Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 21-25 – Ustadz Fariq Gasim Anuz



21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], Padahal kamu mengetahui.
23. dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
24. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
25. dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya[32].

[30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
[31] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.
[32] Kenikmatan di syurga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.


Murottal Muhammad Thaha Al Junayd


Seorang qori’ kecil yang sangat populer belakangan ini dan memiliki prestasi internasional. Dia adalah Muhammad Thoha Al junaid. Berikut ini sekilas biografinya : 
Nama Lengkap : Muhammad Thoha Shalih Al Junaid 
Kewarganegaraan : Bahrain 
Status : PelajarTingkat Dasar 
Tahun lahir : 1994 
Studi AL Qur’an : Markaz Abdurrahman Ajur untuk Hafalan Al Qu’an di Kota Hamad 
Pada Audio Murottal ini Mohammad Thoha al Junayd membacakan surat surat berikut ini : 046_Surah al-Ahqaaf 047 - Surah Muhammad 048 - Surah al-Fath 049_ Surah al-Hujuraat 050_ Surah Qaaf 053_Surat najm 055_Surah ar-Rahmaan 067B_ Surah al-Mulk 068_Surah al-Qalam 069_Surah al-Haaqqah 070_Surah al-Maaarij 071_ Surah Nuh 072_ Surah al-Jinn 073_Surah al-Muzzammil 074_Surah al-Muddaththir 075_Surah al-Qiyaamah 076_Surah al-Insaan 077_Surah al-Mursalaat

Tafsir Surat Al Qoriah

Surat Al-Qoriah
Powered by mp3skull.com

1.Hari Kiamat.
2. Apakah hari Kiamat itu?
3. Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
4. Pada hari itu manusia adalah seperti kupu-kupu yang bertebaran.
5. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya,
7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya,
9. maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah.
10. Tahukah kamu apakah Neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.
Surat yang mulia ini adalah makkiyah, dan ayat-ayatnya berjumlah sebelas ayat.
Pada ayat yang pertama sampai ketiga, Allâh Ta'ala mengulang-ulang kata al-Qâri’ah . Diawali dengan kalimat pernyataan atau berita, kemudian dilanjutkan dengan dua kali kalimat pertanyaan. Sebagaimana telah diterangkan oleh para ulama, hal ini merupakan pengagungan Allâh Ta'ala terhadap betapa besar dan dahsyatnya hari Kiamat.
Banyak penjelasan para ulama terhadap penafsiran makna al-Qâri’ah , yang seluruhnya kembali kepada satu makna, yaitu as-Sa’ah (hari Kiamat).
Secara lebih luas, Syaikh ‘Athiyyah Muhammad Salim rahimahullâh mengatakan:
"Telah dijelaskan oleh Syaikh -semoga Allah merahmati kami dan beliau-pada awal surat al-Wâqi’ah , bahwa (al-Wâqi’ah) bermakna seperti ath-Thâmmah , ash-Shâkh-khah , al-Âzifah , dan al-Qâri’ah … dan telah diketahui (dalam bahasa Arab) bahwa sesuatu apabila besar (dahsyat) keadaannya, ia memiliki banyak nama.
Atau sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Ali radhiyallâhu'anhu (ia berkata), banyaknya nama (pada sesuatu) menunjukkan agungnya perkara tersebut. Juga telah diketahui, bahwa nama-nama tersebut bukanlah sinonim, karena sesungguhnya setiap nama memiliki makna tersendiri. Hari Kiamat dinamakan al-Wâqi’ah , karena hari itu pasti kejadiannya. Juga dinamakan al-Hâqqah  karena hari itu nyata dan benar adanya. Juga dinamakan ath-Thâmmah , karena bencana, malapetaka dan kehancuran pada hari itu sangat umum dan menyeluruh. Juga dinamakan al-Âzifah , karena kejadian hari itu sudah dekat, (hal ini) seperti iqtarabatis sa’ah . Demikian pula surat ini (al-Qâri’ah, Pen).
Lafazh al-Qâri’ah , berasal dari al-Qar’u  yang bermakna adh-Dharb , yakni pukulan. (Sehingga, penamaan hari Kiamat dengan nama ini) sesuai dengan penjelasan pada ayat berikutnya yang menerangkan, bahwa hari itu melemahkan seluruh kekuatan manusia, hingga manusia bagaikan kupu-kupu yang bertebaran, juga melumpuhkan kekuatan gunung-gunung, hingga gunung-gunung itu bagaikan bulu yang berhamburan.
Dari penjelasan di atas, menjadi jelaslah bahwa makna al-Qâri’ah  adalah hari Kiamat, yang pada saat itu terjadi kehancuran, bencana, dan malapetaka yang amat besar. Makna ini, seperti ditunjukkan firman Allâh Ta'ala :
… dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri…
(Qs. ar-Ra’d/13:31)
Pada ayat keempat surat al-Qâri’ah ini, Allâh Ta'ala berfirman: Pada hari itu manusia adalah seperti kupu-kupu yang bertebaran
Terdapat tiga pendapat di kalangan ulama dalam menafsirkan makna al-Farasy  pada ayat ini.
Pertama, maknanya ialah belalang-belalang kecil yang beterbangan dan saling bercampur-baur antara satu dengan lainnya.Makna ini ditunjukkan oleh firman Allâh Ta'ala :
…seakan-akan mereka belalang yang beterbangan.
(QS al-Qamar/54:7)
Kedua, maknanya ialah sejenis burung kecil atau serangga kecil, bukan nyamuk dan bukan pula lalat.
Ketiga, maknanya ialah sesuatu yang berjatuhan dan bertebaran di sekitar api, baik berupa nyamuk ataupun serangga-serangga kecil lainnya.
Terdapat sebuah hadits shahih yang menunjukkan makna yang ketiga ini. Yaitu hadits Jabir bin Abdillah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata:
Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Perumpamaan diriku dengan kalian bagaikan seseorang yang menyalakan api, lalu mulailah laron-laron dan kupu-kupu berjatuhan pada api itu,
sedangkan ia selalu mengusirnya (serangga-serangga tersebut) dari api tersebut.
Dan aku (selalu berusaha) memegang (menarik) ujung-ujung pakaian kalian agar kalian tidak terjerumus ke dalam neraka, namun kalian (selalu) terlepas dari tanganku”. 
Pada ayat kelima, Allâh Ta'ala berfirman:
Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan
Sebagian besar ulama menafsirkan lafazh al-‘Ihn dengan makna ash-Shuf . Yaitu bulu atau kapas.
Berdasarkan penjelasan ayat keempat dan kelima di atas, dapat kita pahami, salah satu kejadian yang dahsyat pada hari Kiamat adalah berubahnya keadaan manusia, sehingga ia bagaikan kupu-kupu atau belalang yang beterbangan, bertebaran dengan bercampur-baur dan tidak tentu arahnya. Demikian pula dengan gunung-gunung yang sebelumnya berdiri tegak dan kokoh, maka pada hari itu, gunung-gunung bagaikan bulu berhamburan. Seluruh makhluk Allâh Ta'ala yang kuat dan kokoh, pada saat itu kehilangan seluruh kekuatannya, karena demikian dahsyatnya hari Kiamat.
Bentuk lain dahsyatnya hari Kiamat, disebutkan pula dalam firman Allâh Ta'ala :
(Qs. al-Hajj/22 : 1-2)
1.Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu!
Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
2. (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allâh itu sangat keras.
Hari Kiamat itu, juga merendahkan satu golongan dan meninggikan yang lainnya. Firman Allâh Ta'ala :
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).
(QS al Waqi’ah/56:3)
Pada hari itu, membuat seluruh manusia teringat segala yang pernah dilakukannya selama hidupnya di dunia. Allâh Ta'ala berfirman :
Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya.
(QS an-Nazi’at/79:35)
Pada hari itu, seluruh manusia sibuk dengan urusannya, sampai-sampai ada yang lupa terhadap sanak familinya. Di antara manusia ada yang senang dan berseri-seri dengan sebab amal shalih yang mereka lakukan saat di dunia, yang akhirnya mengantarkannya ke surga. Tetapi sebagian lagi berwajah muram dan bersedih, disebabkan oleh amal-amal buruk yang telah mereka lakukan. Manusia pun mengetahui tempat mereka tinggal nantinya.
Ditunjukkan dalam firman Allâh Ta'ala dalam surat ‘Abasa/80 ayat 34-42:
34. Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35. dari ibu dan bapaknya,
36. dari isteri dan anak-anaknya.
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
38. Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
39. tertawa dan bergembira ria.
40. Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,
41. dan ditutup lagi oleh kegelapan.
42. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.
Demikianlah keadaan manusia pada hari Kiamat.
Adapun keadaan gunung-gunung secara khusus pada hari itu, sebagaimana dijelaskan para ulama, mula-mulanya gunung-gunung digerakkan dan dipindahkan dari tempatnya, kemudian benar-benar diluluh-lantakkan bagaikan bulu-bulu yang dihambur-hamburkan, sebagaimana diterangkan pada ayat kelima surat al-Qari'ah ini, hingga akhirnya gunung-gunung itu menjadi debu yang bertebaran dan bahkan menjadi fatamorgana. Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan.
(QS al Muzzammil/73:14)
Dan dijalankanlah gunung-gunung, maka menjadi fatamorganalah ia.
(QS an Naba‘/78:20)
Maka, sudah seharusnya kita senantiasa bertakwa dan takut kepada Allâh Ta'ala, Yang Maha Perkasa dan Berkuasa atas segala sesuatu.
Pada ayat keenam, Allâh Ta'ala berfirman:
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya
Ayat ini menunjukkan akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berkaitan dengan rukun iman kelima. Bahwa salah satu perwujudan beriman kepada hari akhir adalah meyakini adanya mizan (timbangan) pada hari Kiamat kelak. Barangsiapa yang berat amalan kebaikannya, maka akan mendapatkan kehidupan yang baik, dan demikian sebaliknya.
Di antara dalil lainnya dari al Qur‘an yang menunjukkan adanya mizan (timbangan) pada hari Akhir, yaitu firman Allâh Ta'ala , yang artinya: Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat,
maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun, dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya, dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.
(QS al-Anbiya‘/21:47)
Begitu pula banyak hadits shahih yang menunjukkan adanya mizan (timbangan) pada Hari Akhir, sebagaimana hadits-hadits berikut ini.
Hadits Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata:
Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “(Ada) dua perkataan yang ringan, (namun) berat dalam mizan (timbangan) dan dicintai oleh ar-Rahman (Allâh Ta'ala ), (yaitu) Subhanallahi wa bihamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya), Subhanallahil ‘Azhim (Maha Suci Allah Yang Maha Agung)”.
Hadits Abu ad-Darda’ radhiyallâhu'anhu, dari Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam mizan (timbangan) dari akhlak yang baik.
Pada ayat ketujuh, Allâh Ta'ala berfirman: Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan
Para ulama menjelaskan, yang dimaksud dengan kehidupan yang memuaskan adalah kehidupan di surga.
Banyak ayat yang menerangkan kehidupan yang penuh kenikmatan bagi para penghuni surga, di antaranya firman Allâh Ta'ala dalam surat al-Insan/76 ayat 10-22, yang artinya:
10. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Rabb kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.
11. Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.
12. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (berupa) surga dan (pakaian) sutera.
13. Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (terik) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.
14. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.
15. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca,
16. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.
17. Di dalam surga itu, mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe,
18. (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.
19. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda,
apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan
20. Dan apabila kamu melihat di sana (surga),
niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.
21. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal
dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak,
dan Rabb memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
22. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).
Dan masih banyak ayat lain yang menerangkan beragam kenikmatan yang diperoleh para penghuni surga. Mudah-mudahan Allâh Ta'ala menjadikan kita termasuk para penghuni surga-Nya. Amin.
Kemudian, pada ayat kedelapan sampai ayat terakhir, Allâh Ta'ala berfirman:
8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
10. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.
Terdapat tiga penafsiran di kalangan para ulama terhadap makna ayat kesembilan.
Pertama, maknanya adalah, ia jatuh dan masuk ke dalam neraka dengan ujung kepalanya lebih dahulu.[26]
Kedua, ayat tersebut merupakan ungkapan dalam bahasa Arab, dilontarkan bagi orang yang terjatuh ke dalam permasalahan yang berat dan menyulitkan.

Ketiga, maknanya, tempat tinggal dan kembalinya adalah neraka.
 Sehingga, menurut penafsiran yang ketiga ini, hawiyah  merupakan salah satu dari nama-nama neraka.
Adapun sebab penamaan neraka ini dengan ummuhu , yakni ibunya, karena neraka tersebut sebagai satu-satunya tempat kembalinya. Seolah-olah neraka tersebut adalah ibunya yang merupakan tempat kembalinya seorang anak.
Tiga penafsiran para ulama di atas tidaklah saling bertentangan, bahkan saling mendukung dan menjelaskan makna lainnya.
Terdapat sebuah hadits mauquf yang menunjukkan tentang tiga penafsiran di atas, yaitu hadits Abu Ayyub al-Anshari radhiyallâhu'anhu, beliau berkata :
Apabila seorang hamba telah mati, ahlurrahmah (hamba-hamba Allah yang penuh kasih sayang)
menemuinya seperti orang-orang di dunia menemui pembawa berita gembira.
Mereka menghampirinya untuk menanyainya.
Lalu sebagian mereka berkata, “Tunggulah saudara kalian ini, biarkan ia beristirahat, karena ia masih lelah”.
Lalu mereka pun menghampirinya dan bertanya kepadanya,
“Apa yang dilakukan si Fulan? Apa yang dilakukan si Fulanah? Apakah ia sudah menikah?”.
Lalu tiba-tiba mereka bertanya tentang seseorang yang telah mati sebelumnya,
ia menjawab, “Ia telah binasa”. Mereka berkata, “Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’un
(sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-Nya), ia telah kembali kepada ibunya (neraka), sungguh itu seburuk-buruk ibu dan seburuk-buruk pendidik”.
Lalu ditunjukkanlah seluruh perbuatan mereka. Jika mereka melihat amal mereka baik, mereka gembira dan senang, lantas berkata, “Inilah kenikmatan-Mu atas hamba-Mu, maka sempurnakanlah”.
Dan jika mereka melihat amal mereka buruk, mereka berkata,
“Ya Allah, lihatlah (periksalah) kembali hamba-Mu”.
Ayat terakhir (kesebelas) surat yang agung ini, diterangkan oleh para ulama, juga merupakan penafsiran dari lafazh hawiyah ( ) pada ayat sebelumnya.
Ada beberapa hadits shahih yang maknanya berkaitan erat dengan ayat terakhir ini, di antaranya sebagai berikut :
Hadits Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Sesungguhnya Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Api kalian ini, yang dinyalakan manusia hanyalah sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya neraka Jahannam”. Mereka berkata: “Demi Allah, api ini sudah cukup (panas), wahai Rasûlullâh!”.
Beliau bersabda,”Sesungguhnya api neraka Jahannam lebih (panas) sebanyak enam puluh sembilan kali (dari api di dunia). Tiap-tiap bagiannya sama panasnya”.
Hadits an-Nu’man bin Basyir radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya adzab penghuni neraka yang paling ringan pada hari Kiamat adalah,
seseorang diletakkan dua buah bara di tengah-tengah kedua telapak kakinya, (lalu) mendidihlah otaknya disebabkan dua bara itu.”
Hadits Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Apabila panas menyengat, maka undurkan shalat sampai waktu sejuk,
karena sesungguhnya panas yang menyengat berasal dari hawa Jahannam”.
Mudah-mudahan Allâh Ta'ala senantiasa melindungi dan menjauhkan kita dari segala hal yang dapat mengantarkan kepada panasnya api neraka Jahannam.
Demikianlah tafsir surat al-Qâri’ah, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menambah iman, ilmu dan amal shalih kita. Wallahu A’lam bish- Shawab. (Sumber: Asyariah.com)

Berbagai Keutamaan Dari Shubuh Hingga Syuruq (Plus Dzikir Pagi Petang-AUDIO)


1.Keutamaan shalat shubuh
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
(QS. Al Isra: 78)
Rasululloh bersabda:
Barangsiapa sholat isya’ di dalam jama’ah, hal itu seperti sholat setengah malam. Dan barangsiapa sholat isya’ dan subuh di dalam jama’ah, hal itu seperti sholat semalam suntuk
(HR. Abu Dawud)
Belum lagi ditambah dengan keutamaan shalat qabliyah shubuh, yang dimana Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
 “Dua raka’at Shalat Fajr (shalat qabliyah shubuh) lebih baik dari pada dunia dan seisinya.”
[HR. Muslim]
Bukti kelurusan iman seseorang; karena Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam tentang shalat shubuh bersabda:
 “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya’ dan Shubuh, jika mereka mengetahui pahalanya, niscaya mereka mendatanginya kendatipun dengan merangkak.”
(HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya)
Maka tentu, orang yang baik keimanannya; tidak akan merasa berat dengan kedua shalat ini.
2. Keutamaan shalat berjama’ah
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam tentang shalat berjamaah:
 “Shalat berjama’ah LEBIH AFDHAL dua puluh tujuh derajat dari pada shalat sendirian”
[Muttafaqun 'alayh]
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya shalat seseorang yang berjamaah dengan satu orang, adalah lebih baik daripada shalat sendirian. Dan shalatnya bersama dua orang jamaah, adalah lebih baik daripada shalat bersama seorang jamaah. Semakin banyak jama’ahnya, maka semakin dicintai oleh Allah Ta’ala.”
(Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya, kitab Ash Shalat bab Fi Fadhli Shalatul Jama’ah no.467, An-Nasaa’i dalam sunannya kitab Al Imamah bab Al jama’ah idza kaana Itsnaini no.834, Ahmad dalam Musnad-nya no.20312 dan Al Haakim dalam Mustadrak-nya 3/269. Hadits ini di-shahih-kan Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya, 2/366-367, no. 1477)
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
 “Sekiranya salah seorang dari kalian mengetahui bahwa bila dia ikut shalatberjama’ah denganku maka dia akan mendapatkan pahala yang lebih besar dari seekor kambing yang gemuk atau dua ekor kambing yang gemuk, niscaya dia akan melakukannya. Padahal apa-apa yang diperolehnya dari pahala (tersebut) lebih afdhål baginya.”
(Shåhiih, HR. Ahmad; dishahihkan asy-Syaikh Ahmad Syaakir)
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
”Shalat seseorang dengan berjamaah lebih berlipat pahalanya 25 derajat daripada shalatnya di rumahnya atau di kedai pasarnya…..”
Kemudian Råsulullåh bersabda:
 “Yang demikian itu karena bila dia berwudhu’ dengan menyempurnakan wudhu’nya lalu menuju ke masjid, yang dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat jamaah, tidak bergerak kecuali untuk shalat(berjama’ah).
Maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat baginya atau akan dihapuskan satu kesalahannya.
Dan Malaikat akan mendo’akan salah seorang dari kalian selama dia masih pada tempat shalatnya yang dia dijadikannya sebagai tempat shalatnya, (do’a malaikat tersebut):
 “Ya Allah, berilah shalawat untuknya. Ya Allah, rahmatilah dia, selama dia belum berhadats dan tidak menyakiti orang lain disana “.
Dan Beliau bersabda:
 “Salah seorang diantara kalian sudah dianggap mendirikan shalat, ketika menunggu waktu shalat didirikan”.
(HR.Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
 “Barangsiapa berwudlu kemudian keluar untuk melaksanakan shalat, maka ia dalam hitungan shalat hingga ia kembali ke rumahnya. Maka janganlah kalian melakukan demikian, yaitu menjalin jari-jari.”
[HR. Ibnu Khuzaimah no. 439, Al-Haakim 1/206, dan Ad-Daarimi no. 1446; shahih].
Dari Abu Ummamah Al-Hanaath : Bahwasannya Ka’b bin ‘Ujrah bertemu dengannya saat ia hendak pergi ke masjid. Mereka saling bertemu waktu itu. Ka’b melihatku sedang menjalinkan jari-jemariku (tasybik), kemudian ia melarangku dan berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
 ‘Apabila salah seorang diantara kalian wudlu, membaguskan wudlunya, kemudian pergi menuju masjid; maka janganlah ia menjalinkan jari-jemarinya (tasybik). Sesungguhnya ia dalam keadaan shalat
[HR. Abu Dawud no. 562; At-Tirmidzi no. 386; Ahmad 4/241,242, 243; Ibnu Khuzaimah no. 441; Ad-Daarimi no. 1444; dan yang lainnya – shahih].
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam tentang shalat berjamaah:
 “Barangsiapa yang shalat 40 hari ikhlash kepada Allåh secara berjamaah, dan mendapati takbiratul ihram, niscaya ditulis baginya dua pembebasan; pembebasan dari Neraka dan pembebasan dari kemunafikan.”
(HR. At-Tirmidzi, shahih)
3. Keutamaan tetap duduk hingga waktu syuruq dan shalat sunnah syuruq
Shalat isyraq adalah shalat dua raka’at yang dilaksanakan setelah melaksanakan shalat shubuh; lalu ia duduk ditempat ia shalat menunggu waktu syuruq; kemudian shalat isyraq ketika memasuki waktu tersebut. waktu syuruq kira-kira 90 menit setelah adzan shubuh. Silahkan lihat disini jadwal syuruq disini. Maka ketika masuk waktu syuruq berdasarkan jadwalnya, maka KITA TIDAK LANGSUNG SHALAT SUNNAH SYURUQ, karena waktu tersebut adalah waktu DIHARAMKAN UNTUK SHALAT, akan tetapi menunggu kira-kira 15 menit (sebagaimana nanti akan dijelaskan dalam atsar ‘aa-isyah radhiyallahu ‘anha).
Waktu isyraq merupakan AWAL WAKTU DHUHA; sehingga orang yang melaksanakan shalat isyraq berarti ia telah melaksanakan shalat dhuha.
Dari Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, bahwa Ibnu Abbas tidak shalat Dhuha. Dia bercerita, lalu aku membawanya menemui Ummu Hani’ dan kukatakan :
“Beritahukan kepadanya apa yang telah engkau beritahukan kepadaku”.
Lalu Ummu Hani berkata :
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk ke rumahku untuk menemuiku pada hari pembebasan kota Mekkah, lalu beliau minta dibawakan air, lalu beliau menuangkan ke dalam mangkuk besar, lalu minta dibawakan selembar kain, kemudian beliau memasangnya sebagai tabir antara diriku dan beliau. Selanjutnya, beliau mandi dan setelah itu beliau menyiramkan ke sudut rumah. Baru kemudian beliau mengerjakan shalat delapan rakaat, yang saat itu adalah waktu Dhuha, berdiri, ruku, sujud, dan duduknya adalah sama, yang saling berdekatan sebagian dengan sebagian yang lainnya”.
Kemudian Ibnu Abbas keluar seraya berkata :
“Aku pernah membaca di antara dua papan, aku tidak pernah mengenal shalat Dhuha kecuali sekarang…
 “Artinya : Untuk bertasbih bersamanya (Dawud) di waktu petang dan pagi” [Shaad : 18]
Dan aku pernah bertanya :
“Mana shalat Isyraq ?”
Dan setelah itu dia berkata :
“Itulah shalat Isyraq”
[Hasan Lighairihi; Diriwayatkan oleh Ath-Thabari di dalam Tafsirnya dan Al-Hakim]
Jabir bin Samurah rådhiyallåhu ‘anhu menyifati petunjuk nabi shållallåhu ‘alayhi wa sallam, ia mengatakan:
 “Beliau tidak berdiri dari tempat shalatnya -dimana beliau melakukan shalat shubuh- hingga matahari terbit. Jika matahari telah terbit, (maka) beliau berdiri (untuk shalat sunnah isyraq).”
[Shahiih Muslim (I/463) no. 670]
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
 “Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama’ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta’ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka’at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan ‘umrah, sempurna, sempurna, sempurna.”
(HR. At-Tirmidziy no.591 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy di dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy no.480, Al-Misykat no.971 dan Shahih At-Targhiib no.468, lihat juga Shahih Kitab Al-Adzkaar 1/213 karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy)
‘Aisyah radhiyallåhu ‘anha berkata:
 “…(Mereka duduk) hingga waktu yang dilarang untuk shalat telah berlalu, (kemudian) mereka mendirikan shalat
(AR. Bukhåriy no. 1522; dinukil dari applikasi hadits 9 imam, lidwa pusaka)
Untuk menunggu waktu tersebut, dapat kita gunakan untuk BERDZIKIR PAGI PETANG dan MEMBACA serta MEMPELAJARI al Qur-aan (beserta tafsirnya; spti: tafsir ibn katsir) untuk mendulang lebih banyak keutamaan.
4. Keutamaan dzikir pagi dan petang
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang dzikir pagi dan petang,
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, (dengan) dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
(QS. al-Ahzab: 41-43)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallma bersabda tentang keutamaan orang berdzikir pagi dan petang:
Aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat shubuh sampai terbit matahari, lebih aku sukai daripada memerdekakan empat orang budak dari anak isma’il. Dan aku duduk bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat ‘Ashar sampai terbenam matahari, lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang budak.
(Hasan, HR. Abu Dawud)
Silahkan lihat lebih lanjut tentang dzikir pagi dan petang dan segala keutamaannya disini.
5. Keutamaan orang yang berpagi-pagi ke mesjid untuk membaca dan mempelajari al Qur-aaan
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:
 “Berpagi hari atau bersore hari fi sabilillah adalah lebih baik daripada dunia seisinya…”
(Bukhariy Muslim)
Sedangkan pergi menuju masjid, merupakan fii sabilillah.
Uqbah bin Amir Al Juhani berkata,
“Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui kami di Shuffah, beliau bersabda:
 “Siapa dari kalian yang menyukai berpagi-bagi berangkat ke Buthhan atau Al Aqiq (nama tempat), lalu setiap harinya datang dengan membawa dua ekor unta yang besar punuknya lagi gemuk, ia ambil unta tersebut tanpa berbuat dosa dan dan memutuskan silaturahmi?”
Uqbah berkata;
“Kami berkata, “Wahai Rasulullah, kami semua menginginkan hal itu”…”
beliau bersabda:
 “Sungguh, seorang dari kalian berpagi-pagi berangkat ke Masjid lalu ia mempelajari dua ayat dari Kitabullah (Al Qur’an) adalah lebih baik baginya daripada dua ekor Unta. Dan tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor unta serta empat ayat juga lebih baik dari pada empat ekor unta dan dari sejumlah unta.”
[HR. Ahmad, dishahiihkan oleh syaikh al-albaaniy dalam shahiihul jaami']
dalam riwayat Abu Dawud lafazhnya:
 “Sungguh salah seorang diantara kalian setiap hari datang ke Masjid, mempelajari dua ayat dari Kitab Allah ‘azza wajalla adalah lebih baik baginya daripada dua ekor unta, dua ayat lebih baik daripada tiga unta, seperti bilangan-bilangan unta tersebut.”
[ HR. Abu Dawud (sanadnya shahiih, dishahiihkan oleh syaikh al-albaaniy dalam shahiih abi dawud)]
Allåhu Akbar, Alangkah banyaknya keutamaan yang bisa kita peroleh..
Allåh berfirman,
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. al-Munafiqun: 9)
(Sumber: Abu Zuhriy)
Doa Hisnul Muslim - 24 dzikir pagi dan petang

Powered by mp3skull.com

Apakah Ada Hubungannya Antara Surat Al Waqi’ah Dan Pintu Rizki ?


1. apabila terjadi hari kiamat,
2. tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
6. Maka jadilah ia debu yang beterbangan,
7. dan kamu menjadi tiga golongan.
8. Yaitu golongan kanan[1448]. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
9. dan golongan kiri[1449]. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
10. dan orang-orang yang beriman paling dahulu,
11. mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.
12. berada dalam jannah kenikmatan.
13. segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian[1450]
15. mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,
16. seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.
17. mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
18. dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,
19. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
20. dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,
21. dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.
22. dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,
23. laksana mutiara yang tersimpan baik.
24. sebagai Balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
25. mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa,
26. akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam.
27. dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan kanan itu.
28. berada di antara pohon bidara yang tak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
30. dan naungan yang terbentang luas,
31. dan air yang tercurah,
32. dan buah-buahan yang banyak,
33. yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.
34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung[1451]
36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
37. penuh cinta lagi sebaya umurnya.
38. (kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,
39. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.
40. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.
41. dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
42. dalam (siksaan) angin yang Amat panas, dan air panas yang mendidih,
43. dan dalam naungan asap yang hitam.
44. tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.
46. dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.
47. dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila Kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, Apakah Sesungguhnya Kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?
48. Apakah bapak-bapak Kami yang terdahulu (juga)?"
49. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,
50. benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.
51. kemudian Sesungguhnya kamu Hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,
52. benar-benar akan memakan pohon zaqqum,
53. dan akan memenuhi perutmu dengannya.
54. sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.
55. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.
56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan".
57. Kami telah menciptakan kamu, Maka mengapa kamu tidak membenarkan?
58. Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
59. kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?
60. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,
61. untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam Keadaan yang tidak kamu ketahui.
62. dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, Maka Mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?
63. Maka Terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.
64. kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya?
65. kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan Dia hancur dan kering, Maka jadilah kamu heran dan tercengang.
66. (sambil berkata): "Sesungguhnya Kami benar-benar menderita kerugian",
67. bahkan Kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.
68. Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.
69. kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?
70. kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan Dia asin, Maka Mengapakah kamu tidak bersyukur?
71. Maka Terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu).
72. kamukah yang menjadikan kayu itu atau kamikah yang menjadikannya?
73. Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.
74. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.
75. Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.
76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.
77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,
78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.
80. diturunkan dari Rabbil 'alamiin.
81. Maka Apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?
82. kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.
83. Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
84. Padahal kamu ketika itu melihat,
85. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat,
86. Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?
87. kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?
88. Adapun jika Dia (orang yang mati) Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
89. Maka Dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan.
90. dan Adapun jika Dia Termasuk golongan kanan,
91. Maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.
92. dan Adapun jika Dia Termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat,
93. Maka Dia mendapat hidangan air yang mendidih,
94. dan dibakar di dalam Jahannam.
95. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.

[1448] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal dengan tangan kanan.
[1449] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal dengan tangan kiri.
[1450] Yang dimaksud adalah umat sebelum Nabi Muhammad dan umat sesudah Nabi Muhammad SAW.
[1451] Maksudnya: tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis.

Imam Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud berkata,”Aku mendengar Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan.”
Ibnu Katsir didalam mengawali penafsirannya tentang surat al Waqi’ah mengatakan bahwa Abu Ishaq mengatakan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata : Abu Bakar berkata,”Wahai Rasulullah  tampak dirimu telah beruban.” Beliau bersabda,”Yang (membuatku) beruban adalah surat Huud, al Waqi’ah, al Mursalat, (An Naba’, pen) dan.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dia berkata : ia adalah hasan ghorib.
Beliau mengatakan bahwa Al Hafizh Ibnu ‘Asakir didalam menerjemahkan Abdullah bin Mas’ud dengan sanadnya kepada Amr bin ar Robi’ bin Thariq al Mishriy : as Surriy bin Yahya asy Syaibaniy bercerita kepada kami dari Syuja’ dari Abu Zhobiyah berkata ketika Abdullah (bin Mas’ud) menderita sakit, ia dijenguk oleh Utsman bin ‘Affan dan bertanya,”Apa yang kau rasakan?” Abdullah berkata,”Dosa-dosaku.” Utsman bertanya,”Apa yang engkau inginkan?” Abdullah menjawab,”Rahmat Tuhanku.” Utsman berkata,”Apakah aku datangkan dokter untukmu.” Abdullah menjawab,”Dokter membuatku sakit.” Utsman berkata,”Apakah aku datangkan kepadamu pemberian?” Abdullah menjawab,”Aku tidak membutuhkannya.” Utsman berkata,”(Mungkin) untuk putri-putrimu sepeningalmu.” Abdullah menjawab,”Apakah engkau mengkhawairkan kemiskinan menimpa putri-putriku? Sesungguhnya aku telah memerintahkan putri-putriku membaca surat al Waqi’ah setiap malam. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.”
Lalu Ibnu ‘Asakir mengatakan : begitulah dia mengatakan. Yang betul : dari Syuja’, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Wahab dari Surriy. Abdullah bin Wahab berkata bahwa as Surriy bin Yahya telah memberitahuku bahwa Syuja’ telah bercerita kepadanya dari Abi Zhobiyah dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah  bersabda,”Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.” Dan Abu Zhobiyah pun tidak pernah meninggalkan dari membacanya.

Demikian pula Abu Ya’la meriwayatkan dari Ishaq bin Ibrahim dari Muhammad bin Munib dari as Surriy bin Yahya dari Syuja’ dari Abi Zhobiyah dari Ibnu Mas’ud. Kemudian Ishaq bin Abi Israil dari Muhammad dari Munib al ‘Adaniy dari as Surriy bin Yahya dari Abi Zhobiyah dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.”, didalam sanadnya tidak disebutkan Syuja’. Ibnu Mas’ud mengatakan,”Sungguh aku telah memerintahkan putriku membacanya setiap malam.”
Ibnu ‘Asakir juga meriwayatkan dari hadits Hajjaj bin Nashir dan Utsman bin al Yaman dari as Sirriy bin Yahya dari Syuja’ dari Abu Fathimah berkata,”Abdullah mengalami sakit lalu Utsman bin ‘Affan datang mengunjunginya dan disebutkan hadits panjang ini. Utsman bin al Yaman berkata,”Abu Fathimah adalah hamba sahaya dari Ali bin Abu Thalib. (Tafsir al Quranil Azhim juz VII hal 512 – 513)
Al-Bani menyampaikan bahwa Hadits tersebut dhoif.
Para ulama, seperti Ahmad, Abu Hatim, anaknya, Daruquthni, Baihaqi dan yang lainnya telah bersepakat bahwa hadits tersebut adalah lemah.
Begitupula dengan hadits yang diriwayatkan oleh ad Dailamiy dari Anas bahwa Rasulullah bersabda,”Surat al Waqi’ah adalah surat kekayaan maka bacalah dan ajarkanlah ia kepada anak-anakmu.” Hadits ini pun dinyatakan lemah oleh Al Banni didalam “Silsilah adh Dhaifah wal Maudhu’ah” (8/337)
Saat ditanya tentang hadits “Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan.selama-lamanya”, Syeikh Ibn Baaz mengatakan bahwa kami tidak mengetahui adanya jalan yang shahih bagi hadits ini… Akan tetapi (dibolehkan) membaca Al Qur’an yang dengan bacaannya menginginkan tafaaqquh (pemahaman) didalam agama dan mendapatkan berbagai kebaikan, karena Rasulullah saw bersabda,”Bacalah oleh kalian al Qur’an. Sesungguhnya Al Qur’an akan memberikan syafaat bagi para pemiliknya (orang-orang yang suka membacanya, pen) pada hari kiamat.”. Beliau juga bersabda,”Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan.” Hendaklah seseorang membaca al Qur’an karena keutamaan membacanya dan untuk mendapatkan berbagai kebaikan bukan untuk mendapatkan dunia.” (http://www.binbaz.org.sa)

