079-Surat An-Nazi'at - SheikhMuhammad Siddeeq al-Minshawi
Powered by mp3skull.com
-Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
-Demi
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
-dan
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,
-dan
(malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
-dan
(malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,
-dan
(malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)
-(Sesungguhnya kamu
akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,
-tiupan pertama itu
diiringi oleh tiupan kedua.
-Hati manusia pada
waktu itu sangat takut,
-Pandangannya
tunduk.
-(Orang-orang
kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada
kehidupan semula?
-Apakah (akan
dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur
lumat?”
-Mereka berkata:
“Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.”
-Sesungguhnya
pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja,
-maka dengan serta
merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
Tafsir
[Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut
(nyawa) dengan keras]
Yaitu malaikat yang
diberi tugas mencabut ruh orang-orang kafir secara kasar.
[dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa)
dengan lemah-lembut]
Yaitu malaikat yang
diberi tugas mencabut ruh orang-orang mukmin secara lembut, yakni mencabutnya
dengan lembut seperti mengurai tali simpul, yang mana ketika satu ujungnya
terurai maka ikatannya pun terlepas dengan cepat dan mudah.
Yang demikian itu
penyebabnya adalah malaikat ketika mencabut nyawa orang kafir dan menyuruh ruh
supaya keluar, malaikat memanggilnya dalam bentuk yang sangat buruk. Dia
berkata, “Keluarlah wahai jiwa yang kotor di dalam tubuh yang kotor! Keluarlah
menuju kemurkaan Allah!” Ruh itu pun berpaling tidak mau keluar dan berpencaran
di dalam tubuh sehingga malaikat mencabutnya dengan keras. Saking kerasnya
sehingga tubuhnya hampir-hampir tercerai-berai.
Adapun ruh orang
mukmin –semoga Allah menjadikan saya dan Anda termasuk di dalamnya-, ketika
malaikat turun untuk mencabut nyawanya maka dia memberikan kabar gembira,
“Keluarlah wahai jiwa yang baik di dalam tubuh yang baik, keluarlah menuju
keridhaan Allah.” Atau dengan kalimat yang semisal ini yang memudahkan nyawa
keluar dari tubuh.
Oleh karenanya,
ketika Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Siapa yang suka berjumpa dengan Allah maka
Allah juga suka berjumpa dengannya. Dan siapa yang benci berjumpa dengan Allah
maka Allah pun benci berjumpa dengannya”
Maka ‘Aisyah
berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh kami tidak suka mati”. Rasulullah pun
bersabda,
“Bukan begitu, akan tetapi seorang mukmin
ketika hendak meninggal maka diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah dan
karamahNya. Sehingga tidak ada yang lebih disukainya dibandingkan dengan apa
yang ada di hadapannya. Maka dia suka berjumpa dengan Allah dan Allah suka
berjumpa dengannya.”
Karena pada saat
itu dia melihat dirinya akan berpindah menuju tempat yang lebih baik
dibandingkan tempat yang akan ditinggalkannya. Dia pun bergembira sebagaimana
ada di antara kita yang bergembira bila ditawarkan untuk keluar dari rumah
tanah liat dan pindah menuju istana yang megah.
Adapun orang kafir
–kita mohon perlindungan kepada Allah- sebaliknya, ketika diberitahukan dengan
kemurkaan dan azab maka dia tidak suka mati. Dia benci berjumpa dengan Allah
dan Allah pun benci berjumpa dengannya.
[dan (malaikat-malaikat) yang turun dari
langit dengan cepat]
Yaitu
malaikat-malaikat yang berjalan dengan perintah Allah, bergerak dengan cepat
seperti berenang di dalam air. Juga sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang
matahari, bulan, malam dan siang :
[Masing-masing dari keduanya itu beredar di
dalam garis edarnya][al-Anbiya’ : 33].
Maknanya bahwa para
malaikat bergerak dengan perintah dari Allah ‘Azza wa Jalla sesuai dengan yang
dikehendaki olehNya. Para malaikat itu lebih kuat daripada jin, dan jin lebih
kuat dari manusia. Perhatikan firman Allah Ta’ala tentang nabi Sulaiman :
[Berkata Sulaiman: "Hai
pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa
singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri."
Berkata 'Ifrit
(yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa
singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya
aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya."
Berkatalah seorang
yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip."][an-Naml : 38-40]
Yaitu apabila
engkau pejamkan matamu maka sebelum engkau buka kembali matamu, aku bawa
singgasana itu kepadamu.
[Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu
terletak di hadapannya][ an-Naml : 38]
Yaitu dalam keadaan
beliau melihat singgasana itu,
[iapun berkata: "Ini termasuk kurnia
Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya)][ an-Naml : 38]
Ulama berkata :
yang membawanya adalah malaikat, dibawa dalam waktu sekejap dari Yaman kepada
Sulaiman yang pada saat itu berada di Syam. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan
malaikat jauh lebih besar dibandingkan kekuatan jin. Sedangkan kekuatan jin
lebih besar dari bani Adam. Karena bani Adam tidak mampu membawa singgasana
ratu Saba’ dari Yaman ke Syam kurang dari sekian waktu yang cukup lama.
Kesimpulannya,
malaikat bergerak –turun- dengan cepat dengan perintah Allah membawa apa yang
diperintahkan kepadanya.
