengan kadar amal shalehnya. Jembatan ini terbentang di atas
permukaan neraka Jahannam. Jadi, orang yang melewatinya dikatakan telah
mendatangi neraka. Penafsiran ini dinukil Ibnu Katsîr rahimahullâh dari Ibnu
Mas’ûd radhiallâhu’anhu.
Dari
dua pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullâh (wafat tahun 792 H)
memandang bahwa pendapat kedua itulah yang paling kuat dan râjih.
Beliau
berkata, “Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai pengertian al-wurûd dalam
firman Allah Surat Maryam ayat 71, manakah pendapat yang benar? Pendapat yang
paling jelas dan lebih kuat adalah melintasi shirâth.”
Untuk
menguatkan pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullâh berhujjah dengan
ayat selanjutnya (Qs Maryam/19:72) dan hadits riwayat Imam Muslim rahimahullâh
dalam kitab Shahihnya no. 6354.
Imam
Muslim rahimahullâh meriwayatkan dengan sanadnya dari Umm Mubasysyir radhiallâhu’anha,
ia mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda saat berada di samping
Hafshah radhiallâhu’anha, “Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah
berbaiat di bawah pohon (ikut serta dalam perjanjian Hudaibiyah, red) yang akan
masuk neraka”.
Hafshah
(dengan merasa heran) berkata, “Mereka akan memasukinya wahai Rasulullah”.
Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pun menyanggahnya. Kemudian Hafshah
radhiallâhu’anha berdalil dengan membaca ayat di atas (Qs Maryam/19: 71).
(Mendengar
ini) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam kemudian (mendudukkan masalah seraya)
bersabda:
“Sungguh
Allah telah berfirman setelahnya: Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang
yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan
berlutut)”. (Qs Maryam/19: 72)
Usai
mengetengahkan hadits di atas, Imam Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullâh mengatakan
bahwa Beliau (Rasulullah) Shallallahu ‘Alaihi Wassallam mengisyaratkan (dalam
hadits tersebut) bahwa maksud al-wurûd (mendatangi neraka) tidak mesti
memasukinya.
Selamatnya
(seseorang) dari mara bahaya tidak mesti ia telah mengalaminya. Seperti halnya
seseorang yang dikejar musuh yang hendak membunuhnya, namun musuh tidak sanggup
menangkapnya, maka untuk orang yang tidak tertangkap ini bisa dikatakan Allah
telah menyelamatkannya.
Sebagaimana
Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan
ketika adzab Kami datang, Kami selamatkan Hûd…” (Qs. Hûd /11:58),
“Maka
ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh…” (Qs. Hûd /11:66),
“Maka
ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syu’aib…” (Qs. D /11:94).
Siksa
Allâh Ta’ala tidak ditimpakan kepada mereka, akan tetapi menimpa orang selain
mereka. Jika tidak ada faktor-faktor keselamatan yang Allâh Ta’ala anugerahkan
bagi mereka secara khusus, niscaya siksa akan menimpa mereka juga. Demikian
pula pengertian al-wurûd (mendatangi neraka), maksudnya adalah orang-orang akan
melewati neraka dengan melintasi shirâth, kemudian Allâh Ta’ala menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di neraka dalam
keadaan berlutut”
Senada
dengan keterangan di atas, sebelumnya Imam Nawâwi rahimahullâh (wafat tahun 676
H) pun merâjihkan arti kata al-wurûd adalah menyeberangi shirâth. Beliau
rahimahullâh berkata saat menerangkan hadits Umm Mubasysyir radhiallâhu’anha:
“Yang benar, maksud al-wurûd (mendatanginya) dalam ayat (Qs Maryam/19:71)
adalah melewati shirâth. Shirâth adalah sebuah jembatan yang terbentang di atas
neraka Jahanam. Para penghuni neraka akan terjatuh ke dalamnya. Sementara
selain mereka akan selamat”.
Dalam
kitab al-Jawâbuss Shahîh (1/228), Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâh
juga merâjihkan bahwa pengertian al-wurûd adalah menyeberangi shirâth.
Syaikh
Abu Bakar al-Jazairi hafizhahullâh juga memilih pendapat ini dalam tafsirnya.
Orang-orang yang Bertakwa Selamat Melintasi Shirâth
Allâh
Ta’ala menyelamatkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya sesuai dengan amal
mereka. Amal shaleh akan sangat berpengaruh dalam proses melewati shirâth.
Semakin banyak amal shaleh seseorang di dunia, maka ia akan semakin cepat
menyeberanginya.
Syaikh
as-Sa’di rahimahullâh mengatakan: “Orang-orang menyeberanginya sesuai dengan
kadar amaliahnya (di dunia). Sebagian melewatinya secepat kedipan mata, atau
secepat angin, atau secepat jalannya kuda terlatih atau seperti kecepatan
larinya hewan ternak. Sebagian (menyeberanginya) dengan berlari-lari, berjalan
atau merangkak. Sebagian yang lain tersambar dan terjerumus jatuh di dalam
neraka. Masing-masing sesuai dengan kadar ketakwaannya. “
Sebagaimana
Allâh Ta’ala berfirman yang artinya “Kemudian Kami akan menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa (kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya) dan membiarkan orang-orang zhalim (yang menzhalimi
diri mereka sendiri dengan kekufuran dan maksiat) di dalam (neraka) dalam
keadaan berlutut.”
Semoga
Allâh Ta’ala dengan Rahmat dan Kasih-Nya berkenan menyelamatkan kita sekalian
dari neraka.
Pelajaran Dari Ayat
Pelajaran Dari Ayat
Mengandung
penetapan kewajiban mengimani keberadaan neraka.
Penetapan
kewajiban mengimani shirâth.
Penetapan
kepastian menyeberangi jembatan di atas neraka.
Ketetapan
Allâh Ta’ala pasti terjadi.
Orang-orang
bertakwa akan selamat dari siksa neraka.
Orang-orang
fâjir (berbuat jahat) akan binasa karena kesyirikan dan maksiat mereka.
Wallâhu
a’lam.
Sumber:
Majalah As-Sunnah Edisi 09/Thn. XIII/Dzulhijjah 1430H/Desember 2010M
Dua Puluh Faidah Dzikir + Download HISNUL MUSLIM MP3
At Tauhid
edisi VIII/14
Oleh:
Yhouga Pratama, S.T.
Dzikrullah (mengingat Allah) merupakan amalan yang sangat agung. Ia
merupakan sebab diturunkannya berbagai nikmat. Penolak segala bala’ dan
musibah. Ia merupakan sebab kuatnya hati, penyejuk hati manusia. Ruh kehidupan,
sekaligus sebab hidupnya ruh itu sendiri.
Betapa seorang hamba teramat butuh akan dzikrullah, dan tidak merasa cukup
dengannya dalam berbagai situasi dan kondisi. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al Ahzab :
41). Allah juga berfirman (yang artinya), “Laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.”(QS. Al-Ahzab: 35).
Banyaknya perintah berdzikir ini menunjukkan bahwa seorang hamba teramat
butuh terhadap dzikrullah. Hendaknya dia tidak meninggalkannya sekejap mata
sekalipun. Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Permisalan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang
yang tidak mengingat Rabbnya bagaikan orang yang hidup dengan orang yang mati” (HR. Bukhari).
Oleh karena itu dzikir memiliki banyak sekali faidah, sebagaimana disebutkan
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Al Wabilush Shayyib”, diantaranya
adalah sebagai berikut:
Dzikir dapat mengusir setan, mendesak,
dan menghancurkannya.
Menguatkan hati, badan, menjadi cahaya
bagi hati, dan sebab datangnya rizki.
Menumbuhkan cinta dan menyegarkan jiwa
pelakunya. Menumbuhkan rasa cinta yang itu merupakan ruh bagi Islam, gerigi
bagi agama, poros kebahagiaan dan kesuksesan.
Menumbuhkan muroqobah, merasa selalu diawasi oleh Allah, sehingga seorang hamba akan mencapai
derajat ihsan dalam beribadah dan merasa bahwa Allah senantiasa melihatnya
dalam segala yang dilakukannya. Memupuk sifat al inabah (kembali pada Allah) dan kedekatan dengan-Nya, sehingga setiap kali
berdzikir ia akan semakin merasa dekat dengan-Nya.
Allah akan mengingat dirinya.
Sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya
(pasti) Aku akan mengingat kalian” (QS. Al
Baqarah : 152).
Menghidupkan hati. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah berkata, “Permisalan
dzikir bagi hati adalah bagaikan air dengan ikan. Bagaimana jika ikan itu
berpisah dengan air? Ia tentu akan sekarat dan mati, maka seperti itu pulalah
hati (jika tidak berdzikir –pent)”.
Membersihkan “karat” di dalam hati.
Setiap benda akan berkarat dan karatnya hati ialah al ghaflah (kelalaian) danal
hawa (hawa nafsu). Semua itu akan hilang dengan sebab dzikir, taubat, dan
istighfar.
Dzikir juga akan menghapuskan kesalahan
dan dosa, karena ia merupakan kebaikan yang paling agung. Setiap kebaikan akan
menghapuskan keburukan dan dosa. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114)
Sebab diturunkannya rahmat dan sakinah (ketenangan) dari Allah. “Tidaklah
suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah. Mereka membaca Kitabullah
dan saling mempelajarinya diantara mereka. Melainkan ketenangan akan turun
kepada mereka, rahmat akan menyelimuti mereka, malaikat akan menaungi mereka,
dan Allah akan menyebut-nyebut nama mereka di tengah makhluk yang ada di
sisi-Nya”. (HR. Muslim)
Sebab tersibukkannya lisan dari ghibah, namimah, perkataan dusta, keji, dan kebatilan. Barangsiapa yang menghiasi lisannya
dengan dzikrullah, Allah akan membentenginya dari kebatilan, yaitu dari
beratnya akibat dosa perkataan. Sebaliknya, barangsiapa yang lisannya kering
dari dzikir, ia akan membasahinya dengan kebatilan, laa haula wa laa quwwata illa
billah.
Dzikir merupakan tumbuhan surga.
Disebutkan dalam sebuah hadits, “Barangsiapa yg membaca: Subhaanallaahil ‘azhiimi
wabihamdih maka ditanam untuknya sebatang pohon
kurma di surga.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)
Merutinkan berdzikir kepada Allah akan
menjaga diri dari melupakan Allah ‘Azza wa Jalla. Melupakan Allah adalah sebab penderitaan hamba, dalam kehidupan dunia
maupun di akhirat. Melupakan Allah akan membuatnya lupa terhadap diri dan
kemaslahatan dirinya sendiri. “Dan
janganlah keadaan kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah pun
membuatnya lupa kepada dirinya sendiri; itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr : 19)
Dzikir akan mendekatkan pelakunya dengan
Dzat yang ia sebut-sebut dalam dzikirnya. Allah akan senantiasa bersamanya.
Kebersamaan (al ma’iyah) yang dimaksud ialah kebersamaan dalam cinta, pembelaan, pertolongan, dan
taufik (bukan secara Dzat –pen). “Sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl : 142) “Janganlah
bersedih, sungguh Allah bersama kita” (QS.
At Taubah : 40). Sebagaimana pula dalam hadits qudsi, “Aku senantiasa bersama
hamba-Ku selama ia berdzikir kepada-Ku, dan menggerakkan kedua bibirnya untuk
berdzikir.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).
Dzikir merupakan obat hati yang keras.
Seseorang berkata kepada Hasan Al Bashri, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadu kepadamu
tentang kerasnya hatiku.” Jawab
beliau, “Lembutkanlah
ia dengan dzikir”. Berkata pula Mak-hul, “Mengingat Allah merupakan
obat, sementara mengingat manusia adalah penyakit”.
Dzikir merupakan sebab Allah dan para
malaikat-Nya bershalawat atas ahli dzikir. “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada
orang-orang yang beriman.” (QS. Al
Ahzab : 41-43)
Allah membanggakan orang-orang yang
berdzikir di hadapan para malaikat-Nya, sebagaimana dalam sebuah hadits dari
Abu Sa’id Al Khudri bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepada
sebagian shahabat yang tengah berdzikir, “Apa yang membuat kalian duduk di sini?” Mereka menjawab, “Kami
duduk untuk mengingat Allah ta’ala dan memuji-Nya atas petunjuk yang Allah
berikan kepada kami sehingga kami bisa memeluk Islam dan nikmat-nikmat yang
telah dilimpahkan-Nya kepada kami.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Demi
Allah, apakah kalian tidak ada alasan lain bagi kalian yang membuat kalian
duduk di sini?” Mereka menjawab, “Demi Allah, tidak ada niat
kami selain itu.” Beliau pun bersabda, “Adapun aku, sesungguhnya aku
sama sekali tidak memiliki persangkaan buruk kepada kalian dengan pertanyaanku.
Akan tetapi, Jibril datang kepadaku kemudian dia mengabarkan kepadaku bahwa
Allah ‘azza wa jalla membanggakan kalian di hadapan para malaikat.” (HR. Muslim)
Dzikir adalah salah satu tujuan
pensyariatan amal-amal ibadah. “Dan tegakkanlah shalat untuk berdzikir kepada-Ku.” (QS. Thaha : 14). Ibnu Abbas ditanya, “Amal apa yang paling agung?” Beliau menjawab, “Berdzikir
kepada Allah itulah yang terbesar.”
Merutinkan dzikir dapat mengganti
sebagian keutamaan ibadah lain. Suatu ketika para shahabat yang fakir dari
kalangan Muhajirin mengadukan kondisi mereka yang kesulitan dalam menandingi
ibadah orang-orang kaya seperti haji, umrah, dan jihad. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku ajarkan kepada
kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului
kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah
kalian, dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat
seperti yang kalian lakukan?” Mereka
menjawab, “Baiklah
wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Kalian bertasbih, bertakbir,
dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak 33 kali.” (HR. Muslim)
Banyak berdzikir membebaskan diri dari
kemunafikan. “Dan
tidaklah mereka (orang-orang munafik –pent) berdzikir mengingat Allah kecuali
sedikit sekali.” (QS. An Nisaa’ : 142). Ka’ab berkata, “Barangsiapa yang banyak
berdzikir niscaya dia akan terbebas dari kemunafikan”.
Dzikir lebih utama daripada do’a. Karena
dzikir merupakan pujian bagi Allah Ta’ala,
sedangkan do’a ialah permintaan. Tambahan dari penulis: Ibnu Katsir berkata, “Allah memberi karunia-Nya
kepada ahli dzikir, lebih banyak dari yang ia beri kepada ahli do’a.” Hal itu berdasarkan firmannya, “Berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengingat kalian” (QS. Al Baqarah ayat
152).”
Referensi: Syarh Hishnul Muslim min Adzkar Al Kitab wa As Sunnah, Majdi bin Abdul
Wahhab Al Ahmad (hal. 9-19)
(Sumber: At-Tauhid)
Dan berikut adalah file mp3 murottal doa sehari hari Hisnul Muslim,
silahkan bisa langsung download. Semoga bermanfaat.
Judul Doa
|
Ukuran file MP3
|
Doa Hisnul Muslim - 01
muqaddimah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 02 doa
bangun tidur
|
|
Doa Hisnul Muslim - 03 doa
masuk kamar mandi
|
|
Doa Hisnul Muslim - 04 doa
keluar kamar mandi
|
|
Doa Hisnul Muslim - 05 doa
setelah wudhu
|
|
Doa Hisnul Muslim - 06 doa
keluar rumah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 07 doa
masuk rumah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 08 doa
pergi ke masjid
|
|
Doa Hisnul Muslim - 09 doa
masuk masjid
|
|
Doa Hisnul Muslim - 10 doa
keluar masjid
|
|
Doa Hisnul Muslim - 11 doa
ketika mendengarkan adzan
|
|
Doa Hisnul Muslim - 12 doa
istiftah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 13 doa
istiftah ketika shalat qiyamu
|
|
Doa Hisnul Muslim - 14 doa
ruku
|
|
Doa Hisnul Muslim - 15 doa
bangun dari ruku'
|
|
Doa Hisnul Muslim - 16 doa
sujud
|
|
Doa Hisnul Muslim - 17 doa
sujud ketika shalat qiyamul l
|
|
Doa Hisnul Muslim - 18 doa
sujud tilawah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 19 doa
duduk di antara dua sujud
|
|
Doa Hisnul Muslim - 20 doa
tasyahud
|
|
Doa Hisnul Muslim - 21 doa
setelah tasyahud akhir sebelu
|
|
Doa Hisnul Muslim - 22 dzikir
setelah shalat
|
|
Doa Hisnul Muslim - 23 doa
shalat istikharah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 24 dzikir
pagi dan petang
|
|
Doa Hisnul Muslim - 25 doa
ketika di malam hari
|
|
Doa Hisnul Muslim - 26 doa
sebelum tidur
|
|
Doa Hisnul Muslim - 27 doa
apabila merasa takut dan kese
|
|
Doa Hisnul Muslim - 28 doa
qunut witir
|
|
Doa Hisnul Muslim - 29 doa
setelah shalat witir
|
|
Doa Hisnul Muslim - 30 doa
perlindungan kepada anak
|
|
Doa Hisnul Muslim - 31 doa
penawar hati yang duka
|
|
Doa Hisnul Muslim - 32 doa
orang yang mengalami kesulita
|
|
Doa Hisnul Muslim - 33 doa
untuk kesedihan yang mendalam
|
|
Doa Hisnul Muslim - 34 doa
apabila ada orang meninggal d
|
|
Doa Hisnul Muslim - 35
mengajari orang yang akan meningg
|
|
Doa Hisnul Muslim - 36 doa
memejamkan mayat dan takziyah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 37 doa
dalam shalat jenazah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 38 doa
untuk mayat anak kecil
|
|
Doa Hisnul Muslim - 39 doa
untuk belasungkawa
|
|
Doa Hisnul Muslim - 40 doa
ketika memasukkan mayat ke li
|
|
Doa Hisnul Muslim - 41 doa
setelah mayat dimakamkan
|
|
Doa Hisnul Muslim - 42 doa
ziarah kubur
|
|
Doa Hisnul Muslim - 43 doa
apabila ada angin ribut
|
|
Doa Hisnul Muslim - 44 doa
ketika ada halilintar
|
|
Doa Hisnul Muslim - 45 doa
untuk minta hujan
|
|
Doa Hisnul Muslim - 46 doa
apabila hujan turun
|
|
Doa Hisnul Muslim - 47 doa
melihat bulan tanggal satu
|
|
Doa Hisnul Muslim - 48 doa
berbuka puasa
|
|
Doa Hisnul Muslim - 50 doa
sebelum makan
|
|
Doa Hisnul Muslim - 51 doa
apabila lupa berdoa sebelum makan
|
|
Doa Hisnul Muslim - 52 doa
setelah makan
|
|
Doa Hisnul Muslim - 53 doa
tamu kepada orang yang member
|
|
Doa Hisnul Muslim - 54 doa
apabila melihat permulaan bua
|
|
Doa Hisnul Muslim - 55 doa
pengantin kepada dirinya
|
|
Doa Hisnul Muslim - 56 doa
kepada pengantin
|
|
Doa Hisnul Muslim - 57 doa
ketika bersin dan jawabannya
|
|
Doa Hisnul Muslim - 58 doa
pelebur dosa majelis
|
|
Doa Hisnul Muslim - 59
tuntunan dan doa ketika marah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 60 bacaan
apabila mencintai orang ka
|
|
Doa Hisnul Muslim - 61 doa
naik kendaraan dan bepergian
|
|
Doa Hisnul Muslim - 63 doa
masuk pasar
|
|
Doa Hisnul Muslim - 64 doa
agar bisa melunasi utang
|
|
Doa Hisnul Muslim - 65 doa
musafir kepada orang yang dit
|
|
Doa Hisnul Muslim - 66 doa
orang mukim kepada musafir
|
|
Doa Hisnul Muslim - 67 doa
musafir ketika kembali
|
|
Doa Hisnul Muslim - 68 doa
apabila ada sesuatu yang meny
|
|
Doa Hisnul Muslim - 69 doa
apabila ada sesuatu yang tida
|
|
Doa Hisnul Muslim - 70 doa
talbiyah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 71 doa
antara rukun yamani dan hajar
|
|
Doa Hisnul Muslim - 72 doa
ketika di atas bukit shafa dan marwah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 73 doa
pada hari arafah
|
|
Doa Hisnul Muslim - 74 doa
ketika di masy_aril haram
|