Celakalah Al Maa’un, Orang yang Pelit

107_SURAT_AL_MA'UN

Powered by mp3skull.com
Ulama fikih membahas dalam kitab al buyu’ satu pembahasan yang disebut ‘aariyah. Yang dimaksud ‘aariyah adalah pemilik barang membolehkan barangnya dimanfaatkan oleh pihak lain tanpa ada upah. Istilah gampangnya, ‘aariyah artinya meminjamkan. Seperti misalnya meminjamkan laptop pada teman dan teman tersebut tidak dikenakan biaya apa-apa. Nah, orang yang enggan memberikan pinjaman pada saudaranya yang lain, padahal ia sebenarnya tidak lagi membutuhkan barang tersebut, alias ia pelit pinjamkan barang, inilah yang disebut al maa’uun. Inilah istilah yang sering kita dengar dalam surat pendek yaitu surat Al Maa’un.
Allah Ta’ala berfirman,
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’  dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al Maa’uun: 1-7). Jika lihat dari terjemahan Al Qur’an, al maa’uun diterjemahkan dengan orang yang enggan menolong dengan barang berguna. Namun memang, para ulama tafsir berbeda pendapat dalam mendefinisikan al maa’uun. Sebagian berkata bahwa al maa’uun bermakna orang yang enggan bayar zakat. Yang lain lagi mengatakan bahwa maksud al maa’uun adalah orang yang enggan taat. Yang lainnya lagi berkata sebagaimana yang kami maksudkan yaitu, mereka yang enggan meminjamkan barang kepada orang lain (di saat saudaranya butuh). Tafsiran terakhir ini sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Ali bin Abi Tholib, yaitu jika ada yang ingin meminjam timba, periuk atau kampaknya, maka ia enggan meminjamkannya. Perkataan yang lebih umum tentang al maa’uun adalah enggan menolong orang lain dengan harta atau sesuatu yang bermanfaat. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/473).
Dalam sunan Abu Daud disebutkan riwayat dari ‘Abdullah, ia berkata,
 “Kami menganggap al maa’uun di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang berkaitan dengan ‘aariyah (yaitu barang yang dipinjam) berupa timba atau periuk.” (HR. Abu Daud no. 1657, hasan kata Syaikh Al Albani)
Harus Menjaga Amanat
Jika kita dipinjami barang oleh orang lain, hendaklah kita memegang amanat tersebut dengan baik. Cara memegang amanat tersebut adalah menjaga barang pinjaman dengan baik. Allah Ta’ala berfirman,
 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” (QS. An Nisa’: 58)
Para ulama jelaskan bahwa jika barang pinjaman tersebut rusak, maka bukan menjadi tanggung jawab si peminjam kecuali jika: (1) si peminjam ceroboh, atau (2) si pemilik barang memberi syarat jika barang pinjaman tersebut rusak, maka si peminjam harus menggantinya (Lihat Al Wajiz, Syaikh Abdul ‘Azhim Badawi, 451-452). Alasannya adalah dari hadits riwayat Abu Daud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamkatakan mengenai barang pinjaman bahwa barang pinjaman itu,
 “Barang pinjaman itu sifatnya muaddah” (HR. Abu Daud no. 3566, shahih kata Syaikh Al Albani), yaitu jika barang pinjaman rusak maka si peminjam tidak bertanggung jawab menggantinya kecuali jika karena salah satu dari dua alasan di atas. Mengapa demikian? Karena akad ‘aariyah di sini sifatnya adalah memberikan amanat pada orang lain. Sebagaimana wadi’ah (menitipkan barang), aariyah juga semisal itu, jika rusak maka tidak menjadi tanggung jawab si peminjam kecuali jika karena kecerobohannya.
Demikian faedah singkat yang kami peroleh dari pelajaran kitab buyu’ (jual beli) Al Wajiz. Moga kita tidak menjadi orang yang pelit meminjamkan kepunyaan kita pada orang lain apalagi di saat saudara kita perlu dan bisa menjaga amanat dengan baik.
Wallahu waliyyut taufiq.
 Artikel www.muslim.or.id

Murottal Quran 30 Juz Sheikh Maahir Al Mu'ayqali

Shalat Tepat Waktu !

KOLEKSI CERAMAH MP 3

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Al Qur'anku

Mushaf Al Qur'an

Jazakumullah Khayran

Daftar Isi

Al Qur'an dan Murotal

TvQuran

Kajian Ilmu Tajwid