[dan (malaikat-malaikat) yang mendahului
dengan kencang,]
Ini juga tentang
para malaikat yang begitu cepat menuju perintah Allah ‘Azza wa Jalla. Oleh
karenanya para malaikat lebih lebih bergegas menuju perintah Allah dan lebih
menunaikan perintahNya dibandingkan dengan bani Adam. Allah Ta’ala berfirman
tentang malaikat penjaga neraka :
[penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan][at-Tahrim : 6]
Allah ‘Azza wa
Jalla berfirman :
[Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya,
mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa
letih,
Mereka selalu
bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya][al-Anbiya’ : 19-20]
Maka mereka –para malaikat-
cepat-cepat menuju kepada perintah Allah ‘Azza wa Jalla dengan apa yang
diperintahkan kepada mereka, tidak mendurhakai perintahNya dan melaksanakan
perintahNya, dikarenakan kekuatan dan kemampuan mereka dalam menjalankan
perintah-perintah Allah ‘Azza wa Jalla.
[dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan
(dunia)]
Ini juga sifat para
malaikat yang mengatur urusan. Yakni bagi masing-masing satu urusan yang Allah
bebankan kepada mereka. Jibril diserahi urusan wahyu yang diambil dari Allah
dan menurunkannya kepada para Rasul. Israfil diserahi urusan meniup terompet
yang akan ditiupnya pada hari kiamat sehingga para manusia terkejut dan
kemudian mati. Lantas ditiup untuk kedua kalinya sehingga para manusia
terbangun. Dia juga termasuk malaikat pembawa ‘arsy. Mikail diserahi tugas
turunnya hujan dan tumbunya tanaman. Malaikat maut ditugaskan mencabut ruh.
Malik ditugaskan menjaga neraka, Ridhwan menjaga surga. Di samping kiri dan
kanan duduklah malaikat pencatat amal. Setiap malaikat mengatur urusan sesuai
perintah Allah ‘Azza wa Jalla.
Maka sifat-sifat
pada ayat-ayat di atas adalah sifat para malaikat sesuai dengan pekerjaan
mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan para malaikat karena mereka
adalah sebaik-baik makhluk. Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan
sesuatu melainkan hal tersebut memiliki kedudukan yang agung, bisa pada dzatnya
dan bisa pula karena termasuk dari tanda-tanda kebesaran Allah.
[(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada
hari ketika tiupan pertama menggoncang alam
tiupan pertama itu
diiringi oleh tiupan kedua]
Frasa “yauma
tarjufu” –hari yang menggoncang- ini dikaitkan dengan kalimat yang dibuang,
yang taqdir – perkiraannya- adalah “ingatlah wahai Muhammad, dan berilah
peringatan kepada manusia tentang hari yang besar ini”.
Kedua tiuapan
sangkakala itu, pertamanya adalah yang menyebabkan manusia gemetar dan
terguncang sehingga mereka mati semua kecuali yang Allah kehendaki. Tiupan
keduanya adalah yang membangunkan manusia dari kuburnya sehingga mereka berdiri
dengan seketika. Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu
kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan
bumi” [An-Nazi’at : 13-14].
Ketika manusia
terguncang dan diikuti dengan tiupan yang kedua maka mereka terbagi kepada dua
kelompok,
“Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
Pandangannya tunduk. (Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami
benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula? Apakah (akan dibangkitkan
juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?” Mereka
berkata: “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.”
Begitulah hati-hati
orang kafir. “Wajifah” maknanya adalah hati yang amat sangat ketakutan.
Yaitu pandangannya
tertunduk sampai-sampai tidak mampu memandang dengan kuat –kita berlindung
kepada Allah- karena begitu terhinanya. Allah Ta’ala berfirman :
“Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke
neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan
pandangan yang lesu…” [Asy-Syura : 45].
“Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu
kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan
bumi”.
Yaitu mereka
dihardik dan dihalau sehingga terbangun dari kuburnya di atas permukaan bumi,
padahal sebelumnya mereka ada di dalam perut bumi. Allah Tabaroka wa Ta’ala
berfirman :
“Tidak adalah teriakan itu selain sekali
teriakan saja, maka tiba- tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami”. [Yaa Siin
: 53]
Dengan satu kalimat
saja maka semua makhluk keluar dari kuburnya masing-masing dalam keadaan hidup.
Kemudian mereka menghadap kepada Allah ‘Azza wa Jalla untuk mendapatkan balasan
amal perbuatan mereka. Ayat di atas serupa dengan firman Allah Ta’ala :
“Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan
seperti kejapan mata” [Al-Qomar : 50].
Yakni apabila Allah
berkehendak maka cukup dengan sekali “Kun” –jadilah- maka jadilah hal itu
seketika seolah seperti sekejap mata saja. Tidak ada sesuatupun yang membuat Allah
‘Azza wa Jalla lemah. Jikalau seluruh makhluk bangun dari kuburnya dengan satu
kata saja, maka hal ini menunjukkan bahwa Allah Maha berkuasa atas segala
sesuatu, tidak ada satupun baik di langit maupun di bumi yang bisa
melemahkanNya, sebagaimana firmanNya :
“Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan
Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Kuasa” [Fathir : 44].
——
Ref : Tafsir ‘Allamah
Muhammad al-‘Utsaimin via Mauqi’ Ruhul-Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar